Sudah lewat maghrib. Dia belum muncul juga. Aku gelisah menunggu di teras rumah.
Kemana ini orang sih??? Kemarin janji hari ini mau datang. Aku geram.
-
Seminggu yang lalu
Jam kuliah terakhir sebelum makan siang sudah usai. Aku langsung menuju kantin karena sedari kuliah pagi perut ini melilit minta diisi. Dalam perjalanan menuju sana, kulihat dia melintas di pagar belakang kampus. Seketika kuurungkan niatku dan beralih mengejarnya.
“MAAASSSSSSS…” aku teriak.
Yang bersangkutan sejenak terdiam dan mencari ke arah suara lalu menemukanku sedang melambaikan tangan. Aku berlari menuju tempatnya berdiri. Dari balik pagar ini, kami mengobrol.
“Iya?” jawabnya.
“Khohk huh huh…..sehkarhang ngghaa pernahh..huh huh..keliatan di kompleks??” sambil terengah aku bertanya lagi. Huh, begini akibatnya kalo sudah lama tak berolahraga. Lari nggak lebih dari 100 meter aja udah sesak napas, batinku.
“Susah,” jawabnya.
“Lah?? Apanya yang susah, Mas??” aku bertanya lagi. Napasku berangsur-angsur stabil
“Udah nggak boleh lewat situ.”
“Sama siapa??”
“Ya satpam kompleks Mba itu. Katanya karena kemaren ada pencurian saya nggak boleh lewat kompleks lagi. Takut ada kejadian lagi katanya.”
DUH. Aku menepuk jidat. Kenapa jadi runyam begini?? Kenapa sampai satpam kompleks segala?? Aku heran maksimal.
“Dia ngomong langsung sama Mas gitu??”
“Iya, Mba. Saya nggak bisa berbuat apa-apa.”
YA IYALAH. Masa iya kamu mau ngebacok itu satpam biar diijinin ke rumahku. Mendadak aku kasian bercampur geli.
“Mas, percaya nggak aku bisa ngeberesin itu semua??”
Si Mas di depanku terdiam sambil melongo. Heran dengan pertanyaan macam-apa-itu dariku.
“Percaya nggak????!!” desakku.
Kemudian dia menjawab “iy…iya mba.”
“Oke. Pokoknya Mas tau beres aja ya. Nanti aku ngomong ke satpam kompleks. Khusus kamu, aku minta dia ngebolehin. Oke?? Oke??”
Dia masih terdiam. Mungkin dalam pikirannya ucapanku hanya candaan saja. Ah. Tunggu aja sih Mas. Kamu bakalan dapet hak kamu persis seperti yang dulu. Aku optimis.
“Eh Mas….boleh minta nomer henfon??” aku cengar-cengir.
-
Dua hari setelahnya, aku mulai mengusahakan untuk memenuhi janjiku. Kucari satpam di pos depan. Untunglah satpam di sini hanya ada dua. Dan lebih untung lagi aku anak Ketua RT sehingga aku pikir aku lebih mudah bernegosiasi. Bisalah bawa-bawa nama Ayah. Hihi.
PRETTT. Aku salah besar. Seharian aku membujuk bapak ini, jalan buntu masih menjadi hasilnya. Si Mas tetap tidak diperbolehkan masuk dengan alasan meminimalkan kemungkinan terjadinya pencurian. Percuma juga aku bilang padanya bahwa aku sudah mendapat ijin dari ayahku sebagai Ketua RT. Si Bapak bilang dia tak mau ambil risiko. Namun aku tak habis akal. Baru satu satpam yang kubujuk sedang sisanya belum. Siapa tahu dia lebih mudah kuajak kongkalikong.
Tak lama aku menemui satpam kedua. Pada awalnya ini semua berjalan sama alotnya. Diapun bersikukuh si Mas tak boleh lewat lagi. Aku bilang pada diriku aku tak boleh gagal. Dengan cara apapun dan bagaimanapun aku harus bisa menolong Mas. Maka kemudian kuulurkan tiga lembar seratus ribuan. Si bapak memandangku penuh curiga. Kubalas tatapannya dan bilang
“Bantu-bantu bayar SPP anak, Pak.”
Uangku belum disambutnya. Satpam ini malah menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Setelah dirasanya aman, barulah uangku pindah ke saku celana seragam. Kami sudah deal. Aku memperoleh namanya sebagai jaminan. Sekarang si Mas bisa lewat.
Kemudian aku pulang ke rumah dengan hati gembira. Tak sabar ingin kukabarkan berita ini padanya.
“Mas, udah boleh jualan lagi kok. Aku udah bilang satpamnya. Mereka ngebolehin. Hari Sabtu ke sini ya.” *sent*
Aku tertawa senang berbarengan dengan delivery report yang datang.
Tak lama kemudian dia membalas.
“Makasih banyak ya Mba. Hari Sabtu nanti saya kesitu. Saya janji.”
-
“Udah jam segini, Mba. Nggak mungkin datang. Besok-besok aja lagi kamu tungguin. Masuk aja yuk,” suara Ibu terdengar dari ruang makan.
Aku menghela napas panjang.
Dengan perasaan kecewa kuangkat badanku dari kursi dan menyusul Ibu ke ruang makan.
Mungkin untuk seterusnya, aku tak bisa lagi makan bakso idaman.
“….i’m losing you”
I bought you any thing
I bought you any ring - Baby (Justin Bieber)
ditulis @ildesperados dalam http://abracupa.posterous.com | Baby
No comments:
Post a Comment