Gigi. Nama lengkap Dogie. Putih, menyisakan warna coklat di daun telinganya. Aah.. senyumnya manis sekali.
Aku sering mengintipnya di rumah sebelah. Hanya untuk melihat senyumnya. Meski bukan untukku, tetapi aku senang.
Namaku Belang, tinggal di sebelah rumah Dogie. O iya sudah kuceritakan tadi. Aku seekor kucing yang pemalas. Kesukaanku berjemur di bingkai jendela lantai dua rumah ini, tentu saja sambil mengintip Dogie. Dia seekor anjing.
Dogie seekor jantan, banyak penggemar dari komplek seberang, dan terkenal dari bisik angin pembawa berita gosip terhangat. Dogie tampan dan senyumnya manis sekali.
Yang kutahu dia belum punya pacar. Kata angin, dia sombong sekali. Tak pernah bermain-main dengan para anjing di komplek ini. Selentingan kabar dia mempunyai syarat jika ingin menjadi pacarnya.
“Siapa paling banyak punya bulu, bawakan juga tulang seribu.”
***
“Gie, Dogie. Hoi aku di atas sini, meong.. ” teriakku pada Dogie.
Si Dogie mencari arah suaraku, lalu mendongak serta merta memamerkan senyumnya.
“Sudah jangan senyum gitu, nanti aku jatuh cinta padamu, rasakan raunganku tiap malam, meong.”
“Guk. Kamu tahu kan syaratku menjadi pacarku? Jangan lupa tulang seribu. Tetapi tunggu dulu, kamu kan kucing jantan.”
“Meong. Haha.. tunggu saja tulang seribu untukmu.”
“Guk. Aku tunggu. Asalkan aku punya tulang seribu. Yummy.”
“Meong. Setuju.”
***
Bergegas aku menuruni tangga. Sudah kusiapkan bagi Dogie yang sombong itu. Seribu tulang ikan, sisa makananku.
***
*Diinspirasi dari lagu Anjing Kintamani - Shaggy Dog
Ditulis oleh @_bianglala dalam http://pelangiaksara.wordpress.com
No comments:
Post a Comment