Dadaku sesak. Otakku padat. Panik dan bahagia mendapat kabar kamu akan kembali ke kota ini. Kita akan bertemu!
Ratusan malam kulewati dengan rindu yang melingkar di seluruh raga. Hanya bisa memandang rupa tak bergerak pada layar kurang dari 2,5 inchi.
"Minggu depan aku balik."
Satu kalimat yang membuat mataku nyari tak terpejam selama enam hari ini. Semua baju kukeluarkan dari lemari. Tak ada satupun yang kurasa cocok untuk bertemu denganmu. Semuanya terasa tidak bagus. Terlalu formal, terlalu seksi, terlalu cupu. Aku butuh sesuatu yang tidak berlebih tapi cukup mengesankan.
Dia hanya membalas dengan emote senyum ketika kubilang akan menjemputnya di stasiun. Lalu aku membalasnya lagi dengan emote kerlipan mata.
Kuputuskan membeli beberapa pakaian. Dua dress, dua t-shirt, satu cardigan, sepasang sepatu flat juga wedges. Agak berlebihan untuk kedatangannya yang hanya tiga hari -dan sepertinya tidak akan 3x24 jam juga bersamaku-? Kurasa tidak. Toh aku memang membutuhkannya. Aku berniat memberikan beberapa pakaian yang menjejal di lemari, yang sepertinya sudah setahun ini tak pernah kusentuh.
Dua hari yang lalu kamu memberikan kabar bahwa akan naik kereta malam, sampai disini pagi sekitar jam enam.
Malamnya sudah kusiapkan kaos coklat dan cardigan yang baru kubeli. Juga dengan sepatu flat krem dengan pita di sisinya. Aku tak bisa memejamkan mata sedikitpun. Senyumku mengembang, pipiku merona.
"Can't wait to see u @tuanmudachoky!" Tweet sent.
Lima menit. Sepuluh menit. Setengah jam. Tidak ada balasan.
TRING. Mention masuk. Jantungku berdegup kencang. Pipi merona. Ah ternyata dari @_g4I0hh. Gak penting. Senyumku merucut.
Aku harus tidur, jangan sampai ada bulatan hitam di kantung mataku esok pagi.
Baru setengah jam terlelap, alarm sudah berbunyi. Jam setengah lima. Aku segera menyambar handuk, mandi lalu shalat subuh. Pukul setengah enam aku sudah di dalam mobil. Dengan dress hijau dan wedges baru. Iya, seketika saja aku mengganti pilihan yang akan kukenakan. Eyeliner dan maskara sudah tersapu rapi, tak lupa parfum blueberry kesukaannya kusemprotkan di sekitar leher. Sedikit lipgloss kuoles sebelum menginjak gas.
Jalanan masih lenggang, tentu saja karena ini weekend dan masih sangat pagi. Tepat pukul enam kurang sepuluh menit aku sudah berdiri manis di depan gerbang kedatangan. Kutanya salah satu petugas disana, katanya kereta ada sedikit keterlambatan mungkin sekitar setengah jam.
Apalah artinya setengah jam, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Terlebih sembilan bulan terakhir kita sama sekali tidak bertemu. Kamu menerima pekerjaan nun jauh disana. Jarak 679 km tak terasa ketika kita sama-sama merindu dalam untaian kata. Membuat yang lain iri akan romansa yang kita cipta.
Peluit tanda kereta datang sudah terdengar, tak lama lokomotif yang kutunggu muncul. Mataku awas mengamati penumpang berjejal keluar dari pintu-pintu yang tersedia. Pria 173 cm yang kutahu terakhir dari DP bbmnya berambut plontos belum nampak. Tak mungkin mataku siwer. Subuh tadi lensa kontak sudah kukenakan.
Kerumunan sudah mulai terurai. Kebanyakan mereka langsung menaiki taksi atau kendaraan yang menjemputnya. Aku masih celingukan mencari kamu.
"Kamu dimana?"
PING
"Cok..?"
"Di kostan.."
"Kost?"
"Astaga aku lupa bilang aku ga jadi balik hari ini"
"Mo ketemu orang ntar siang"
GA JADI BALIK?? KAMPRET BANGSAT LO GA JADI BALIK DAN GAK NGABARIN GW??! GW UDAH DI STASIUN DARI PAGI BUTA NUNGGU ELU DAN LU MASIH ADA DI KOST. GA JADI BALIK. KEPARATTT! dan tentu saja tak kukirim.
"Oh.." hanya itu jawabanku.
"Iya maaf ya"
"Kamu dimana?"
"Aku d jalan, mw cari sarapan"
"Aku juga laper nih..."
"Entar kalo aku disana kita cari sarapan bareng ya!"
":)"
":*"
Aku melangkah gontai menuju parkiran. Selalu saja begini. Seolah sudah ada harapan, lalu terlempar begitu saja.
Sialan. Lagi-lagi kamu mengecewakan aku. Menyia-nyiakan aku.
Yaa salah siapa jatuh cinta sama orang yang udah mem-friendzone-kan kita. Salah siapa jatuh cinta sama orang yang belum move on.
Aku kecewa kamu ga jadi balik. Aku kangen banget sama kamu. Aku sayang kamu.
-dan tentu saja seperti pesan-pesan jujur lainnya yang segera kuhapus, tak pernah kukirim-
Suara Donny Sibarani mengalun dari speaker radio.
Dahulu terasa indah, tak ingin lupakan
bermesraan selalu jadi kenangan manis
Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh
yang biarkan semua ini permainkanku berulang-ulang kali
Mencoba bertahan sekuat hati
layaknya karang yang dihempas sang ombak
jalani hidup dalam buai belaka
serahkan cinta tulus dalam takdir
Tak ayal tingkah lakumu buatku putus asa
kadang akal sehat ini belum cukup membendungnya
Hanya kepedihan yang selalu datang menertawakanku
engkau belahan jiwa, tega menari indah di atas tangisanku
Segera kumatikan radio. Manusia bodoh terlalu memekakan telinga pagi ini.
ditulis @faannniiii_ dalam http://tetehna9a.blogspot.com | Manusia Bodoh
No comments:
Post a Comment