Dia memilih untuk mengarahkan kursor pada tulisan tersebut, pada bagian atas dari halaman social network yang baru saja dibukanya. Dengan ragu-ragu mengetikkan sebuah username dan password, lalu menekan ‘Enter’. Dia tersenyum tipis saat melihat tampilan layar yang berubah, memperlihatkan sederetan nama yang akan membuat orang lain bingung bila baru pertama kali tersesat di tempat ini, lalu mulai menilai. Topik apa yang sedang dibahas oleh linimasanya sekarang ini?
Ada keluhan tentang pekerjaan rumah yang menumpuk, ada kemarahan yang tak jelas ditujukan pada siapa, ada kesedihan, ada hinaan, ada emoticon manis yang menandakan kasih sayang, ada sapaan, dan ada ucapan perpisahan.
Linimasa ini belum berubah.
Dia mengingat lagi masa-masanya sebagai newcomer, saat mengenal bermacam ‘role’ yang baru kali ini diketahuinya. Lalu dia mulai berdrama, dan dia bahagia karena dirinya dicintai, diterima, dipuji.
Look at me, you may think you see who I really am...
But you’ll never know me.
Now I see... If I wear a mask, I can fool the world
But I cannot fool my heart.
Must I pretend that I’m... someone else for all time?
Lagu yang diputarnya sedari tadi tanpa bosan kini kembali mengalun. Reflection yang dilantunkan oleh Christina Aguilera membuatnya ingat kembali pada tujuannya kembali setelah “hiatus” yang sempat diambilnya dari tempat itu. Ya, dia sadar. Mereka yang berada di linimasa tersebut tak pernah mengenal dirinya yang sebenarnya. Mereka mencintai, menerima, memuji... topeng yang dipakainya.
Ah, tidak... tidak. Tak semuanya seperti itu. Ada yang menyayangi dirinya yang asli dan juga mendukung keputusannya untuk pergi dari sana.
“Iya iya, terserah lo aja. Real life lebih penting.”
“Kenapa harus pergi? Tapi gak apa-apa deh, itu kan buat real life kamu. Setelah ini jangan sombong-sombong ya di WA.”
“Mungkin aku bakal kesepian gak ada kakak, tapi nggak apa-apa. Lagian aku tau alasan kakak pergi... Kakak juga udah dewasa, jadi aku rasa kalo emang ninggalin dunia itu udah jadi keputusan kakak, berarti hal itu memang yang terbaik. Ya kan?”
Dirinya tersenyum mengingat kalimat-kalimat tersebut.
@xxxxx_x : “Hallo...”
Sebuah sapaan diketikannya untuk linimasa tersebut, dan tak lama kemudian beberapa username membalas sapaannya. Dia tersenyum lagi, merasakan kebingungan yang belum menghilang sama sekali sejak awal ia datang ke sana. Ya, bahkan hal yang tidak mungkin bisa saja terjadi di sana, di linimasa tersebut.
Tapi semuanya sudah cukup, berlari ke sana membuat kehidupan nyata yang dimilikinya semakin kacau. Dirinya harus pergi, dirinya tak boleh terus menerus mencari kebahagiaan dengan menggunakan topeng seperti ini, dirinya harus menghentikan semua ini.
@xxxxx_x : And now, the end is here.
@xxxxx_x : Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk pelajaran yang sudah kalian berikan selama ini. Aku akan mengingat semuanya.
@xxxxx_x : Terima kasih.
Dia mengetikkan beberapa kalimat dan mengacuhkan berbagai tanggapan yang datang, mengarahkan kursornya lagi – kali ini ke arah tulisan ‘setting’ – lalu menarik nafas dalam-dalam.
Sepertinya nyata tapi tidak. Sepertinya bisa kausentuh, tapi tidak. Pada dunia yang dulu sempat enggan ditinggalkannya, dia akhirnya memilih...
Deactivated.
ditulis @StarLuverz dalam http://kekacauansementara.blogspot.com
No comments:
Post a Comment