Monday, September 3, 2012

Menunggu


waktu di arlojiku menunjukkan jam tiga tepat, satu jam lebih cepat dari waktu yang kita janjikan. Aku sudah duduk manis sambil mengatasi keteganganku menunggumu.

Ini mungkin bukan ide yang baik. Akhir hari ini bisa jadi buruk. Tapi ini adalah pertama kalinya aku tidak bisa menahan diri untuk berharap. Kamu tau apa rasanya? Rasanya.... Mungkin seperti terbelah. Bahwa selemah apapun bukti yang ada, aku tidak mampu mengendalikan perasaan untuk memustahilkan bayangan-bayangan indah akan kebersamaan kita. Aku tidak kuat menekan pikiran bahwa kalau aku mencoba, mungkin akan ada jalan agar bayangan-bayangan itu menjadi nyata.

Tentu kedekatan kita bisa berarti apa saja. Tapi aku tahu apa arti kedekatan kita yang aku inginkan. Keinginan dan harapan itulah yang membuatku mulai melangkah untuk menyatakan perasaanku. Aku tau kamu sudah membaca pesanku, sekarang yang harus kulakukan tinggal menunggumu... Dan mengucapkan apa yang selama ini ada di hati.


Lewat satu jam dari waktu yang kau janjikan. Kamu belum datang. Aku mulai resah. Memikirkan bahwa hal terburuk dari yang bisa terjadi akan terjadi. Sesekali aku mendongak tinggi, siapa tau bisa melihatmu. Selama satu jam mataku berputar antara orang-orang yang lewat dan arlojiku. Semakin lama menunggu, resahku hilang. Kurasa karena empat jam sudah berlalu dari waktu yang kita janjikan. Tidak ada kabar darimu sama sekali, tak peduli berapa banyak pesan yang sudah kukirim untukmu. Sebuah "tidak mungkin" dalam harapan telah berubah menjadi "tidak mungkin" yang biasa.

Pilihanku kali ini salah. Aku tidak melangkah ke arah yang tepat. Dengan segala petunjuk yang ada sebelumnya, aku merasa sangat bodoh. Aku menyesal. Aku sebal. Ada bagian dari diriku yang tidak bisa menerima ketidakhadiranmu.
Ada sedikit bagian dari diriku yang nampaknya baru tersadar, kita tidak bisa kembali sama seperti sebelum aku menunggumu di sini.

Dengan perasaan berantakan aku berdiri dari tempatku duduk. Aku berjalan menjauh dari tempat itu.
Semakin jauh aku melangkah, semakin tegas aku mengatakan pada diriku untuk menahan harapanku lebih kuat saat aku mulai berharap.


ditulis @si_meong_oren dalam http://meong-kucingoranye.blogspot.com

No comments:

Post a Comment