Sunday, September 30, 2012

Karam dalam Harap

“Tak pernah kuragu dan s’lalu kuingat. Kerlingan matamu, dan sentuhan hangat..”

Aku ingin membicarakanmu lewat kata-kata yang biasa.

Aku ingin mengingatmu dengan cara yang aku bisa; menari bersama angan tentang kita.

“Ku saat itu takut mencari makna, Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada..”

Apa yang kupercaya kini ialah, cinta yang tulus akan selalu membahagiakan pada akhirnya.

Dan akan ada saatnya, yang mencintai dengan tulus akan kembali dicintai dengan cara yang serupa.

“Dan aku mulai takut terbawa cinta, Menghirup rindu yang sesakkan dada.”

Ini tentang kamu..

Seseorang yang pelan-pelan membangun harapan di hatiku bahwa, kamulah yang kuinginkan untuk kutatap di saat pagi ku membuka mata.

Seseorang yang pelan-pelan membangun harapan di hatiku bahwa, kamulah yang kuinginkan untuk kutemani pada saat lelap dan terjaga.

Seseorang yang pelan-pelan membangun harapan di hatiku bahwa, kamu akan menjadikanku calon ibu muda dari anak-anak kita kelak.

Seseorang yang pelan-pelan membangun harapan di hatiku bahwa, kamulah yang kuinginkan untuk kulihat sampai maut memisahkan kita.

Kamu..

Seseorang yang membuatku bahagia, ketika kamu bilang rindu.

Seseorang yang membuatku bahagia, karena mampu menerjemahkan setiap arti rasa.

Seseorang yang membuatku bahagia, dengan semua canda tulus yang kamu tawarkan.

Karenamu..

Aku menemukan ruang di hatiku yang berisi semua cerita tentangmu.

Karenamu..

Aku menghafal dengan jelas ketegasan raut wajahmu, hingga sampai pada kenyataan bahwa; aku menemukan rupa seseorang yang sama persis denganmu, di angan masa depan yang kubangun sendiri.

Karenamu..

Aku menciptakan dialog romantis dalam salah satu cerita masa depan yang kubangun sendiri; masih tetap tentang kita.

Aku menjawab lantang, “Yes, I do.”

Sesaat setelah kamu mempertanyakan, “Bersediakah menjadi istriku?”

Jatuh cinta padamu adalah sesuatu yang lucu.

Kamu menggiringku pada kebahagiaan yang mampu kuciptakan sendiri, hanya dengan mengingatmu.

“Jalanku hampa dan kusentuh dia, Terasa hangat di dalam hati..”

“Kupegang erat dan kuhalangi waktu, Tak urung jua ku lihatnya pergi..”

Terima kasih untuk kamu, yang pada akhirnya menghantarkanku berpulang kembali pada harapan.

Tepat di saat kamu menemuiku dengan senyum hangat, yang membuat detak jantungku berlomba.

Membawakan kotak merah kecil berisikan cincin manis dengan kilauan menggoda.

Dan saat kamu mengatakan bahwa cincin itu akan kau hadiahkan pada dia yang selama ini bersembunyi di hatimu; Tepatnya, kau sembunyikan ceritanya saat sedang bersamaku.

“Kau datang dan pergi begitu saja, Semua ku terima apa adanya..”

Terima kasih sudah membuatku memeluk erat serpihan sisa ketegaran yang mulai berceceran bersamaan dengan runtuhnya harapan akanmu.. akan kita.

Aku janji, bahwa aku akan tetap mencintaimu dengan cara yang pantas.

Aku akan merawat hatiku sampai pulih dan mampu mencinta lagi.

Memberi peringatan padanya, untuk jangan lagi mengulang kesalahan yang sama; Yang lumpuh pada janji yang belum tentu pasti.

Terima kasih untuk kamu yang menghantarkanku pada proses ini.

Ini pembelajaran, agar aku bisa menjadi seseorang yang lebih kuat dalam mencinta.

Mungkin cinta yang kutawarkan dengan tulus, sedang menuntutku dalam pencarian siapa yang benar-benar layak mendapatkannya.

Terima kasih, sudah pernah membuatku jatuh cinta padamu.

Karena kau menjatuhi benih cinta di hatiku, dengan cara yang teramat baik.

Aku mencintaimu, yang maya dipelupuk mata, yang karam dalam harap.

“Mata terpejam dan hati menggumam, Di ruang rindu, kita bertemu..”

ditulis @siitiikaa dalam http://tikazefanya.tumblr.com | Ruang Rindu

No comments:

Post a Comment