Sunday, September 30, 2012

This Is Love, This Is War

~AKU PADAMU~

It hurts….

Puas? Puas kamu? Ini kan yang kamu mau? Kamu bilang kita akan segera bersama. Sekarang nyatanya kau tinggalkan aku bersama luka. Berapa lama sudah aku berkorban untukmu? Aku menerima saran mu yang setengah memaksa untuk menjalin hubungan diam-diam. Aku menuruti keinginanmu untuk tidak menceritakan kepada siapapun, bahkan ke teman terdekatku sekalipun, bahwa kita jalan bersama. Aku menelan harga diriku untuk menjadi orang ketiga di dalam hubunganmu. Berapa lama kita jalani itu semua? Aku bukan mengungkit-ungkit apa yang telah kulakukan untukmu. Aku hanya berharap hatimu terketuk. Mengharapkanmu? Tentu saja.

Is this what you want?

Cause everybody acts without a clue

Every little kiss and grin you gave

Was just a little bullsh*t I saw through


Aku tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Aku percaya kamu pun mencintaiku. Aku percaya seandainya laki-laki itu berjuang dengan fair, aku akan mendapatkanmu. Oh tidak, jangan menyangkal. Kamu bilang kamu mencintainya dan kembali padanya? Tidak. Kamu tidak mencintainya. Kamu kasihan padanya. Kamu cinta padaku. Lihat bedanya? Namun kamu memang tidak bisa berhenti memikirkannya, kan? Bahkan di saat kita sedang bersama? Kamu selalu cemas; baik-baik sajakah dia? Sakitkah dia? Pikiranmu tak pernah utuh untukku. Senyummu, sentuhanmu, ciumanmu, tak sepenuhnya untukku. Selalu ada dia yang menyusup.
 
The alcohol is scented with your breath

You’re always all done up to just be used

I’m waiting for excuses that deceive

I’ll meet you in the back to see them through


Kamu tidak pernah kamu. Alasan apalagi sekarang yang kamu gunakan? Ah, kamu pikir aku tidak tau pandanganmu yang menerawang saat kita bersama? Kamu pikir aku tidak bisa menebak apa dibalik “tidak bisa” mu saat berhari-hari kita tidak berkomunikasi sama sekali? Tapi tidak apa. Jauh di dalam hatiku, aku tau aku hanya sekadar tempatmu berteduh dari hubunganmu yang membosankan.

~AKU PADAKU~

How did I let her inside?

We’re dripping of sweat, I’m feeling alright

Her lips were the last thing touched tonight

(Aku menghadap cermin dan berteriak kepada bayangan)

“Bagaimana bisa kamu jatuh cinta padanya? Sedari awal kamu tau bahwa hubungan ini tidak akan mengarah kemana-mana. Harapan apa yang dimiliki orang ketiga? Tapi kamu nekad. You risked it all, mereka bilang. Kamu seharusnya bisa menjaga diri. Dia memang ada di saat kamu sedang butuh seseorang untuk membasuh luka-lukamu akibat cinta terdahulu. Dia memang selalu disampingmu di saat kamu butuh tempat untuk bersandar. Dia memang menjadi orang pertama yang memelukmu saat kamu putus asa. Tapi dia sudah punya pacar, kan? Laki-laki itu, tak peduli bagaimana dia menggambarkannya kepadamu sebagai orang dengan gangguan mental, tetap memilikinya. Kamu tidak berhak. Kamu seharusnya cukup puas dengan label “sahabat”. Kamu seharusnya tidak bergeming saat dia menawarkan sesuatu yang lebih dari sahabat namun kurang dari kekasih. Kamu seharusnya tidak berkasih-kasih dengannya. Seharusnya tidak ada gairah. Tidak ada desah. Tidak ada keringat membasah. Tidak ada kecupan gelisah. Tidak ada tubuh yang rebah.  Tidak ada resah.”

Your best friend is not your girlfriend..

“Nah! Catat. Sahabatmu bukan pacarmu. Salahmu sendiri merasa sakit ketika dia memilih kembali kepada pacarnya. Kamu kan bukannya tidak berpengalaman dalam masalah cinta. Kamu jauh dari naïf. Kamu tidak pernah dipermainkan wanita. Tapi ini? OK. Kamu bilang ini bukan dipermainkan namanya. Kamu tau ia pun sayang padamu. Tapi kadarnya berbeda dengan rasa sayangnya untuk pacarnya. Ingatlah, tidak mungkin seseorang mencintai dua orang pada saat bersamaan. Bila memang iya, kadarnya berbeda. Rasanya berbeda. Jenisnya berbeda. Kamu pernah berharap ia akan meninggalkan pacarnya. Memang, pada saat itu ia berada di titik paling rawan dalam hubungannya. Dia bilang dia ingin mengakhiri semuanya dan ingin memulai hubungan baru denganmu. Tapi kamu harus tahu. Laki-lakinya memiliki sesuatu yang kamu tidak, yaitu tahun-tahun bersama. Berapa tahun kamu mengenalnya? Dua tahun paling lama. Itupun tidak langsung akrab. Kamu hanya punya kurang dari setahun waktu bersamanya. Sedangkan lelakinya? 4 tahun lebih. “
 
~AKU PADAMU~

 Are you out of your mind?

You dug yourself into a liar’s hole

You made a little spark to live inside

It’s now a fu*king fire out of control

Kamu gila. Aku juga sama. Kita memang gila. Berbagai kebohongan yang mengalir dari mulutmu; bohong kepadaku untuk mendahulukan pacarmu, bohong kepada pacarmu untuk menyembunyikan aku. Kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam lubang kebohongan. Gelap. Dan kamu menyalakan api di dalam sana. Awalnya kecil. Kemudian membesar dan mulai tidak terkendali. Akulah si api. Akulah yang awalnya hanya ada untuk menerangimu dalam kegelapan lubang kebohongan yang kamu gali karena pacarmu. Akulah yang kemudian menuntut lebih. Kamu yang memberikan harapan melambung padaku.

And when the morning comes you’ll act surprised

And when the word gets out it will get old

And everyday you’ll try to live your life

And every little scandal will unfold


Hari yang baru. Kepura-puraan baru. Kamu tidak lelah? Kata-katamu kelak menjadi tidak berarti bila itu-itu saja yang kamu ucapkan. Malam panjang yang diakhiri dengan pagi gelisah. Selalu begitu. Malam-malammu boleh jadi milikku. Tapi pagi dan siangmu selalu untuk dia. Setiap hari polanya selalu sama. Kamu mencoba berpura-pura bahwa semuanya sama. Bahwa tidak ada yang berbeda dalam hidupmu. Tapi bukankah memang ada apa-apa? Tak peduli sebaik apapun kamu menutupinya dari orang banyak, semua toh akan terungkap. Kamu boleh membungkamku. Kamu boleh menipu dia. Tapi kamu paham bahwa lambat laun kamu akan menghadapi apa yang selama ini kamu hindari; pilihan. Karena orang-orang adalah hakim terkeji. Bila pilihan tidak segera jatuh, apa yang akan mereka vonis untukmmu? Wanita nakal yang mempermainkan hati pria?

Dan ketika pilihan itu jatuh, seharusnya aku tau, bukan aku yang ada di pikiranmu. Bukan aku. Tapi aku cukup puas untuk mengetahui dengan pasti bahwa cintamu akan selalu untukku. Aku tau bahwa kelak kamu akan menyadari bahwa kadar cintamu padaku lebih dari yang bisa kau berikan untuk pacarmu. Kita lihat saja takdir berkata apa nantinya. Tak peduli seberapa banyak kamu bilang:

“We’re not in love. We’re just sure that our fates cross each other at one point, and after that being together is a fait accompli.”

“We aren’t in love yet we aren’t friends either. We used to be the two strangers who now know each other so well.”

“It’s not love. It’s just an inevitable moment of two lonely souls, who long for sweet escape, rendezvous. It’s us.”

Kamu akan selalu membohongi dirimu sendiri. We are so in love. Tak apa. Sekarang, aku menjauh darimu. Memberimu ruang yang kamu inginkan. Melupakan berbagai harap yang kau berikan padaku. Kelak, aku akan menuntut takdir, karena telah menjanjikan segalanya, namun tidak memberikan apa-apa. Aku akan menuntut apa yang menjadi hakku. Saat ini, nikmati sajalah apa yang kau inginkan. Salamku untuk pacarmu.

ditulis @sneaking_jeans dalam menyingsingfajar.wordpress.com | It Hurts

No comments:

Post a Comment