Terkadang menunggu untuk menjadikan sebuah cerita membutuhkan potongan-potongan kecil dari bagian sebuah kisah. Kita melihat baik dan buruknya tentang apa yang pernah terjadi, merupakan suatu yang sangat biasa kita lakukan dalam setiap hari kita untuk melamunkan sebuah kisah.
Kita berbicara seolah kita tau apa yang akan terjadi seok, kita menjadi bagian dari kita yang lain. Saat aku menunggu, ada kita yang bersaksi dan mengatakan : “Kita akan bertemu di senja yang lain.”
Semua ini memang harus kita jalani. Baik dan buruknya sebuah perpisahan menjadikan segala sesuatunya menjadi dewasa. Seakan kita yang paling benar, selalu memutuskan segalanya dengan kemauan kita, tanpa kita sadariada bagian dari kita yang lain yang melihat dan dengan tersenyum meneteskan air mata, menyesali semuanya.
Ada saatnya kita memberikan waktu untuk waktu kita sendiri.
Aku selalu berkata, bahwa aku akan selalu menunggu sebuah kisah yang hanya ada tawa di dalamnya. Ternyata aku salah, masih banyak yang akan terjadi di depan dan bukan hanya indah. Kesetiaanku untuk menunggu memang seperti pelangi.
PELANGI SETIA MENUNGGU HUJAN. TERKADANG DIA TIDAK SELALU ADA SEHABIS HUJAN TURUM, DIA MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENUNJUKAN WARNANYA. DAN SAAT DIA HADIR, SENYUM KECIL AKAN MENGHIASI BIBIR DARI KITA YANG MELIHATNYA.
“Telah kita lewati segala sesuatunya bersama, waktu memang tidak begitu lama untuk menjadi saksi. Waktu juga yang memisahkan kita. Tetapi percayalah, waktu yang lain menunggu kita untuk kembali. Waktu memberi kita waktu untuk menjadi kita yang dewasa dan berjanji untuk bercerita tentang hari yang akan kita lewati tanpa ada kita.”
“Menunggu terkadang tidak selalu membosankan, ada kita yang lain …
Yang menunggu kita di pohon janji kita.”
ditulis @AgistaJS dalam http://titik-pena.tumblr.com
No comments:
Post a Comment