Wednesday, September 26, 2012

Hujan

Zreeezzzsss....

Hujan diluar membesar menjadi jadi. Hatiku mulai berdenyut tak terkendali. Aku seolah tahu, kau akan hadir di sini, sore ini.

“Kring” suara lonceng yang diikatkan diujung pintu masuk berbunyi. Kau masuk dengan setengah berlari, karena kehujanan.

“selamat sore, ada yang bisa saya bantu ? mau pesan apa ?”

“ hot choclate nya satu ya”

Aku suka setiap tetesan hujan yang membekas di jendela ini. Aku suka setiap kembali ketempat ini, menemukan kau yang tersenyum ramah nemawarkan minuman yang bisa kuhabiskan berjam jam. Menikmati sore menunggu hujan bersama senyummu yang kucuri tampa sepengetahuanmu.

Aku suka setiap hujan datang. Dia datang memberi rejeki. Ya, hujan selau membawamu kesini, memberi rejeki pada bunga yang mekar dihati. Harum. Aku suka saat kau tak bisa pulang, lantaran kau tak suka gitarmu basah karena hujan. Aku suka kamu yang mencuri senyumku secara rahasia, walaupun sebenarnya, aku tahu itu.

Aku suka menghirup aroma kopi buatanmu. Sesekali kusruput sambil memejamkan mata membayangkan kau duduk didepanku, kita menghabiskan sore ini dengan beberapa lentingan gitarku dan beberapa sajak cinta untukmu. Aku tersenyum geli membayangkan kau terlelap bersandar dipundaku, memuji setiap syair yang tercipta untukmu. Aku semakin menjadi jadi, ketika membayangkan bibirmu yang kukecup demi kekagumanku untuk dirimu, untuk kecantikanmu.

Aku suka ketika kau mulai masuk ke dunia imajinasimu. Sesekali kau tersenyum saat menikmati kopimu sambil terpejam. Aku suka saat kau mulai mengeluarkan gitarmu dan memainkan jemari jemarimu. Aku suka mendengarkan melodi petikanmu yang menjiwai dirimu. Aku tau pemilik lagu dari petikan lagu itu, tapi kau sedang tidak berusaha menjadi dia. Kau bermain untuk jiwamu, yang dipersembahkan untuku. Aku suka semua senyuman rahasiamu. Aku suka menanti sensasi kapan kau akan datang padaku, hanya sekedar menanyakan hal lain selain kopi. Namaku misalnya ?

 ***

Hujan lebat mengecil menjadi rintik rintik. Aliran air dijendela ini yang menyeruakan perjalananya mulai melambat pelan pelan. Kopi ini pun mulai menuju tahap akhir dalam gelasku, namun kamu masih menguasai hati ini bersama senandung lagu untukmu. Aku tak ingin berakhir selalu begini. Aku tak ingin terus menjadi rahasia demi kamu.

30 menit lagi dia akan akan datang menjemputmu dengan kuda besinya. Mentari akan terbit sesaat mengusir awan mendung, kemudian ia terlelakan ditelan sang malam. Dia membawamu pergi bersama setiap lentingan gitar dan senyum rahasiamu. Entah kemana, entah kaupun akan bahagia disana ?

Tak ada yag harus kutakutkan sebenarnya dari perasaan ini. Aku harus menghidupkan kamu sebenar benarnya. Tidak ditempat ini. Tidak dalam hujan yang mengunci kita dalam ruangan yang memenjarakan kehadiran cinta itu sendiri. Aku harus menguatkan diriku, beranjak menuju tempatmu. Kubawa hatiku bersama gitar yang menguatkan jiwaku.

Kau beranjak dan mulai memandangku tampa takut akan ketahuan lagi. Kau berjalan menuju tempatku lurus tampa goyah. Tentu saja aku tidak boleh dengan sengaja menghancurkan hatiku. Aku harus memastikanya padamu. Mungkin sedikit pembicaraan normal penting untuk permulaan.

“ ada yang bisa ku bantu ?”

“ namaku Viona.” Kau langsung memotong pembicaraanku. Dan memberikan secarik kertas yang bertuliskan nomermu.

“ aaa..aku, Nadia...” aku membalas pertanyaanmu, seakan tahu isi hatimu. Kau tersenyum kecil ketika mendengarnya. Kurasa kau bahagia.

“ telepon aku nanti malam, Nad.” Tak lama kekasihmu hadir membawamu pergi dihadapanku. Cepat cepat aku simpan kertas pemberianmu.

Tak ada lagi yang harus kusembunyikan lagi darimu. Aku ingin kamu. Aku ingin kau tahu itu, Nad.

Hujan tepat berhenti saat kau keluar dari sini. Menyisakan genangan genangan diluarsana. Beberapa orang berteriak kesal kena cipratan kotor, beberapa orang senang dan berlari karena mereka bisa pulang kerumah. Beberapa orang masih terdiam menunggu hujan itu datang lagi. Mungkin esok mungkin nanti mungkin saat ini juga. Dan aku tak harus menunggu hujan datang lagi untuk bertemu kamu, Viona.

Looking out the door i see the rain fall upon the funeral mourners

Parading in a wake of sad relations as their shoes fill up with water

And maybe im too young to keep good love from going wrong

But tonight you’re on my mind so you never know

ditulis @baskorodien dalam http://horohorooroi.posterous.com | Lover, You Should've Come Over

No comments:

Post a Comment