Thursday, September 27, 2012

Kepada : Ilham


Kepada: Ilham.

Sudah berapa kali aku bercerita tentang malam yang mengilhamiku kepadamu, Ilham?

Di tempatku saat ini birunya langit mulai sayup, burung-burung sedang berbaris pulang, beriringan. sebentar lagi siluet pekat bernama gelap akan berkuasa dalam sekejap. Sebagian orang menyebutnya malam, sedang aku memanggilnya teman. Ah, aku selalu suka malam. Malam yang selalu aku nanti, meski sepi namun bisa sendiri saja aku lewati. Malam yang hitam pekat. Sebagian orang membencinya dengan sangat, sebagian lainnya menanti dengan senyuman hangat.


Malam itu sahabat karibku, Ilham.
Kepadanya aku jujur bercerita, selalu setia dia menemaniku yang sedang menangis diatas sajadah. Tak jarang aku memberikannya sumpah serapah, namun malam tidak pernah marah. Dia memilih hanya diam tidak bersuara, membiarkan angin dan dingin yang membalaskan dendamnya.


Malam itu indah, Ilham.
Karenanya dua kekasih akhirnya bisa saling berpelukan di atas kasur sebelum tidur, karenanya seorang ayah bisa mencium kening anaknya yang sedang bermimpi indah, karenanya para penjajah selangkangan bisa memberikan orangtuanya sedikit uang untuk makan. Entah sudah berapa sarjana yang dihasilkan oleh kesederhanaan malam, entah sudah berapa keperawanan yang habis direnggut oleh malam yang jahanam. Entah berapa cerita yang dimulai karena malam, dan entah bagaimana malam mempertemukanku denganmu.


Malam itu menarik, bukan? Karenanya pun aku selalu berhasil menemukanmu yang entah dimana. Aku hanya perlu berbaring, tarik selimut, dan menutup mata. Skenario mimpi yang disusun oleh malam begitu indah, bahkan isi ceritanya pun bisa sesukaku saja. Terkadang aku memilih untuk lebih dulu menyapamu yang sedang dengan gagahnya menungguku di bandara dengan senyum di wajah, sering kamu duluan yang memeluk aku yang sedang kebingungan mencarimu di tengah pikuknya stasiun kereta. Kita berdua lalu tertawa, bergandengan tangan setelah sebelumnya kau mengecup bibirku dengan mesra.


Beberapa kali malam juga membuat kita bertengkar dan aku menangis karena kamu berteriak kepadaku dengan hebat, lalu aku terbangun dengan terengah-engah dan emosi karena marah. Kemudian aku akan sangat merindukan pelukanmu sehingga akhirnya membangunkanmu dengan teleponku, lalu kita akan berbaikan kembali dan berencana untuk membalas habis sang malam dengan percakapan sampai pagi lewat sambungan udara.


Ah, aku merindukanmu saat ini, Ilham. Sepertinya aku akan bersekongkol kembali dengan malam, membiarkannya menyerupai dekapan hangatmu lagi yang akan menemaniku terlelap malam ini. Berterima kasihlah kepadanya, karenanya kita bisa saling sedikit melepas rindu meski hanya melalui mimpi.


Malam itu baik, Ilham.
Selamat beristirahat. Semoga mimpimu tentangku menyenangkan malam ini. :)




Sweet dreams till sunbeams find you
Sweet dreams that leave all worries behind you
But in your dreams, whatever they be
Dream a little dream of me...
-Ella Fitzgerald, Dream A Little Dream of Me-


ditulis @tirtarivai dalam http://ceritatirta.blogspot.com

No comments:

Post a Comment