Saturday, September 29, 2012

Batas Penantian

“Kamu kenapa nggak punya pacar sih?” Putri bertanya pada Pramu di tengah-tengah makan siangnya.

“Siapa yang butuh pacar kalo ada kamu di sini?” Pramu menjawab sambil melirik Putri yang duduk di depannya.

“Gombal.” sahut Putri malu-malu sambil melanjutkan makan siangnya.

“Emang kenapa, Put? Selama ini aku ganggu yah? Atau kamu yang mau punya pacar?” tanya Pramu.

“Enggak sih. Aku seneng kok kamu di sini, Pram.” jawab Putri.

“Oiyah, Put, minggu depan aku boleh minta tolong nggak?” tanya Pramu.

“Minta tolong apa?” Putri balik bertanya.

“Masak.” jawab Pramu.

“Hah? Masak? Masak apa? Emang mau ada apa kok tiba-tiba minta aku masak?” Putri bertanya lagi.

“Minggu depan kan aku ulang tahun, papa mamaku mau ke sini. Aku pengen ada pesta kecil-kecilan. Kan kamu pinter masak. Masak apa aja deh. Tau sendiri kan mereka suka banget sama masakanmu. Boleh ya? Anggep aja sebagai kado ulang tahunku. Ya?” jawab Pramu.

“Oohh, iya deh. Kalo gitu besok Sabtu temenin aku belanja ya? Nanti kita pikir-pikir mendingan aku masak apa.” kata Putri.

“Makasih ya Putriku sayang. Kamu cantik deh.” kata Pramu.

“Dih, gombalannya udah nggak ngefek.” jawab Putri.

Jantung Putri berdegup kencang saat Pramu tiba-tiba berkata seperti itu. Berarti besok dia akan bertemu kedua orang tua Pramu untuk ke 4 kalinya. Selalu menyenangkan bisa bertemu dengan kedua orang tua Pramu. Dan baginya, sangat menyenangkan bisa diterima dengan baik di keluarga Pramu. Sudah 2 tahun dia mengenal Pramu. Dan sudah 2 tahun ini dia menaruh hati pada Pramu. Dan Pramu sendiri begitu baik padanya. Putri merasa Pramu adalah belahan jiwa yang dia cari selama ini.

Putri kembali memikirkan acara ulang tahun Pramu. Putri tak hanya memikirkan tentang menu apa yang akan dimasaknya nanti. Dia juga memikirkan baju apa yang akan dipakainya. Lagipula, hari itu adalah hari ulang tahun Pramu. Jujur saja, Putri sendiri sudah menyiapkan kado istimewa untuk pria yang disayangnya itu. Dan dia berencana untuk menyatakan perasaannya saat ulang tahun Pramu. Mungkin setelah pesta ulang tahun Pramu berakhir.

Putri sudah menanti sekian lama. Namun Pramu tak pernah berkata apa-apa. Tapi Putri selalu merasa sikap Pramu berbeda kepadanya. Dia terlalu baik untuk ukuran seorang teman maupun sahabat. Dan Putri merasa hubungan mereka seperti sepasang kekasih, meski tak pernah tercetus sebuah ikatan di antara mereka. Putri merasa, saat ini perlu status yang jelas sebelum semuanya semakin jauh.

…..

Putri sudah sibuk sendiri sejak pagi. Acara ulang tahun Pramu akan dilaksanakan siang hari ini. Dia sibuk memilah-milah bahan masakan untuk menu hari ini. Lalu dia mulai memasak dibantu oleh 2 orang pembantu Pramu.

Dalam waktu 2 jam dia menyelesaikan seluruh masakannya. Tepat sebelum acara dimulai. Lalu dia menata satu per satu menu-menu itu di meja makan. Pramu sendiri sedang menjemput kedua orang tuanya di bandara.

Suara bel berbunyi tepat ketika Putri selesai menyiapkan segalanya. Dia menuju ke pintu depan untuk menyambut Pramu dan kedua orang tua Pramu. Dia terkejut saat membuka pintu. Ada satu makhluk cantik yang berdiri di sebelah Pramu. Makhluk cantik itu sedang menggenggam tangan Pramu.

“Nahh, selamat datang di rumahku. Ayo masuk. Pa, Ma, masuk yuk.” Pramu mempersilahkan tamu-tamunya itu masuk ke dalam rumah. Putri masih terdiam di depan pintu.

“Ngapain bengong di situ, Put? Ayo sini dong.” sahut Pramu.

“Ah, iya.” jawab Putri.

…..

“Masakannya Putri enak kan ya?” Pramu membuka percakapan setelah selesai makan siang.

“Iya, Mami kangen banget lho sama masakannya Putri ini.” jawab mama Pramu.

“Oh iya, Put, aku belum sempet ngenalin kamu ke Cindy. Cin, ini Putri yang sering aku ceritain itu. Put, ini Cindy, dia calon istriku. Sorry yah belum sempet cerita, abis aku pengen kasih kejutan sama kamu. Kamu pasti nggak nyangka kalo aku bisa dapet calon istri kayak gini. Eh iya, Cin, Putri cantik banget kan. Dia udah aku anggep kayak adikku sendiri. Dia pinter lho, jago masak juga, belum punya pacar. Coba kalo kamu ada temen jomblo bisa dijodohin sama dia tuh.” ujar Pramu.

Putri menyalami Cindy kemudian tersenyum. Lalu dia membereskan piring kotor dan membawanya ke dapur.

“Adik? Jadi selama ini aku dianggapnya sebagai adik? Baiklah. Rasanya aku tak perlu menyatakan apa-apa lagi.” Putri berbicara dalam hati sambil membuang sebuah bungkusan kado yang ada di depannya. Dia menghela nafasnya, kemudian menenangkan pikirannya.

“Mulai saat ini, aku akan berhenti menanti. Karena nyatanya, selama ini aku hanya memenuhi perasaanku dengan harapan-harapan semu. Dan nyatanya, selama ini hanya aku yang berjuang sendiri. Aku menanti sesuatu yang seharusnya tak perlu kunanti.”

…..

ditulis @gandess dalam http://gandessitoresmi.tumblr.com | Menanti

No comments:

Post a Comment