Thursday, September 27, 2012

Cinta Lama Belum Kelar


Siang ini terlalu terik untuk dilewati dengan jalan kaki, setidaknya itu yang saat ini ada dipikiran Kiki saat ini. Segera ia berbelok kesalah satu kafe pinggir jalan yang baru saja dia lewati. memilih tempat duduk paling pojok dan paling sepi. segera ia pesan Jus segar untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Ia hubungi sahabatnya segera untuk menemaninya duduk-duduk siang hari ini.

“Sob, sini dong. gue lagi di kafe LeClrec nih”.

“Duh sori sob, gue lagi sibuk sama kerjaan. gue absen deh”. jawaban dari seberang sana seketika membuat mood Kiki terbang. “Ah lu nggak asik ah. masa minggu gini kerja. lu kerja sama kumpeni ya?” Kiki mencak-mencak pada sahabatnya.

“Seriusan sob gue ga bisa. gue dikejar deadline. lu mau gue dipecat gara-gara ngorbanin tugas cuma buat kongkow-kongkow doang. ajak si Rian aja deh. doi masih nganggur tuh”.

“Yaudahlah, tapi ntar kalo lu udah selesai lu nyusul kesini. gue lagi bete”. dan CLICK„ sambungan segera terputus. segera ia panggil lagi satu nomor kawannya. sayangnya Rian pun tak bisa diajak keluar siang ini. ada acara keluarga katanya.

Kiki melihat sekeliling, kafe ini cukup sepi. padahal suasananya enak. adem pula. interiornya serba coklat. ah jadi inget mantan, bisiknya dalam hati. Moya apa kabarnya ya? tetiba ia ingat Moya, mantannya yang sangat suka warna coklat. saat itu juga ia telpon Moya, spontan dan tanpa pikir panjang. suara nada sela terus terdengar tanpa ada tanda-tanda akan diangkat oleh si empunya Hape. bersamaan dengan Nada tunggu yang masih menyala, dibelakang meja tempat Kiki duduk terdengar suara ringtone yang menyala. refleks Kiki menengok kebelakang. Dan ia melihat Moya sedang duduk sendirian menatap gelas yang setengah kosong dengan tatapan hampa. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri perempuan itu dengan segera

“Moya.. lagi ngapain disini?” Kiki menegur Moya yang tak sadar akan kedatangannya.

“Eh„, Kiki. Lu ngikutin gue ya?” jawaban Moya membuatnya tersedak. hello!! ngapain juga gue ngikutin lu. Kiki berteriak dalam hati. “Nggak lah, gue cuma kebetulan aja mampir kesini, eh tiba-tiba liat elu yang lagi bengong. Yaudah gue samperin. siapa tahu lagi butuh temen”.

“Oh gitu ya. duduk Ki. kebetulan. gue emang lagi butuh temen ngobrol”. Moya mempersilahkan Kiki duduk, terlihat di wajahnya ia sedang sedih.

“Kenapa lu? Abis diputusin ya?”

“Kok lu tau Ki, tau darimana?” Moya kaget saat Kiki tau apa masalahnya.

“Ya gue sih cuma nebak aja, lagian juga lu itu orangnya mudah ditebak. apa lagi sih yang bisa bikin lu bengong kayak gini selain diputusin cowok sama ilang duit lima puluh ribu”. Kiki bicara setengah bercanda.

“Iya Kiki. Ramon mutusin gue”. seketika wajah Moya menjadi mendung. Kiki jadi salah tingkah.

“Alasannya apa?” Kiki tak sabar ingin tahu.

“Dia bilang gue ngebosenin”. Moya menjawab pelan.

“Ohhh, soal itu.” Kiki akhirnya paham.

“emang gue ngebosenin ya Ki? berarti dulu juga lu mutusin gue karena soal itu ya?” Moya menatapnya penuh tanya. ditatap seperti itu, Kiki jadi salah tingkah.

“eh emmhhh, ga gitu juga sih. kita putus kan cuma soal nggak cocok aja”. Kiki menjawab kikuk.

“Seriusan? jangan bohong Ki”.

Kiki berpikir sejenak, apa yang seharusnya ia katakan. bilang ‘iya’ karena sejatinya Moya emang ngebosenin, nggak fashionable, dan kuno. tapi kalo jujur, ntar moya sakit hati. ntar malah berantem. tapi kalo nggak jujur, Moya nggak bakalan tahu dong kekurangannya dia selama ini dimata lelaki.

“MMmmhhh, Gini ya Moy. tapi lu jangan marah”. Kiki pelan-pelan buka suara

“Iya gue janji ga bakalan marah.”

“Kalo gue boleh jujur sih. Lu itu cantik sebenernya, cuma dandanan lu tuh kuno. trus, lu itu kalo diajak ngobrol nggak ada becanda-becandanya. lempeng aja kayak rel kereta. itu yang bikin jenuh sebetulnya”. Kiki menghentikan sejenak bicaranya. menunggu respon Moya akan kata-kata ia keluarkan. Moya hanya diam dan menunduk lesu.

“Lu sebetulnya baik, setia, dan perhatian. Tapi ya itu tadi. kalo diibaratin cerita film, lu itu terlalu ‘datar’. jadi penonton bosen, gitu Lho”. lanjut Kiki

“terus gue mesti gimana?” moya bertanya lesu, ada nada putus asa yang terdengar.

“Ya lu harus berubah Moy. usahalah keliatan sedikit Fashionable gitu. hehehe..”

“Lu mau bantuin gue nggak?” Moya menatap Kiki dengan mimik memohon.

“Bantuin apaan?” Kiki menjawab heran

“Bantu gue jadi cewek yang trendi dan nggak ngebosenin”. Moya mengedipkan matanya. Kiki tersenyum melihatnya. dan tanpa sadar mengangguk pelan. onde mande, apa yang udah gue lakuin? bisiknya dalam hati
***

Alhasil seminggu setelahnya Kiki sibuk menemani Moya belanja baju, nonton film-film lucu, kursus kepribadian dan NYALON!!!! padahal Kiki alergi banget kalo diajak soal begituan. tapi entah kenapa kali ini Kiki dengan sukarela mau membantu Moya. Entah, ada rasa kasihan yang Kiki rasakan saat melihat Moya kemarin. Juga rasa bahagia saat ia melihat Moya gembira dengan segala perubahan dalam dirinya. Hal ini tak jarang pula mengundang pertanyaan-pertanyaan dari teman dekatnya.

“Lu balikan lagi ya sama Moya?” itu pertanyaan yang sering dilontarkan dua sahabatnya, Rian dan Rino. dan setiap itu pula Kiki menolak tuduhan teman-temannya mentah-mentah.

“Eh dengerin ya, gue nggak mungkin balikan lagi sama Moya! gue ga pernah mengulang kesalahan yang sama dengan balikan sama mantan”. Kiki menolak tegas tuduhan teman-temannya pada suatu sore.

“Tapi sekarang Moya udah cantik lho Ki. udah asyik pula kalo diajak becanda. kayaknya perjuangan lu buat bikin doi jadi cewek yang nggak ngebosenin berhasil tuh”. terdengar suara Rian yang dari tadi keliatan adem ayem aja.

“Ya terus?”. Kiki menjawab singkat.

“kali aja lu pengen balikan lagi”. Rino menimpali

“Kalo lu naksir Moya, ambil aja”. Kiki menjawab enteng, namun ia tahu dalam hatinya ia tak yakin dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

“Yakin lu?” dua orang sahabatnya menyahut berbarengan.

“ga pernah seyakin Ini” jawab Kiki tegas. kemudian kedua sahabatnya saling berpandangan lalu tertawa. “let see…” kata mereka.

***

Kiki tampak uring-uringan dikamarnya. berkali-kali ia cek layar ponselnya. membaca beberapa pesan. dan sesekali melempar-lemparkannya keudara. setiap hapenya berbunyi tanda notifikasi masuk, buru-buru ia mengeceknya. sialan! Rian lagi nonton sama Moya Kiki mencak-mencak dalam hatinya. Aneh, sekarang ia merasakan cemburu ketika melihat Moya dekat dengan cowok lain. Ini aneh pikirnya. ia terus memendam kekesalan entah pada siapa, kemudian ia tertidur sampai jam tujuh malam andai suara teleponnya tak berbunyi. Ia menatap layar ponselnya yang sedang menyala. Hah! Moya telpon aku? Buru-buru ia angkat telponnya.

“Halo…” suara lembut dari seberang sana terdengar pelan

“Ya, kenapa Moy?” Kiki pura-pura tenang untuk menutup rasa senangnya.

“Justru aku yang nanya, kamu ada apa? ponsel aku penuh sama panggilan dari kamu. kamu ada perlu?”

“Oh itu, iya.. tadinya aku mau ngajak kamu jalan. tapi aku liat di status twitternya rian. kamu lagi nonton sama dia. ya udah ga jadi”. Kiki masih pura-pura kalem.

“Oh cuma mau ngajak jalan. kirain apa. yaudah kalo gitu. nite..” kemudian terdengar suara KLIK dari seberang sana.

“Eeeehh Moy, bentar dul…. yah. ditutup”. Kiki mendengus kesal. Kok gue jadi kepikiran Moya ya. terus jawaban dia tadi lempeng banget cuma “yaudah kalo gitu” helooooo„ lu nggak nyadar Moy kalo gue mulai ada ‘sesuatu’ lagi sama lu? ah udah lah. dan semalaman itu Kiki tak bisa tidur dengan nyenyak.

***

“Woiiiii, bengong aja!!” Suara Moya mengagetkan Kiki yang sedari tadi asyik bengong di pojok cafe.

“Eh elu Moy, gue kirain siapa”, Kiki melirik sebentar kearah Moya. kemudian kembali mengaduk-ngaduk kopinya yang sudah agak dingin.

“Lu lagi ada masalah ya?” Moya bertanya

“Iya, kenapa? lu mau bantu?” Kiki menjawab sekenanya.

“anything for U”. Moya menggamit manja lengan Kiki. sejenak Kiki bisa merasakan bau harum rambut Moya yang tergerai dilengannya. tiba-tiba pipinya memerah. mulai ada sesuatu yang tak biasa yang ia rasakan saat itu. sesuatu yang tak asing yang dulu pernah ia rasakan pada Moya. kembalikah perasaan yang sudah lama hilang itu? Kikipun tak tahu.

“Moy, kayaknya gue mulai suka lagi nih sama Lu. menurut lu gimana?” Kiki bertanya terus terang

“Hah, kok bisa. Iiiih Kiki, jangan bikin gue grogi deh”. Moya melotot dengan perkataan Kiki barusan

“Siapa yang bikin lu grogi sih. lu gak liat tangan gue keringetan sekarang pas udah ngomong kayak gitu. gue serius?”

“Ciyus? miapah?”

“Moya, stop bergaya kayak gitu!!! jangan bikin gue ngerasa kalo lu udah mulai ngegemesin. ntar kalo gue makin suka gimana? kayak yang mau diajak balikan aja”.

“Kalo emang gue mau… gimana Ki?” tetiba Moya menatap Kiki dengan lembut. ditatap Moya dengan cara yang seperti itu Kiki jadi salah tingkah.

“eehhh euuhh uuhh… Lu serius?” Kiki nanya sambil grogi

“Emang gue keliatan becanda?” Moya balik bertanya.

“enggak sih, takutnya lu cuma becanda aja. ntar gue kecewa”.

“emang selama ini gue pernah becandain lu kalo udah nyangkut perasaan? nggak kan”. SKAK MAT!! jawaban Moya udah bikin Kiki mati kutu. Kiki cuma diam.

“Lu cinta lagi sama gue setelah gue berubah kan Ki? kenapa lu gak pernah ngomong secara jujur waktu kita masih sama-sama dulu? Lu takut gue kesinggung ya. Ki, walaupun saat itu gue pernah bilang pingin Lu cintai apa adanya. Bukan berarti Gue gak perlu dandan kan? kenapa saat itu lu ngomong kayak gitu aja kayak yang susah”. Moya bicara panjang lebar.

“Karena gue takut lu sakit hati”.

“Itulah Ki inti masalah kita saat itu. Karena kita terlalu menjaga perasaan masing-masing nyampe ga bisa jujur satu sama lain saking takutnya menyulut pertengkaran. padahal bertengkar sekali-kali kan ga dosa ya Ki? justru itu bakalan jadi poin plus kalo kita bisa menyelesaikannya dengan baik”.

“Gue kan udah bilang secara nggak langsung Moy, lu nya aja yang nggak ngerti”.

“emangnya gue Mentalist yang bisa baca pikiran orang”. Moya meninju lengan Kiki, mereka berdua tertawa bersamaan.

“Jadi kita resmi balikan nih?” Kiki bertanya malu-malu

“Iya…”

#30HariLagukuBercerita

terinspirasi lagu berhenti dikamu - anji


ditulis @kacang_almond dalam http://kacangalmond.tumblr.com

No comments:

Post a Comment