Monday, September 3, 2012
Ragu Semu
Aku terdiam menatap kekasihku. Masih dengan mengumbar senyum, ku biarkan ia bercerita sesuka hatinya. Aku suka candanya ketika berusaha membuatku mengerti apa yang ia ceritakan. Aku suka gerak-geriknya ketika ia memvisualisasikan apa yang terjadi di ceritanya. Aku suka suka citanya berbagi kisah dan kasih denganku. Aku suka semua tentangnya.
....
Namaku Cahaya. Aku bukan seperti gadis yang pada umumnya. Aku tak cantik seperti gadis-gadis yang banyak di tempat keramaian. Aku tak pintar seperti gadis-gadis yang banyak di perpustakaan. Aku tak pandai berhaha-hihi seperti yang lain. Yang aku punya hanya telinga. Mungkin itu yang membuat Kirana, kekasihku jatuh cinta padaku. Aku bersyukur punya dia. Dan akan kulakukan apapun untuk terus bersamanya.
Setiap hari, Kira selalu punya cerita. Aku tahu dia bahagia dengan ceritanya. Ronanya tak pernah ada gurat kesedihan. Pasti itu karenaku, pikirku. Tapi itu hanya semu fikirku mungkin. Aku pun tak mau kalah antusias dengan Kira. Ku pasang telingaku baik-baik seperti biasa.
“Ca, kamu masih ingat ceritaku yang pergi melaut?” tanyanya menyambung cerita petualangannya.
Aku mengangguk pelan. Tak lupa tersenyum. Karena itu semacam kunci mendapatkan senyum dan antusiasnya. Mana mungkin aku lupa. Semua ceritanya akan tersimpan secara tertib dan mempunyai ruang sendiri di hatiku.
“Tadi siang Kandil cerita, Minggu lalu dia dan anak-anak yang lain melaut lagi. Cuma aku yang absen. Sayang sekali. Padahal aku sangat menunggu momen itu. Kalau aja kuliah Pak Ogy tadi bisa ditinggal. Harusnya aku bisa sama-sama Cinta. Ahh.. padahal aku sudah lama nggak ber-say hello dengan Cinta, kalau saja ............. ” perlahan kata-kata Kira semakin tak terdengar olehku. Lagi-lagi nama itu disebutnya.
Harusnya aku sudah tak sakit hati lagi nama itu disebutnya. Karena aku sudah terlalu familiar dengan nama itu. Cinta hadir di hati Kira jauh sebelum aku mengenal Kira. Ikatan Cinta dan Kira terlalu kuat untuk ku lawan. Jangankan melawan, masuk di dalamnya pun aku tak akan pernah bisa. Aku tak mengenal Cinta secara fisik, tetapi aku sangat mengenal Cinta dari setiap cerita Kira. Setiap detik, Kira tak pernah putus antusias ketika segala ceritanya berujung di Cinta. Setiap nama Cinta disebutnya, ingin rasanya aku bungkam mulutnya. Menghilangkan setiap kosakata Cinta dari mulutnya. Aku ingin berteriak sekencang mungkin bahwa aku tak suka itu!! Aku hanya sanggup melakukannya dalam hati. Aku mungkin akan melakukannya, kalau ingin Kira pergi dariku. Dan itu tak mungkin!!! Sampai kapanpun tak akan! Hanya diam yang bisa kulakukan untuk mempertahan zona amanku.
“Ca, kamu kenapa? Dengerin aku kan?” sergah Kira tiba-tiba.
Aku sempat kelabakan, tapi aku berhasil menghalau rasa cemas Kira. Aku kembali tersenyum sambil menenangkan Kira, bahwa tak terjadi apa-apa denganku. Ia pun balik tersenyum kepadaku. Kekasihku memang baik. Ia pun melanjutkan cerita serunya tentang cintanya ke Cinta.
Kalian bertanya apa yang ku lakukan? Ya diam lah. Mau apa lagi? Aku tetap memasang telingaku baik-baik. Memastikan bahwa aku mendengarkan semua yang keluar dari mulut kekasihku tanpa skip bagian manapun. Jangan pernah bilang aku gadis bodoh! Karena jika kalian merasakan kekhawatiran yang aku rasakan, mungkin aahh bukan, tapi pasti kalian akan melakukan yang sama denganku. Aku rela telinga dan hatiku jadi tebal karena Cinta, bukan cinta.
Kira itu mimpi bagiku. Tentu saja mimpi yang menjadi nyata. Sebelum menjalin kasih dengan Kira, bertegur sapa dengannya pun hanya khayalan. Tapi Tuhan Maha Baik, ia putuskan kami seperti ini sekarang. Selama setahun, aku terus meyakinkan diri bahwa aku nggak hanya bermimpi. Jangan kalian fikir kalau Kira hanya mempermainkanku saja. Menjadikanku sebagai parasut, setelah terbang bebas di atas langit, ia harus terjun bebas. Kalian salah! Kira memang benar-benar menyayangiku!! Mau bertanya apa buktinya? Kira selalu memberi waktunya untukku setiap malam setiap harinya. Mana ada lelaki lain yang seperti Kira.
“...Kandil juga cerita, dia bilang Cinta kangen aku, Ca. Hahaha.. Bisa aja tuh anak!! Padahal Cinta itu miliknya sekarang. Dasar Kandil!! Uhh.. Suatu saat kamu harus ketemu sama mereka, Ca. Mereka pasti akan menerima kamu dengan baik, sebaik aku,” ucap Kira akhirnya.
Itu selalu menjadi penghujung cerita Kira tentang Cinta. Entah apa yang harus aku rasakan. Senang? Iya aku senang, karena siksaan telingaku selesai sudah. Sedih? Iya juga. Sedihku entah karena apa. Ada rongga menganga di hatiku yang tak bisa dijelaskan. Bahkan kepadaku sendiri.
Setiap setelah ini, Kira mengajakku bicara. Bicara apa saja tentangku. Tapi lagi-lagi aku tak tahu harus berbicara apa. Hariku terlalu datar untuk Kira!! Aku hanya mampu tersenyum dan menjawab hanya yang ia tanyakan saja. Huh!! Kenapa aku begitu bodohh?! Aku tahu raut muka Kira selalu berubah pada tahap ini, tetapi selalu ia sembunyikan.
“Aduhh.. perutku mules, Ca. Aku tinggal dulu yaaa...” kata Kira meninggalkanku sendirian di kamarnya. Aku tak tahan. Bantal yang sedari tadi kupeluk, ku pukul-pukul tanpa ampun. Aku sedih! Aku gemas! Aku marah! Semua pada diriku sendiri. Aku beranjak dari tempatku, berjalan gontai menuju depan layar komputer Kira. Aku buka Microsoft Word dan mulai menuliskan sesuatu. Entah apa yang kuinginkan dari itu. Aku hanya menuruti hatiku.
Aku mengakhiri tanpa menyimpannya, ketika aku dengar suara pintu kamar mandi dibuka. Buru-buru aku kembali ke tempatku semula. Kira duduk di depanku. Aku tahu dia menatapku lekat-lekat. Aku berusaha tak ingin melihatnya. Aku terus menunduk. Biasanya kalau aku seperti ini, Kira melempariku dengan benda-benda di sekitarnya. Apalagi kalau bukan untuk mencari perhatianku. Ahh.. Apa iya? Ahh.. pasti iyaa. Tak salah lagi. Tapi ini terlalu lama selang waktunya. Aku tak menerima lemparan apapun. Gawat!! Dari kepala tertundukku, aku masih merasakan ia masih ada di depanku. Duduk manis seperti dudukku.
Kira bergerak sedikit menuju depan layarnya. Aku semakin gemetaran. Semakin gawatt!!! Air mataku menetes. Aku tak mau Kira meninggalkanku. Iya! Aku menangis dalam diamku. Aku tahu Kira sedang membaca apa yang aku tulis. Hal bodoh apa lagi yang telah aku lakukan ini?
Maafkan Cahaya yang datang tanpa cahaya
Kirana adalah mimpi bagi Cahaya
Kini Kirana adalah nyata bagi Cahaya
Tapi Kirana dan hatinya penuh Cinta
Cinta...
Datang sebelum Cahaya
Mengisi penuh Kirana sebelum Cahaya
Memberi bahagia sebelum Cahaya
Menemani Kirana sebelum Cahaya...
Cahaya irii...
Selalu mengharap cahaya dari Kirana
Menguatkan hati Cahaya
Menggenggam hati dan cinta Cahaya
Menemani hati Cahaya
Maafkan Cahaya yang tak cukup terang menerangi
Cahaya ingin cinta tanpa ba-bi-bu tentang Cinta
Cahaya hanya ingin cinta yang membelai....
Semua tentang Cinta dari Kirana,
Cahaya marah! Gemas! Cemburu!
Dan Cahaya diam!
Cahaya hanya ingin memintal kasih hanya berdua
Cahaya tak ingin ditinggalkan Kirana
Titik
Maaf maaf maaf maaf..
Cahaya lancang!
Maaf maaf maaf....
Aku meremas tanganku. Aku takut Kira meninggalkanku. Aku takut! Takut! Takut! Takut! Hatiku telah diintimidasi ketakutan luar biasa. Air mataku menetes semakin deras, masih dalam diam. Tiba-tiba aku merasakan dua tangan yang kuremas dihangatkan oleh sebuah telapak hangat. Pun sebelah pipiku dihangatkan dan diangkat oleh sebelah telapak yang hangat. Kedua tangannya kemudian mengusap air mataku. Aku masih tak berani menatapnya.
“Cahaya percaya ya sama Kira,” ucap Kira pelan. Perlahan aku membuka mata. Inilah pertama kalinya aku menatap mata Kira dari jarak sedekat itu.
Aku hanya mengangguk pelan.
“Kamu sadar, hadirmu selalu menguatkanku. Aku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri, Cahaya. Cinta memang datang sebelum Cahaya, tapi hanya Cahaya yang ada di hatiku...” ucap Kira sambil tersenyum. Itu senyum Kira yang paling manis. Dengan jarak sedekat ini, Kira terlalu indah untuk aku ragukan.
Aku tersenyum. Aku rasa itu juga senyumku yang paling manis dan lega. Kira mendekat. Dan menium keningku pelan. Gemetarku semakin menjadi. Lagi-lagi ku lihat senyum Kira yang paling menis di depanku. Cinta sebelumku memang tak bisa ku hilangkan sepenuhnya. Tapi aku pasti akan menggantinya dengan kehadiranku sepenuhnya! Cahaya untuk Kirana!
.....
Sebelum Cahaya (Letto)
kuteringat hati yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta
ditulis @memedHe dalam http://jampijampisemut.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
keren :')
ReplyDelete