Wednesday, September 12, 2012

All at Sea

Kegiatan penghujung tahun yang paling berkesan sepanjang hidup saya adalah pergantian tahun 2008 ke tahun 2009. Tahun itu, saya tidak (dipaksa ikut) merayakan tahun baru  seperti orang pada umumnya. Saya memilih untuk mengikuti pelatihan meditasi Vipassana yang diselenggarakan Dhamma Java di Klaten. Setelah hampir tiga tahun bekerja, saya merasa ada yang hilang dalam diri saya. Saya merasa perlu rehat, memberi jarak sejenak dengan rutinitas, termasuk rutinitas bersosialisasi saat malam tahun baru.

Dalam pelatihan meditasi Vipassana itu, saya (diharuskan) tidak berkomunikasi selama 10 hari, dengan cara apapun. Saya dan para peserta lainnya, meski berada dalam satu ruangan, tidak diperkenankan berbicara bahkan dengan bahasa non verbal. Handphone dititipkan ke panitia pelaksana. Kami juga diminta untuk tidak membaca dan menulis. Satusatunya komunikasi yang kami harus lakukan sepanjang pelatihan meditasi Vipassana itu adalah dengan diri sendiri. Memberi waktu untuk mengenal kembali tentang diri kita.

Usai pelatihan meditasi Vipassana, meski belum terlalu pandai mempraktikannya, saya menyadari bahwa “berhenti sejenak” dari hiruk pikuk dunia merupakan kebutuhan yang sangat mahal saat ini. Seringkali kita dikejarkejar rasa ingin menjadi seperti apa yang dunia inginkan. Kita lupa bahwa ada ruangruang dalam diri kita yang harus diisi agar tidak hampa dalam kesibukan. Ruangruang itu baru bisa kita isi ketika kita “berhenti sejenak”. Memelankan laju hidup.

Berbicara tentang “berhenti sejenak”, di kepala saya langsung berputar lagu All At Sea – Jamie Cullum. Lagu yang ada di album Twentysomething milik Jamie Cullum ini memang membicarakan tentang rasanya menikmati kesendirian. Menikmati waktu di mana kita bisa berbincang dengan diri sendiri dan berlayar dengan pikiranpikiran kita. Jamie Cullum melukiskan suasana ini bagai sendirian di lautan dari bait pertama lagu:



“I’m all at sea / Where no one can bother me

Forgot my roots / If only for a day

Just me and my thoughts sailing far away.”



Menurut saya, Lagu All At Sea menggambarkan “Me Time” berkualitas yang sesungguhnya. Seringkali “Me Time” diartikan menjadi sekedar memanjakan diri tanpa pemaknaan yang lebih dalam. “Me Time” adalah waktu untuk ego kita dikeluarkan. Kita merasa bahwa kita telah memberikan banyak “Me Time” pada diri kita. Kita menonton DVD kesukaan, membaca buku, luluran, hingga berkumpul dengan kawan untuk menyebut “Me Time”. Kita lupa untuk “berhenti sejenak”, sekedar mendengarkan diri kita berbicara dengan diri kita. Merasakan apa yang digambarkan oleh Jamie Cullum dalam lagu All At Sea:



“Like a warm drink it seeps into my soul

Please just leave me right here on my own

Later on you could spend some time with me

If you want to All at sea.”



Ada masa di mana hidup terasa begitu sibuk, padahal yang kita kerjakan rutinitas belaka: bangun tidur – kerja / kuliah – makan siang – pulang kantor – bersosialisasi – tidur. Begitu terus. Namun entah mengapa kita merasa seperti ada yang hilang. Kita merasa kosong. Tidak tahu apa yang kita telah lalui dan kita maui. Kita sibuk berpikir, bertanya, mencari, dan berujung tanpa jawaban. Semua nampak ruwet. Tidak ada yang salah memang, namun kita sadar bahwa saat itu kita harus berhenti sejenak dari rutinitas dan semua kesibukan. Kita butuh apa yang sering disebut sebagai “Me Time” tadi. Waktu untuk diri sendiri. Menjaga jarak dengan dunia luar untuk melonggarkan jiwa. Beginilah Jamie menggambarkannya dalam lagu All At Sea:



“I’m all at sea / Where no one can bother me

I sleep by myself / I drink on my own

Don’t talk to nobody / I gave away my phone.”



Lagu All At Sea dibuka dengan petikan piano lembut yang disusul dengan bunyi drum konstan sepanjang lagu. Musiknya membuat yang mendengar menjadi rileks namun tidak monoton. Seakan sedang berlayar sendirian di tengah lautan tanpa badai. Tenang, namun sesekali angin berhembus cukup kencang memberi kejutan. Membuat ketenangan jadi tidak membosankan. Mendengarkan lagu ini mengingatkan saya bahwa dalam beberapa waktu, menyendiri itu menjadi kebutuhan yang penting. Sekalikali kita harus melakukan perjalanan sendirian, menemukan halhal baru sendirian, lalu memaknai hidup dari kesendirian itu. Dan Jamie Cullum mengingatkan hal yang telah terlupakan itu di lagunya ini.



“You don’t need it every day

But sometimes don’t you just crave

To disappear within your mind

You never know what you might find

So come and spend some time with me

We can spend it all at sea.”



*) mengenang lagu All At Sea – Jamie Cullum


ditulis @omemdisini dalam http://omemdisini.com

No comments:

Post a Comment