Thursday, September 27, 2012

All the Things She Said


"all the things she said" Seuntai kata yang terus menari-nari di otakku. Tak tau kenapa, nampaknya ia ingin bercerita, atau hanya senang menggodaku saja ?

Saat itu matahari memang mulai tergelincir jatuh. Langit tak lagi biru cerah. Goresan warna jingga dan hitam mulai beradu di kanvas raksasa yang sungguh tak kutau seberapa lebarnya, sampai-sampai siapapun bisa melihatnya. Inilah saat yang bernama senja.
"Ya, senja." begitulah kira-kira orang menyebutnya. Sejak kapan ia disebut senja dan siapa yang memberi nama senja.
"Entahlah." Aku tak tau, atau lebih tepatnya aku tak mau tau.
"Senja namanya," itu sudah cukup untukku.
Sungguh senja yang selalu kurindukan, sekaligus kubenci. Kurindu karna ia seperti candu yang selalu kunanti kehadirannya, dan kubenci karna dengan lihainya ia selalu mempermainkan perasaanku.

"all the things she said" Ahh... barisan kata itu lagi, tak hentinya ia terus berputar-putar dikepalaku.
"Apa tak bosan ? Atau memang tak ada tempat singgah lain ?" Nampaknya senang sekali ia berlama-lama ditempat itu.
"Tukarkan saja otak dalam kepalamu." Sekilas seperti ada yang berbisik.
"Ide bagus, tapi bagaimana dengan kenangan didalamnya ? Apa kenangan itu tak cukup berharga ?" 
"Cukup, itu ide bodoh."
"Abaikan !" 

    ***

Lukisan senja tak lagi nampak jingga, ia mulai memudar. Langit mulai suram dan pekat, tak ada ornamen-ornamen kemerlap yang terlihat. Tak ada nyiur ataupun nanyian-nyayian merdu senja lainnya. Tak ada peristiwa sentimentil seperti senja pada roman ataupun novel yang pernah kubaca, hanya ada sunyi lalu gelap.
"Ya, hanya itu... sunyi.. lalu gelap." oh iya, ditambah aku yang sedang meracau tentunya.
"all the things she said" Lagi-lagi, rentetan kata itu.
Apa yang salah denganku, atau tadi ada yang menghipnotisku lalu menanamkan kalimat itu di otak bawah sadarku. Sehingga kalimat itu akan terus muncul berulang-ulang diotakku. Seperti yang kita lihat dalam tayangan di televisi biasanya. Ada orang yang dihipnotis lalu diberi sugesti, dan ketika orang itu tersadar kembali, sugesti itu akan muncul tanpa bisa ia kontrol.
"Lupakan, telalu mengada-ada aku sepertinya !"
"Heh... all the things she said ! apa kau ingin menyampaikan sesuatu ?"
"Cepat katakan lalu pergilah, jangan mempermainkanku seperti ini !"
Ingin rasanya kuformat otakku dan menginstalnya dengan kenangan-kenangan manis dan juga mimpi-mimpiku, dengan begitu takkan ada rasa pahit, tinggal keceriaan yang kudapat. Tak ada lagi penyesalan, apalagi perasaan seperti saat itu.
"Yaa, seperti perasaan pada saat itu, apa sudah lupa ?" Perasaan yang sampai saat ini takkan pernah bisa terhapuskan.
"Cukup ! Jangan ingatkan lagi." Sudah ku pendam dalam-dalam dan kututup rapat-rapat perasaan itu, karna seperti kataku tadi takkan pernah bisa terhapus.

Ku buka ponselku, lalu kutuliskan beberapa kata...
"all the things she said, apa hal pertama yang terbayang ?" kukirim ke beberapa teman.
Ahh betapa bodohnya...Lagi-lagi aku meracau tak jelas dan mengirimkan spam.
"Biarlah !!" otak ini sudah buntu, siapa tau ada yang menanggapi.

    ***

Senyap... tak ada dering di ponselku. Kritis, tergeletak muram penuh harap. Tak ada yang membalas. Wajar saja. Siapa juga yang mau menanggapi sms konyol seperti itu ?
"Ting tong... !" suara yang kutunggu, suara yang sangat familiar.
Cepat-cepat kucari sumber suara itu, dan ternyata benar, suara dari ponselku. Norak memang, seperti suara bel pintu saat ada seseorang ingin bertamu. Bahkan sekarang bel pintupun tak semonoton itu. Tak apalah, memang itulah harapanku. Agar saat aku membuka pesan diponselku seperti membukakan pintu untuk orang-orang yang bertamu, lalu mempersilahkannya masuk.
Tak ada basa basi lagi, kuraih ponselku. Ternyata sms dari liza rupanya, cepat-cepat kubuka pesannya lalu kubaca...

"If all the things she said running through in your head, she is must be so interesting" 


#30HariLagukuBercerita
all the things she said – Tatu


ditulis @PuputPribowo dalam http://imaginarypost.blogspot.com

No comments:

Post a Comment