Ini cerita tentang anak manusia, yang punya cinta dan pernah patah hati. Ini cerita tentang aku, kamu, tentang kita.
Dulu sewaktu kecil, kupikir kehidupan orang dewasa itu lebih cerah dari warna langit yang kutatap setiap pagi ketika berangkat sekolah. Saat usiaku menginjak angka 22, aku sadar tak hanya warna cerah yang datang di kehidupanku. Lima tahun yang lalu tepat hari ini, langit yang kutatap tak secerah sore ini. Mendung yang menggantung sendu seperti siap meledak didalam hati. Sore itu kau mengkhianatiku, mencabik-cabik hatiku dengan berselingkuh didepan mataku. Aku takkan pernah lupa itu. Karna setelah hari itu hidupku telah berubah. Aku bukan lagi perempuan manis yang manja bila kau belai. Aku bukan lagi perempuan penurut yang tanpa diminta bisa memberikan segalanya untukmu. Aku, adalah aku yang baru. Setelah hari itu, laki-laki hanyalah sampah, dan jangan sampai mengotori hatiku lagi dengan sampah. Sore ini, lima tahun setelahnya, aku bertemu kamu. Lelaki dengan wajah manis menenangkan, buku ditangan, rambut sedikit gondrong, kaos oblong dan jeans belel. Dan untuk pertama kalinya aku merasa, kau bukan sampah seperti lelaki lainnya.
Kau adalah lelaki yang menabrak ibuku dipinggir jalan raya dekat rumahku. Kau juga yang merawat luka di kaki ibuku hingga sembuh. Kupikir itu memang pertanggung jawaban atas perbuatanmu. Belakangan aku tau, kau adalah seorang dokter. Ibu, yang kini kakinya sudah mulai pulih, begitu semangatnya menceritakanmu padaku. Hanya kau. Ahh, lelaki. Kau hanya lelaki. Siapa tau kau juga seperti sampah, sama seperti lelaki lainnya.
“Kau hanya butuh waktu untuk menerima kenyataan, sayang.” Itu yang selalu ibu katakan padaku.
Sejak dikhianati lelaki bajingan itu, tak banyak kalimat bujukan yang keluar dari bibir ibu kepadaku. Sejak kau muncul dihadapan ibu, ia seperti telah menemukan yang terbaik untukku. Tapi lagi-lagi aku berpikir “ahh, kau hanya seorang lelaki, apa bedanya dengan yang lain?”
Akhirnya, demi ibu, aku bersedia meluangkan waktu untuk sekedar pergi makan denganmu. Ketika duduk berdekatan denganmu, perasaanku mulai aneh. Baru kali ini aku duduk berdekatan lagi dengan lelaki. Entah salah tingkah. Entah tak nyaman. Tapi sendok yang ada digenggamanku bergetar dan terjatuh. Kau membantuku mengambilnya. Kini jarak kita hanya beberapa senti. Jantungku makin kencang berdegup. Entah mengapa.
Sejak saat itu, kau makin sering mengajakku jalan. Nonton film kesukaanku. Makan di resto favoritku. Atau sekedar menemaniku membaca buku di cafe kesukaanku. Semuanya kau lakukan tanpa campur tangan ibu. Hebat! Tadinya kupikir kau hanya berani bersembunyi dibalik ketiak ibuku.
Pagi ini, saat aku membuka jendela kamar, warna biru langit terlihat ceraaaaah sekali, tak seperti biasanya. Bahkan lebih cerah dari warna langit yang kutatap setiap pagi ketika berangkat sekolah, dulu. Ada satu pesan diponselku. “Selamat pagi, manis!”, darimu. Jantungku berdegup tak biasa lagi. Aku menyalakan radio. Kembali berbaring di ranjang. Sebuah lagu yang terputar diradio mengingatkanku padamu. Ahh, apa maksud dari semua ini, Tuhan?
“Dan kau hadir mengubah segalanya menjadi lebih indah, kau bawa cintaku setinggi angkasa, membuatku merasa sempurna..” Adera – Lebih Indah
ditulis @bublespuff dalam http://blognyaastri.blogspot.com
No comments:
Post a Comment