Thursday, September 13, 2012

Bahagia


“ini kertas dan pulpen, coba kamu gambarkan bahagia..” serumu padaku.

dan aku hanya bisa memasang wajah kebingunganku. sedang kamu lantas sibuk dengan kertasmu, mencoretkan sebuah gambar di sana. gambar awan.


“mengapa awan?” tanyaku.

kamu menjawabnya, bahwa bagimu, bahagia itu seperti awan, abstrak, tiap orang mendeskripsikan bentuknya sendiri. putih, spektrum dari berbagai warna. tapi bahagia itu sebenarnya satu, kumpulan dari titik-titik doa syukur yang terbang memanjat angkasa. dari hal-hal sederhana yang melukiskan senyum.

aku terdiam sejenak, lalu mulai menggambar.

giliran kamu yang menanyakan tentang apa maksud dari semua gambarku.

ini, payung.


untuk awanmu yang terkadang mendung, nanti kalau hujan turun darinya, aku yang akan memayungimu.

ini, tanganku.


terkadang, untuk mencapai awanmu itu, kamu akan terjatuh berulang kali. maka, tanganku akan selalu menggenggammu, membawamu untuk kembali berdiri.

ini, es batu.


aku juga tak tahu kenapa ada gambar es batu, mungkin karena menggambarnya gampang, hanya kubus-kubus kecil. begini, nanti kalau selama menemanimu menggapai awan, aku membuatmu menangis, terluka, atau akunya marah-marah, kamu timpuk saja aku dengan es batu itu ya. bohong deh, nanti kalau awannya masih tetap tak dapat membendung panas matahari, aku buatkan es teh manis untukmu ya.

ada gambar kompas dengan namaku di sana. aku mau, kalau kamu sedang berada di bawah awan manapun, kompas itu akan menunjukkanmu arah pulang ke hatiku.


terus, gambar lingkaran dengan namamu di tengahnya.


itu awanku, aku mau awanku bulat, biar bahagiaku tak putus. dan namamu di situ, di tengahnya, karena bagiku, kamu adalah bahagiaku.

bahagiaku, kutabung dari setiap senyummu. saat aku memayungimu, menggenggam tanganmu, saat kamu meminum es teh manis buatanku, atau saat kau pulang ke pelukanku.

dan senyumku akan melengkung paling indah karena senyummu. sebab senyummu, pasangan sempurna bagi senyumku, merangkum dan menyederhanakan bahasa kebahagiaan.

kamu cuma tertawa. entah apa arti tawamu itu.

lalu setelah beberapa lama, kamu berkata lagi padaku, “baiklah, kita berdamai ya? jangan lagi menyiksaku, jangan lagi menyakitiku, bebaskan aku, bebaskan dirimu.”

aku mengangguk tanda setuju. kamu tersenyum, lalu menghilang. kembali ke tempat terdalam di bawah sadarku. akupun ikut tersenyum. seolah menemukan diriku sendiri.

ah ya, terkadang aku lupa, aku sering melupakan diriku sendiri. menyayangi orang lain tapi lupa menyayangi diri sendiri. membahagiakan orang lain tapi lupa membahagiakan diri sendiri. memaafkan orang lain tapi lupa memaafkan diri sendiri.

padahal jika bisa menemukan diri sendiri, dalam keadaan sendiripun, bahagia akan tetap ada. dan bersama orang lain akan lebih melengkapinya, untuk dibagi. awanku akan lebih nyata.

seperti lagu, kadang kita lupa, bahwa musik, instrumen alat musik, punya kekuatan bahasanya sendiri. tanpa perlu syairpun, dia sudah mampu membawa kita ke berbagai dimensi kenangan, harapan, dan rasa. dan lirik menjadikannya lebih sempurna.

senja ini, alunan butterfly milik depapepe, berhasil membawaku mengajak seseorang yang sudah lama hilang muncul kembali, sebuah percakapan di kepalaku. tanpa sadar, aku menari-nari kecil dan tersenyum..

ada nada-nadaku yang harus kudendangkan sendiri, nada-nada yang dalam bahasa kesederhanaanya, bahkan dengan diam sekalipun, untuk menjadikan hidup lebih indah. serupa bahagia, dari hati.

* nanti kalau aku bertemu seseorang, aku akan menggambarkan awan dan semuanya itu untuknya sambil menceritakan arti gambar-gambar tersebut. agar senyum kita lebih sempurna dengan kehadiran senyumnya. bahagia.


*) Diinspirasi dari lagu Butterfly - Depapepe

Ditulis oleh @_kamomil dalam http://patetis.tumblr.com

No comments:

Post a Comment