Kamu. Satu-satunya alasan aku datang kesini. Kangen. Mungkin itulah energi yang membawaku kesini. Tapi aku tahu, aku tak mungkin menyediakan ruang lapang di hatiku untuk orang yang sudah memberikan harapan palsu di masa lalu. Aku juga tahu, kedatanganku kesini hanya akan menggores luka lama yang hampir mengering oleh waktu. Aku sadar betul, di ruangan penuh buku ini, hatiku akan sesak oleh berlembar-lembar kenangan tentangmu. Tentangmu yang pernah singgah, namun tak sempat kujamah. Tentangmu yang sempat mengisi relung hatiku, namun keadaan tak pernah mendukungku. Tentangmu yang menebar benih janji, namun tak pernah kau tepati.
Kamu. Satu-satunya alasan aku datang kesini. Bukan dendam yang aku tanam. Mungkin harap yang hampir karam yang membuatku bertahan. Tapi aku tahu, aku tak mungkin membiarkan harapan ini tumbuh subur dalam relung hatiku, karena akan sia-sia saja karena kepalsuan yang dihias dengan manisnya ucapan. Aku sadar betul, tindakanku ini bodoh, sangat bodoh. Bodoh, karena aku masih merindukanmu. Bodoh, karena wangi namamu masih bertahta di dadaku.
Kamu. Satu-satunya alasan aku datang kesini. Bukan kehilangan yang aku rasakan. Tapi aku tak tahu namanya. Rindu? Kurasa tidak tepat merindukanmu yang menghilang dan aku tetap masih menunggumu di bawah cahaya bulan yang redup oleh awan hitam ingatan. Aku sadar betul, cinta ini tak akan pernah mati. Cinta ini akan terekam dalam berbagai macam memori di negeri hati. Meski begitu, cinta akan terganti. Ya, akan terganti.
“Katanya pergi sebentar, ternyata lama.
Tahukah, aku sendiri menanti kamu….”
ditulis @aa_muizz dalam http://butirbutirhujan.wordpress.com | Kesepian
No comments:
Post a Comment