Hampa, itulah yang saya rasakan saat ini setelah melihatnya pergi dan semakin jauh. Terasa sangat menyakitkan memang, ketika harus mengetahui hal ini akan terjadi. Lebih menyakitkan lagi karena harus melewatinya dan menerimanya sebagai bagian akhir dari awal pertemuan yang indah.
Semua harapan itu kini pupus sudah. Sekarang hanyalah tersisa kenangan tentangnya. Kenangan yang hanya akan diingat seumur sisa hidup dan akan membuat tersenyum kelak dimasa tua. Ataukah, kenangan yang hanya akan disimpan dalam kotak box, dikunci, dan dibuang dalam-dalam di jurang kepekatan. Semua itu pilihan.
Karenanya saya bahagia, karenanya saya sedih, dan karenanya saya murka. Karenanya, hidup saya lebih berwarna. Perasaan ini muncul karenanya. Apakah saya harus menangis meratapi kenyataan ini, apakah saya harus murka karena diperlakukan tak adil, ataukah saya harus bahagia karena ditinggalkan oleh orang yang tidak tepat. Naif memang jika pura-pura bahagia, tapi kesedihan pastinya suatu hal yang akan menyelimuti suatu perpisahan.
Dibalik semua itu, suatu kata sepi lah yg menyelimuti. Sepi yang mendera dan tak kunjung pergi, itulah yang saya rasakan. Sepi dikarenakan keadaan, sehingga membuat kita tidak bisa saling bersama. Saya berpikir, akankah waktu membuat semuanya lebih baik. Tapi waktulah yang membuat sepi ini terus bergulir, waktulah yang membuat adanya perpisahan, dan waktu pulalah yang mengobatinya.
Kita memang pacaran jarak jauh antara Bandung dan Jakarta, meskipun sesaat jika melewati Tol Cipularang. Dengan jarak sekian kilometer, sepi ini terus saja berkecamuk. Meskipun komunikasi terus terjalin dengan telepon seluler dan media lainnya, sepilah yang terus merajai.
Saya hanya ingin satu darimu, kepastian dan titik terang. Saya bosan ditemani sepi, sendiri. Meskipun saya banyak teman ataupun di temapat ramai, saya tetap merasa hampa. Tolong mengertilah…
Saya selalu menunggu, sampai kapankah sepi ini terus menyertai. Apakah akan ada kebahagiaan pada akhirnya atau hanyalah waktu percuma. Semua penantian itu terbayar sudah, bahwa perpisahanlah jawaban bijak pada akhirnya.
Sedih pasti, tapi jodoh di tangan Tuhan memang benar adanya. Saya hanya akan menunggu seorang Adam, entah siapapun itu. Saya akan tersenyum, jika waktu mengijinkan. Saya akan bahagia, jika takdir mengatakan. Kenangan-kenangan tentangnya, akan saya simpan sampai akhir masa dan akan saya bawa dalam suatu memori. Semoga dia bahagia…
ditulis @talithaYa dalam http://talithayurdhika.tumblr.com | Lagu Kesepian
No comments:
Post a Comment