Sunday, September 30, 2012

Bulan Di Sepertiga Malam

 Cinta itu Cuma punya satu kesempatan untuk berlabuh pada orang yang sama
Senja temaram…. Sinarnya yang ke emasan memberikan rasa sendu tersendiri saat menatapnya. Jika di lukisan senja ini aku melukiskan cerita, mewakilkan kelelahanku menjalani cinta dua sisi yang melelahkan… Dia dan dirinya. Dua orang yang sama sama kehilangan kesempatan untuk mendapatkan orang lain yang lebih baik… karena aku mempertahankan kisah yang rapuh ini.
Aku lelah…. Bisa kah aku berhenti… sudah bolehkah aku memilih… apakah kalian nanti akan terluka dengan pilihanku.
“ Tolong… aku mohon, bantu aku… sekali ini saja… aku memohon pada kalian”
Rengekku pada 3 gadis cantik di depanku ini, ketidak percayaan mereka atas permintaanku. Mereka siratkan dengan jelas dalam sebuah tatapan
“ kamu gila reisha… ini ga bener, ga bisa kayak gini… “
Si mungil berambut lurus ini berkali kali menggelengkan kepalanya.
“ ini sudah keputusanku, aku ga mau ada yang protes… aku hanya minta kalian membantuku. Tolong… dian, santi, nina… aku ga bisa ngelakuin ini sendirian”
Air mataku sudah hampir keluar. Aku putus asa membujuk mereka. Sudah hampir satu jam waktu yang ku habiskan untuk merengek rengek pada mereka. Tapi mereka tetap bergeming diam.
Oh… tolonglah…. Ini penting bagiku, mungkin kalian tidak percaya aku sanggup melakukan ini. Tapi aku lebih tidak bisa mempercayai lagi… kalau aku sanggup melakukan ini. menyakiti diriku sendiri. Terserah bagaimana nanti… tapi renungan senjaku menghasilkan pemikiran ini.
“ kenapa tidak di jalani begini saja, toh kamu ga tau ujungnya bakalan kemana”
Dian kali ini yang bicara. Dia soulmate ku… orang paling dewasa di kost ini. orang yang sanggup memberi advice terbaik kalo ada yang meminta nya.
“ aku tidak bisa lagi dian… ini melelahkan, harus ku selesaikan… bagaimanapun caranya.“
Mereka bertiga mengangkat bahu melihat kenekatanku, aku tahu… ini adalah jawaban iya dari mereka. Mataku berbinar dalam kesedihan.
“ terima kasih “
Bisikku lirih… kupeluk mereka satu demi satu, hanya ada satu orang lagi yang akan ku hubungi untuk ku mintai bantuannya. Dan aku hampir 100% yakin orang itu akan mengiyakan apa yang ku minta. Hubungan kami baik selama ini… dan akan selalu menjadi baik selamanya.

******************************************************************************

Aku tidak pernah suka music seperti ini, bukan masuk dalam kategori band idolaku. Tapi aku ga bisa nolak saat Santi yang setengah putus asa memintaku menemani nya. Reisha sudah tegas tidak mau menemani… dian dan anak anak yang lain apalagi. Cuma santi yang punya selera nyeleneh bisa goyang kepala dengerin music reggae seperti ini.
“ heran sama kamu san… muka korea, doyan nya music beginian”
“ yeee… yan… mata gw doang yang sipit ma, bukan hati gw… lagian k-pop apanya yang mau di nikmati. Geli gw liat cowok2 model begituan. Asikan juga yang begini ini… “
Matanya sayup menikmati dentuman music dari band reggae di panggung café. Dari semua teman reisha…. Santi memang yang paling flamboyant… apa apa suka suka dia. Dia ga akan sungkan minta join rokok atau minuman sama orang yang ga dia kenal sekalipun.
Hampir 2 jam kupingku di siksa music ini… sujud syukur aku saat akhirnya band itu turun panggung dan santi mengajakku keluar
“ kupingku rasanya kayak dapat bisikan dari surga ni” ucapku sambil menghela nafas lega saat kami sudah sama sama di parkiran.
“ hahahaha…. Lebay ah, mau makan dulu atau kita pulang aja makan di rumah, reisha tadi sore kayaknya masak deh “
“ pulang aja deh… kita makan bareng di kost aja, udah lama juga aku ga makan di sana.”
Santi Cuma nyengir kuda…
5  menit kemudian… motorku sudah membelah gelapnya jalanan Jakarta menuju sebuah senyuman di rumah mungil tempat bidadari bidadari ini tinggal.

Satu detik di saat yang sama….
Macet selalu daerah ini, aku tidak tau kenapa Ni bocah satu demen banget nyari buku ke daerah macet kayak gini. Padahal yang namanya gramedia. Kayak jamur sudah di Jakarta ni… sangking banyaknya.
“ gas … rem…. Gas… rem…. Kapan sampe nya ini” gerutu si mungil ini sambil memanyunkan bibirnya
“ tadi kan udah di bilang daerah sini tu rawan macet, loe sih nekat ah “
“ ya tapi kan Cuma di sini yang ada buku ini rick… ich loe ma… tar gw pijitin deh”
“ deuh… males deh, tangan loe segede sapu lidi gitu… mijitin juga geli doang gw”
“ wew… menghina loe ya, ga gw restuin loe pacaran sama reisha “
Mata kecilnya melotot padaku, membuatku tertawa…
“ ngancam ni… ku turunin ni kalo ngancem”
“ ye… jangan dong, ga asik ah becandanya”
Tanganku terulur untuk mengacak acak rambut pendek nya yang lurus, Nina… sudah seperti adikku sendiri. Dia 3 tahun lebih muda dariku dan setahun lebih muda daripada reisha. Pacarnya ada 4 mungkin lebih… dan empat empatnya seperti nya Nampak akur satu sama lain. Ga tau gimana caranya dia bisa seperti ini.
Reishaku yang berbagi perhatian antara aku dan laki laki itu saja sudah Nampak tertekan. Aku sering melihatnya tiba tiba diam dan bingung. Sakit melihatnya begitu… tapi aku juga tidak kuasa menjauh dari nya.
Setelah perjuangan panjang bergulat dengan macetnya Jakarta… sampe lah juga kami di green house. Kost an 2 lantai yang bernuansa hijau di mana mana… cat hijau… genteng hijau… halaman penuh tanaman tanaman hijau ( ya kali… tanaman hijau… emang ada gt tanaman biru ) Area parker green house termasuk dalam kategori luas untuk sebuah rumah kost ( 2 mobil 4 motor bisa masuk ) ku parkirkan mobilku di sebelah Yamaha Vixion yang tampaknya juga baru saja sampai di sana.
Dadaku bergemuruh saat melihat siapa yang datang. Laki laki ini rupanya belum menyerah juga. Tatapannya padaku justru terlihat menantang ( dia di luar aku masih di mobil… dari mata nya, aku tau dia menantangku untuk turun ) jangan kira kali ini aku akan pulang dengan damai seperti biasanya.
Saat aku sampai rumah dari menjemput reisha ke kantor dan aku melihatnya ada di rumah. Biasanya aku akan langsung pulang tanpa mampir dulu. Bukan aku takut pada laki laki ini… aku hanya tidak ingin ribut dan membuat reisha pusing. Tapi kali ini…. gadisku bahkan tidak ada di sini. kalau cowok itu mau satu atau dua hook akan ku layani. Aku turun mengikuti nina…
“ Hei… darimana kalian… “
Nina dan santi mengucapkan kata kata yang sama… lucu sebenarnya.. karena itu mereka berdua tertawa. Atau sebenarnya tidak lucu… tapi mereka sengaja tertawa untuk menutupi kecanggungan yang terjadi mendadak ini.
Aku tidak akan berpura pura aku menyukai laki laki ini. Karena dia hubunganku dengan Reisha menggantung selama ini. Dan karena dia juga… gadisku seperti orang linglung selama ini.
“ ga pengen pulang rupanya? Merasa di terima?”
kata kata itu keluar dari mulutnya, aku tau dia bicara begitu padaku… tapi ku diamkan saja. Aku tidak ingin memulai keributan… belum sebenarnya… aku akan ribut dengannya nanti. Saat kami jauh dari rumah ini. dan saat reisha ga lihat kami ribut lagi.
“ Rick… Yan… mau masuk dlu ga?”
“ aku pasti masuk, kalau dia entah… mungkin dia pengen langsung pulang “
Aku menatap Iyan mengatakan itu, muka nya seperti muak padaku. Mungkin di pikirnya aku ini laki laki tak tau malu yang ngejar ngejar pacar dia.
Hei Mate… cewek itu sekarang milikku. Ucapku… dalam hati tentu nya. Stock kesabaranku masih tinggi. Karena itu aku memilih untuk diam dan mengikuti Nina masuk rumah…
 Sepi rumah ini… mungkin yang lain belum pulang dr kampus, atau ada yang jalan jalan. Tapi Reisha pasti di rumah… soalnya motornya ada di parkiran td. Nina dan Santi jalan duluan di depan. Dan mereka ngobrol seru…. Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak minat untuk ikut urun suara.
Aku berkali kali melirik laki laki di sampingku ini. Mungkin mengikuti pancingannya… bukan hal yang baik, mungkin seharusnya aku pulang saja… dan diam di rumah. Agar reisha tidak harus melihat kami berdua sama sama muncul di pintu kost nya. karena itu pasti membuatnya tambah bingung.
 Jalanku makin pelan… bimbang antara masuk atau tidak. Tapi ini sudah kepalang tanggung, kalau aku tidak masuk ke dalam.. laki laki brengsek ini mungkin akan mengira aku menyingkir karena aku takut kalah saing dengannya. Owh… I could never let him win… di dalam rumah sepi seperti kelihatannya.
Hanya ada 2 orang yang sedang duduk di sofa depan TV. Mereka saling rangkul sepertinya… kaget melihat adegan pacaran di depan mata aku buru2 mengalihkan pandangan. Tapi sesuatu berwarna coklat dari salah satu orang yang berpelukan itu membuat mataku terpaku.
Aku mengenalinya… bahkan dari jarak yang tidak terlalu dekat ini aku mengenalinya. Rambut coklatnya... yang selalu wangi strawberry. Tengkukku terasa dingin. Darah tiba tiba menggelegak di seluruh sel tubuhku. Aku melirik pada laki laki yang berdiri di sampingku ini. mata kami sama sama memperhatikan ke arah yang sama. Dan ekspresi sakit di wajahnya membuatku merasa puas.
Puas dan pedih… karena aku juga merasakan sakit yang sama. Dua orang yang sedang berpelukan ( dan sedang ku pandangi ) itu mungkin merasakan kedatangan kami. Karena mereka buru2 saling menjauhkan diri. 
“ hei…. Dari mana… koq aku ga liat kalian dating “
Suaranya yang bergetar masih sanggup membuat ku luruh di bawah kaki nya. Aku sakit hati merasakan ini…. sakit karena bukan aku yang dia pilih untuk dia peluk. Tapi orang lain… kenapa Reisha… apa kamu sudah sedemikian lelah dengan perjuanganku… dengan perjuangan laki laki di sampingku ini.
“ gimana mau liat… orang lagi sibuk pacaran gitu “ celetuk santi…
Tawa renyah Nina mengikuti. Aku mencoba berkali kali menarik nafas. Aku tidak ingin terlihat gugup atau sakit hati atau marah. Reisha sudah kelihatan sangat salah tingkah. Jika akhirnya dia menemukan orang lain yang lebih mengerti dia daripada aku atau laki laki ini. Aku akan bahagia untuknya.
“ Jadi ini yang kamu lakukan akhirnya, balas dendam padaku dengan memberiku harapan palsu”
Aku menatap laki laki yang bicara dengan nada dingin di sampingku ini. Tatapannya sedemikian dingin melihat Reisha. Apa maksudnya bicara begini. Apa dia tidak mengerti sama sekali arti kata ‘mengalah’
“ Aku tidak tau apa yang kamu bicarakan yan… “
Reisha berjalan mendekati kami di iringi laki laki yang tadi di sofa dengannya. Pemuda Pertengahan 20 tahunan berwajah oriental itu melingkarkan tangannya di bahu Reisha… proteksi yang dia berikan tanpa ucapan atau pembelaan lewat kata kata. Menghancurkan hatiku… Aku ingin Cuma aku yang memberikan itu…. Cuma aku yang melindungi dia.
“ ah… Sudahlah… tak penting lagi di bahas, semua sudah selesai antara kita. Akhirnya aku tau siapa kamu ini sebenarnya. Pantes orang tua ku ga terlalu suka sama kamu. Mereka tau kamu ini hanya berpura pura baik saja. Setelah aku dan Erick… lalu laki laki itu. Siapa lagi yang akan kamu mainkan “
“ hei…. buddy… jangan bawa bawa gw “ sahutku marah….
Aku tidak suka di samakan dengannya. Dengan Rayyan si dodol berpikiran udik yang menilai semua orang dari apa yang dia lakukan… dan apa yang dia rugikan.
“ ga usah munafik loe juga sakit hati kan… “
Tak perlu ku jawab pertanyaannya. Karena tatapan reisha yang penuh perasaan bersalah padaku. Sudah cukup untuk ku… cukup reisha tau aku sakit hati. Tidak perlu aku katakan pada semua orang di rumah ini kalau aku kecewa pada nya.
Kecewa bukan karena aku pikir dia mengkhianatiku. Kecewa karena aku tidak sempat mengatakan “aku cinta padanya” saat aku masih memiliki waktu untuk mengatakan itu.
Aku hanya berharap… itu aku… yang ada di sampingnya, melingkarkan tangan untuk  melindunginya… memberikan dukungan padanya hanya dari satu sentuhan.

He takes your hand I die a little
I watch you’re eyes
And I’m in riddles
Why can’t you look at me like that

When you walk by
I try to say it
But then I freeze
And never do it
My tongue gets tied
The words gets trapped
I hear the beat of my heart get louder
Whenever I’m near you


He looks at you
The way that I would
Does all the things
I know that I could
If only time could just turn back
Cos I got three little words that I’ve always been
dying dare to tell you

With my hands on your waist
While we dance in the moonlight
I wish it was me that you’ll call later on
Cos you wanna say goodnight

Cos I see you
With him, slow dancing
Tearing me apart cos you don’t see
But I see you with him
Slow dancing
Tearing me apart
Cos you don’t see
Whenever you kiss him
I’m breaking
Ohh, how I wish
Oh how I wish
Oh how I wish
That was me, me, me
Oh how I wish that was me


Satu titik di kegelapan malam

Suara tangis yang tertahan membelah kesunyian malam seperti gemerisik angin yang beradu dengan dedaunan.
“ maafkan aku… hanya ini satu satu nya cara agar kalian menjauhiku, Aku mencintai kamu Erick… tapi aku tidak ingin melukai Iyan. Aku tidak akan pernah bisa memilih salah satu dari nya. jadi biarlah ku lepaskan kalian agar kalian bisa mendapatkan kebahagiaan kalian sendiri. Meski harus dengan cara se picik ini aku melakukannya”

Hadirmu..

membuatku bersemangat untuk mencintai..
membuatku bersemangat untuk menyayangi..
Tapi aku  masih tidak bersemangat untuk memiliki

Awh.. wahai jiwa yg tenang..
Pegang hatiku.. rasakan cintaku.. nikmati kasih sayangku..
Tapi aku mohon..

Jangan pernah mencintai aku..
Jangan pernah membutuhkan aku..
Karna suatu saat.. kefanaanku akn melukaimu..
Dan tidak akan ku biarkan kamu menangisiku..

Tak akan ku biarkan kamu terluka karna ketiadaanqu..
Karna aku mencintaimu..
Bukan dengan cinta sebesar gunung..
Atau cinta sedalam lautan..

Aku hanya mencintaimu dengan kesederhanaan..
Seperti bulan yang setia pada matahari..

Biarkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri..

Dan kau...
Hiduplah dgn kekuatanmu sndiri..
Tanpa aku.. kamu masih matahari..
Sinarmu masih bisa kamu bagi pada orang lain..

Lihatlah aku..
Aku hanya bulan di sepertiga malam..
Terang tapi cahaya nya tak kan pernah cukup untukmu..

Ketidak sempurnaanku.. tak kan ku bagi denganmu..
Karna kau terlalu indah untuk menerima itu..

Aku cuma punya sisa sedikit kekuatan..
Dengan yg sedikit it.. aq hanya ingin membuatmu tersenyum..

Jadi tersenyumlah..
Bagi tawamu denganku..
Dan simpan cintaku di hatimu.. di sana, jauh di sudut tak tersentuh..

Ingatlah suatu saat nanti.. meski sepahit apapun hidup kamu..
Masih ada aku yg menanti senyumanmu..
Jadi tersenyumlah untukku..

Karna ketiadaanqu.. membawa cinta yg tak terlukiskan di hatiku


ditulis @princesrei dalam http://backstagecorner.blogspot.com | I Wish

No comments:

Post a Comment