Sunday, September 2, 2012

Ane


"sebelas januari bertemu
         menjalani kisah cinta ini
         naluri berkata engkaulah
         milikku..."


"wooohoo!!"
"hahahassiiik. gitu dong nyanyi!"
serempak kawan-kawanku bersorak dan memuji setelah aku menyanyi.
ya, di sebuah studio karaoke kelas luxury waktu itu.
usai melakoni ujian salah satu mata kuliah praktik sidang.

tapi kemudian ada suara lain membisikiku.
"iiih kamu, makasih ya udah nyanyiin ini buat aku. jadi terharu. hee"
bercanda memang, aku tahu.
namun hati ini bergejolak ketika ia mengatakan hal itu.
ya, ane namanya.
teman kuliahku semenjak semester satu, namun belum lama akrab.
mungkin baru 3 bulan belakangan ini,
sejak mengambil mata kuliah praktik sidang tersebut.
kini aku semester delapan.

tak pentinglah mengenai mata kuliah ini,
juga mengenai jumlah semesterku yang sudah delapan.
aku sedang memikirkan mengenai hatiku yang tetiba bergejolak
begitu Ane berkata seperti itu.

pengakuanku pada kalian,
aku sempat mengaguminya di tahun pertama kuliah.
saat itu kami mahasiswa angkatan paling baru alias tahun pertama,
tengah membentuk sebuah kepanitiaan untuk acara bakti sosial.

ketika sedang mengisi kolom nama pada absen calon panitia,
ternyata ia mengamatiku.
"oh, Dhika ya namanya?"
sambil tersenyum ia berkata demikian.
pandanganku kosong sesaat, tersesat dalam pesonanya.

"kok malah bengong?"
"eh, nggak. hehe. nama kamu siapa?" aku balas bertanya.
"panggil aja Ane" jawabnya ramah.

itulah potongan pertemuan singkatku dengannya.
bukan cinta pada pandangan pertama memang,
tapi aku kagum dengan pesonanya.
penampilannya biasa saja, tak ada yang spesial sebenarnya.
namun entah kenapa hatiku seperti terjerat padanya.

maju lagi ke masa studiku yang sudah 8 semester.
semester selanjutnya,
kami sama-sama mengambil tugas akhir (baca=skripsi).
meskipun begitu,
pertemuan kami masih tetap intens
karena sama-sama masih harus ke kampus saban hari
untuk bimbingan singkat dengan pembimbing skripsi masing-masing.

pertemuan-pertemuan kecil kami yang saban hari itu
ternyata menguatkan rasa kagumku
yang sebenarnya sudah kuabaikan bersemester-semester yang lalu.
pun aku telah memiliki paca sebanyak 2 kali dalam kurun waktu tersebut.
mungkin karena saat ini aku jomblo?

kebetulan, teman sma ku, Irawan,
yang satu kampus denganku berpacaran dengan sahabat dekat Ane,
Nilam namanya.
sedikit banyak aku bercerita mengenai gejolak perasaanku atas Ane kepada Irawan.

namun belum juga semester sembilan rampung,
aku mendapat kabar mengejutkan.
Ane hendak menikah, dengan seorang pengusaha muda asal pulau borneo.
tangan mulus Ane sendiri yang memberikannya padaku,
pagi sebelum aku masuk ruang bimbingan skripsi.

sore setelah bersepeda berkeliling tanah rantau tempatku berkuliah,
aku menemui Irawan.
aku mengatakan padanya mengenai niatku untuk menyampaikan perasaanku pada Ane,
sebelum ia benar-benar menikah dengan pengusaha muda asal borneo tersebut.

diluar pikirku, Irawan tak merestui niatku.
padahal semasa sma ia selalu sejalan denganku,
dengan apa yang kupikirkan atau hendak kulakukan.

gamang, terpaksa aku menguburnya rapat-rapat.
layaknya mengubur bangkai yang memiliki bau busuk.
semoga baunya tak tercium, pun oleh diriku sendiri. cih!

pikirku,
tak ada salahnya aku menyampaikan perasaanku padanya yang sudah lama ini.
sebelum ia menjadi isteri orang lain,
dan menyebabkanku tak mungkin bicara mengenai perasaan lagi padanya.

malam sebelum pernikahan, Irawan dan Nilam menemuiku,
duduk bertiga di kamar kosan berukuran 3 kali 4 meter.
mereka,
sesungguhnya bukan tak ingin aku menyampaikan perasaanku pada Ane.

mereka hanya tak ingin,
jika nanti aku menyampaikan apa yang sebenarnya pada Ane mengenai perasaanku,
pernikahannya akan dibatalkan.

malu pasti keluarga besarnya,
terutama orantua Ane,
juga orangtua calon suaminya.
orangtua calon suaminya akan disalah-salahkan keluarga besar,
dan menyimpan malu pada tetangga dan kerabat.
orangtua Ane akan disalah-salahkan oleh orangtua calon suaminya,
juga keluarga besar.
lalu rasa malu terhadap tetangga dan kerabat juga menghantui.
setelah itu Ane yang disalah-salahkan oleh orangtuanya,
karena membatalkan pernikahan,
hanya karena seorang mahasiswa belum lulus kuliah
yang belum bisa memberikan apapun untuk penghidupan anaknya.

berat hatiku mendengar perkataan Irawan dan Nilam,
namun mereka juga tak salah.
aku yang akan salah jika memaksakan kehendakku.

tiba hari pernikahan, aku tak berkeinginan datang.
tak sangguplah nanti mata ini membendung airnya.

bulan pertama tahun berikutnya,
tepat tanggal sebelas,
Ane dikarunia anak pertama.
perlahan aku mengingat potongan masa lalu,
di ruang karaoke kelas luxury.
        "sebelas januari bertemu
         menjalani kisah cinta ini
         naluri berkata engkaulah
         milikku..."

juga kata-kata Ane sesaat setelah aku menyanyikan lagu itu.

kini ia telah bahagia, pikirku.

lalu aku merekam suaraku sendiri,
dan mengirimkan melalui fitur voice note di aplikasi Black Berry Messenger-ku.

"ini untuk anakmu, suruh ia mendengarkan ketika sudah besar nanti :) "

itulah terakhir kali aku berkomunikasi dengan Ane,
yang sudah berbahagia tentunya.




ditulis @ilhaMaharddhika dalam http://ilhamaharddhika.wordpress.com

No comments:

Post a Comment