Saturday, September 29, 2012

Tentang Kita (Delapan)

“Anggap saja aku ini bintang.”

Rengkuhanmu dari belakang menyadarkanku bahwa sedari tadi hawa dingin telah merasuki kulit, membuatku berhenti mendongak sembari mengumpat bermacam jenis pencahayaan buatan manusia yang berlebihan intensitasnya. Aku masih ingat kau melanjutkan, “Minta padaku saja.” Padahal bukan demi sebuah bintang jatuh kita berkendara menjauhi pusat kota. Bukan hanya untuk mendesiskan permintaan aku sampai mencipta ilusi bintang-bintang di langit yang bersih karena polusi cahaya.

Aku yang gemar menyimpan segala wujud dokumentasi perjalanan hubungan kita memang sudah lama mendamba bentuk berbeda selain foto-foto, bon restoran, dan tiket nonton. Maka kubilang saja aku ingin sebentuk tulisan, mungkin surat cinta, atau sebuah cerita pendek. Sekilas, aku merasakan deru nafasmu melambat—seperti sedang berpikir—sebelum kemudian mengangguk setuju. Dengan riang, kutarik sepasang lenganmu memelukku lebih rapat. Aku bahkan sudah bisa membayangkan banyaknya senyum yang terbit dari bibir nanti di tiapku membacanya berulang-ulang.

***

Malam ini kita kembali ke tempat dimana pernah kau minta aku menganggapmu bintang. Aku masih berada di dalam dekapan dari belakang yang punggungku sudah hafal betul temperaturnya. Bintang-bintang yang sedari kemarin kita nantikan kali ini terhampar, memukau dengan bebasnya. Tak ada ilusi. Tak ada umpatan karena polusi cahaya. Pun tak ada sebentuk tulisan darimu yang kan menerbitkan senyum di bibir ditiapku membacanya.

“Maaf,” ini kedua kalinya kau mengucapkan persis di sisi kepalaku, membuat nafasmu mampu menelusuri anak rambutku.

Sudah kubilang, “Tak apa.” Aku yang salah berharap, entah mengapa menyuruhmu melakukan kesukaanku yang tak begitu kau gemari, padahal tak pernah pula kau memaksakan sebaliknya. Aku seharusnya mengerti, kau bukanlah seorang penulis, bukan pula orang yang gemar membaca. Kau itu jenis orang yang menjadi tokoh; inspirasi sebagai karakter utama. Kau sosok yang ada dalam sebuah cerita.

Kupererat rengkuh sepasang lenganmu yang melingkari pinggangku.

Aku ingin abadi dalam sederhana seperti ini saja,

maka biarkan aku mengabadikan tentang kita lewat tulisan-tulisanku.

ditulis @beatricearuan dalam http://beatrice-aruan.tumblr.com

No comments:

Post a Comment