Sunday, September 30, 2012

Semangat Pagi

Aku jatuh cinta.
Pada pandangan pertama.
Mungkin bukan murni cinta. Mungkin ada nafsu disana.
Sepertinya benar kata orang, cinta pada pandangan pertama itu tidak ada.
Yang ada adalah nafsu pada pandangan pertama.
Apapun itu, aku menyukaimu sejak pertama bertemu.

Sejak saat itu, aku selalu menantimu.
Aku hafal jadwalmu.
Kamu selalu datang sebelum aku berangkat kerja.
Kamu akan berhenti sejenak menyapa ibu-ibu dan anak-anak kompleks perumahan tempat aku mendiami sebuah rumah kos, mengobrol sambil memberikan senyum manismu.
Kemudian kamu akan berhenti agak lama di depan kosku yang tepat berada di depan sebuah sekolah dasar.
Aku jadi tahu kamu suka anak-anak.
Dan sebelum aku berangkat kerja, aku selalu menyempatkan diri menghampirimu.
Tidak lengkap rasanya hariku tanpa kehadiranmu.
“Kamu akan selalu disini setiap pagi kan ?” tanyaku.
“Pasti,” jawabmu sambil tersenyum manis.

Ada yang hilang.
Sedari pagi aku tidak melihatmu.
Aku terus menunggumu sampai aku hampir terlambat pergi ke kantor.
Pada akhirnya, dengan lesu aku berangkat ke kantor karena lelah menunggumu.
Berharap esok kamu kembali ke rutinitasmu.

Hari kedua,
Kamu kemana ?
Seharian kemarin aku merasa pusing di kantor gegara pagi kemarin aku tidak bertemu denganmu.
Hari ini kamu tidak datang lagi.
Mana janjimu yang bilang kamu akan selalu ada di setiap pagiku ? Huh.

Hari ketiga.
Kamu masih tidak datang.
Aku masih tetap berharap.
Kamu masih yang terbaik dan akan selalu jadi yang terbaik untuk memulai pagiku.
Aku kecanduan kamu.
So please. Jangan biarkan harapanku berakhir sia-sia.

    When I was your lover, no one else would do
    If I’m forced to find another, I hope she looks like you
    Yeah and she’s nicer too


Hari keempat.
Pagi ini aku melewati sekumpulan ibu-ibu yang biasa kamu sapa setiap pagi dalam perjalananku ke kantor.
Rasa penasaran mendorongku untuk menanyakan keberadaanmu.
“Ibu-ibu kan biasanya tukang gosip, pasti tahu kamu kemana” pikirku.
Aku bertanya pada seorang ibu yang aku tahu sering mengobrol dengamu.
“Oooh..tukang bubur yang biasa jualan di depan sekolah itu ? Dia sekarang sudah pulang kampung, Mbak. Sudah punya usaha sendiri di kampung,” jelasnya padaku.

Oh. Jadi itu alasan kamu menghilang, wahai Bapak penjual bubur ?
Kenapa Bapak tidak memberitahuku ? Padahal aku bisa dibilang pelanggan setia Bapak.
Well..kalau memang Bapak sudah punya usaha di kampung halaman Bapak, aku ikut senang.
Berarti sekarang Bapak sudah bisa mendapatkan apa yang Bapak inginkan.
Aku teringat percakapanku dengan Bapak sehari sebelum Bapak menghilang.
Waktu itu Bapak menceritakan penghasilan Bapak yang tidak seberapa dari berjualan bubur. Dan cita-cita Bapak untuk mempunyai warung makanan di kampung halaman Bapak.
Waktu itu aku hanya bisa tersenyum mengamini dalam hati.
Doa Bapak terkabul rupanya.
Tapi aku masih jengkel karena empat hari berturut-turut tidak sarapan karena Bapak tiba-tiba menghilang tanpa pamit.
Bubur kacang hijau buatan Bapak masih yang terenak. Dan termurah. Hehehe…

Hari kelima.
Aku kembali ke kebiasaan lamaku. Berangkat ke kantor hanya mengandalkan sepotong roti sebagai menu sarapanku.
Tidak ada lagi bubur kacang hijau seperti hari-hari yang lalu.
Pagi ini, aku baru selangkah keluar dari pintu kosku ketika aku melihatnya.
Dan senyumku mengembang.
Sebuah gerobak penjual bubur yang sangat ku kenal ada di depan sekolah dasar.
Tapi penjualnya beda. Yang ini lebih muda.
Aku tidak peduli bosku akan memarahiku yang datang terlambat asal aku bisa sarapan bubur kacang hijau pagi ini.

    So go on baby
    Make your little get away
    My pride will keep me company
    And you just gave yours all away
    I’m gonna find another you




ditulis @retnoSionter dalam http://pilong.tumblr.com | I'm Gonna Find Another You

No comments:

Post a Comment