Sunday, September 30, 2012

Elegi Fatamorgana

Bagaskara

Kamu masih ingat saat kita berdua sama-sama mengucap janji itu? Janji untuk saling menunggu satu sama lain, janji untuk saling tetap menjaga hati masing-masing sampai pada suatu masa di mana kita berdua dapat melalui banyak masa yang diberi semesta untuk akhirnya bisa kita nikmati.

Aku ingat saat kamu menatapku kala makan malam sederhana di mana kau memberikan aku sebuah kejutan yang tidak aku duga sebelumnya.

Kamu bilang, "aku datang kesini untuk memutuskan memilih kamu, memilih kamu untuk menjadi kita. kamu masih mau bertahan untuk hubungan ini kan?"

Aku berkaca-kaca menatap wajahnya, pengakuan itu. Akhirnya ia memutuskan untuk memilihku. Betapapun, perjuanganku untuk menjadi pilihan pertamanya adalah hal yang amat kudambakan. Betapapun, tidak ada yang lebih membahagiakan selain berbahagia bersama kamu, Bagas.

*

Well, menjalani kisah cinta segitiga tidak pernah serumit ini. Kau menginginkanku tinggal di sisi hatimu meskipun di sisimu sudah ada perempuan yang memilikimu. Kau memaksamu tinggal di ruang yang sebenarnya telah kau isi dengan nama dia.


di saat aku menunggumu, diam yang slalu kau berikan
ku tak harapkan semua ini terjadi...


Sebenarnya aku ingin merelakanmu pergi, membiarkanmu bahagia dengan dia yang kau cinta, karena terlalu lama menunggu kau memilihku menjadi satu-satunya adalah sebuah hal yang bagiku mustahil. Karena ku tau dia sesosok wanita yang sempurna kau puja, selalu kau cinta, dan tak pernah kau luka.

Karena menunggumu dalam cinta separuh seperti ini bagiku hanya menumpuk luka tanpa penawarnya, karena bungkam lah yang selalu kau berikan, dan tidak pernah kupikir bahwasanya kau akan datang kepadaku untuk membuat sebuah cerita baru bernama kita.

Meskipun akhirnya aku memutuskan untuk menyambut cintaku, menyambut kamu datang. Seperti menjemput penawar dari segala luka yang kutampung sendiri, seperti menyambut bahagia di tengah duka. Aku tak urung mengentaskan penantian panjangku, aku mengiyakan seluruh harapan-harapan yang telah kau toreh sedemikian rupa di depan pintu hatiku. Dan aku juga mengiyakan janji kita untuk saling menunggu momen yang kita nanti, momen untuk mewujudkan harapan-harapan menjadi sebuah nyata. Sebuah bahagia yang nyata dengan memilikimu seutuhnya.

sejujurnya kuingin kamu seutuhnya, tapi kau buang semua harapan

Tetapi semesta mengurungkan kuasanya. Kau sempurna berubah dusta. Keinginanku untuk mendekapmu dalam sebuah kisah yang akan kuberi nama masa depan kita tiba-tiba luntur dan hanyut terbawa hujan tempo hari. Membawa harapan-harapan yang telah kita susun, harapan-harapan yang telah kau gariskan pada tanganku. Perlahan, menghilang sempurna setelah hujan reda, tepat setelah pertemuan singkat kita.

"Aku enggak bisa, Mika, Ranti membutuhkanku, dan ternyata aku juga amat mencintainya. Kasih-sayang dan perjuangannya selama ini mencintaiku apa adanya benar-benar membuatku sadar bahwa dia lah yang sebenarnya ku cinta. Satu-satunya. Sepertinya keputusanku dulu untuk berpaling kepadamu hanyalah keputusan sesaatku yang konyol. Maaf, aku tidak bisa melanjutkan kisah kita yang memang tidak seharusnya ada... lupakan saja semua tentang kita" Bagas mengucapkan kalimat-kalimat menusuk itu tanpa jeda dan tanpa memberiku aba-aba untuk memotong ucapannya sampai akhirnya aku hanya mematung di tempat dia bicara selama sepuluh menit setelah dia pergi.

"Seharusnya tidak ada? Kalimat macam apa itu?"
Seraya menggigit bibir, kelu. Memiriskan keadaan dari tiap kata yang Bagas ucapkan kemarin. Aku-sungguh-tidak-habis-pikir.

seharusnya kau pergi, melepaskan diriku, jangan kau kembali, lupakan semua kenangan kita.
seharusnya kau pergi meninggalkan diriku, jangan kau kembali, lupakan semua kenangan kita.


Seharusnya kamu pergi dari awal, Bagas. seharusnya kamu tidak perlu singgah hanya untuk memberi sebuah fatamorgana dari sebuah kebahagiaan untukku. karena semua tidaklah nyata, karena semua hanyalah ilusi dan penuh kedustaan belaka.

tentang kita, sirna. tentang kita berakhir.

ditulis @kiramadhani dalam http://rizkifitriaramadhani.blogspot.com | Tentang Kita

No comments:

Post a Comment