Sunday, September 2, 2012

Adele - Someone Like You



Kita selalu menceritakan tentang kebahagiaan. Tentang bagaimana kita kemarin, hari ini dan yang akan datang. Kita berdua juga selalu bercerita apa saja, layaknya didunia ini hanya ada Aku juga Kamu. Seperti kamu yang selalu membahas tentang konsep pernikahan kita nanti, pulau Fuji yang kamu pilih sebagai tempat honeymoon kita, tentang nanti kita berdua akan punya anak berapa, tentang tempat tinggal kita nanti setelah menikah dan hal lainnya yang selalu kita bahas bersama dan kebanyakan tugasku hanya menatap lama caramu bicara, lalu tersenyum memandang senyumanmu itu yang menurutku candu (cantik). Kamu juga selalu memintaku agar tetap bersamamu juga mencintaimu dan demi apapun sebelum kamu memintanya aku sudah memprediksikan bahwa hatiku terakhir akan jatuh  pada dirimu saja.

Tapi apa jadinya bila yang kita bicarakan saat itu hanya sekedar bicara saja? Kita selalu membahas kebersamaan, kebahagiaan dan abadi tapi ada satu yang lupa kita bahas, perpisahan. Kita lupa membahas bagaimana nanti bila perpisahan itu nyata, kita lupa membahas tentang apa yang harus kita lakukan saat kehilangan itu benar ada dan ini aku sekarang sedang merasakannya, kehilangan dirimu untuk pertama kalinya dan seterusnya. Jadi sekarang salah siapa saat moment buruk ini datang? Apa aku harus menyalahkanmu yang meminta perpisahan ini dulakukan atau kesalahanku yang tak bisa mempertahankanmu saat Dia, lelaki gagah itu yang lebih menginginkanmu? Ini bukan tentang seberapa sakit yang harus aku pikul sendiri tapi ini tentang bagaimana hatiku yang kamu biarkan berharap penuh lalu dibiarkan jatuh seperti ini dengan setumpuk cerita imajinasi kita waktu itu.

Dan sekarang lukaku lengkap sudah. Setelah sebulan perpisahan konyol kita, kamu memberikanku sebuah undangan bersambul warna emas yang bertuliskan namamu dan juga namanya. (kalian akan menikah). Kamu tahu apa yang harus kulakukan saat melihat namamu dan namanya? Hatiku bergetar, seperti ingin menangis tapi ahh.. jangan dulu. Kamu masih berdiri didepanku bersama calon suamimu itu dan aku tidak ingin kamu melihat bagaimana ekspresi wajah sedihku saat mengetahui berita bahagianmu ini. Kamu pulanglah sekarang. Yang akan kulakukan sekarang yaitu menutup pintu rumah lalu berjalan kebelakang membasuh kedua bola mataku yang mulai berair.

1 September , ini hari yang paling membahagiakan untukmu. Hari pernikahanmu. Hari yang seharusnya aku yang berdiri disampingmu, merangkul tanganmu lalu berjalan bersama memasuki altar gedung mewah ini. Tapi sepertinya Tuhan sedang menguji cintaku dengan bagaimana membiarkanmu masuk ke hati yang lain, yang baru dan itu bukan untukku. Sudahlah, aku sudah ikhlas tapi sial mataku malah memanas saat melihat dengan jelas Dia memasukan cincin ke jarimu, jari yang selama 2 tahun lebih selalu ku genggam, jari yang pernah kuselipkan sebuah cincin untuk menyatuhkan kepercayaan kita dan sekarang harus Dia yang kebagian memilikimu sepenuh harimu.
Aku belum juga beranjak keluar dari gedung ini dan sekarang yang kulakukan adalah duduk didepan piano ini, berniat memberikanmu selirik lagu sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat ini dan juga dari ceritamu.  Jadi kamu duduklah tenang disitu aku akan bernyanyi dan berharap kamu menyukainya.
Adele-Someone like you, ini lagu yang biasa kamu nyanyikan saat aku sedang memegang gitar kan? Dulunya aku membenci lirik lagu ini karena liriknya tak sesuai dengan cerita kita (dulu) dan sekarang aku menyukai lirik ini karena ternyata kamu mempersiapkannya untukku dan ini aku sedang bernyanyi untuk menutup kisah kita hari ini. Bait pertama dilirik ini hatiku masih biasa-biasa saja, masuk dilirik selanjutnya yang kurasakan mulai ada suasana yang memendung luka disekujup tubuhku tapi ahh jangan,  aku tidak boleh tampil sesedih seperti itu dihadapanmu dan ya Tuhan, saat masuk di lirik lagu ini;

Never mind i’ll find someone like you. I wish nothing but the best for you to, dont forget me, i begged i’ll remember, you said.. sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead.

Tak diinginkan tapi air mataku tumpah juga saat bagian itu kunyanyikan. Sesakku mulai terasa, air mataku tumpah tapi tak apa aku masih sanggup melanjutkannya hingga lagu ini berhenti dengan sendirinya. Semua orang yang berada didalam gedung ini memandangku dengan cara yang teramat lirih, sepertinya mereka bisa cepat menebak sebelah mana hatiku yang mulai terasa nyeri duluan. Dan kamu, aku tahu bagaimana isi hatimu sekarang tapi maaf aku tak bermaksud membuat hari bahagiamu ini dipenuhi dengan air mata orang-orang yang mengetahui bagaimana hubungan kita dulu itu. Kamu, berbahagialah sekarang. Di 5 menit terakhir lagu ini aku tampil seperti lelaki lemah. tapi aku pastikan, saat aku beranjak keluar dari gedung yang didekor semewah ini, aku tak’an menyimpan kesediham, kehilangan seburuk ini lagi.

Kamu, sekarang berbahagialah dengan kehidupan barumu. Hatiku memang teramat hancur tapi aku tak sebodoh itu untuk terlalu lama membiarkan hatiku selirih ini. Aku juga ingin bahagia sepertimu sekarang ini dan lihatlah.. Tuhan sedang menyiapkan daftar wanita terbaik untukku yang harus kupilih, satu.






ditulis @Aiinizza dalam http://aiinizza.blogspot.com


No comments:

Post a Comment