Ring, ring it's you again heart pops
I loved to hear you
Ponselku berdering, memecah keheningan malam. Sekilas aku melirik jam, ah, hari sudah berganti ternyata. Sepertinya aku terlalu lama menyibukkan diri di depan laptop, sampai tidak sadar. Tanpa perlu menerka-nerka, aku sudah tahu siapa yang cukup tidak tahu diri untuk menelepon selarut ini. Nah, betul kan, batinku ketika melihat nama Ario dan fotonya terpampang besar-besar di layar.
It's been all day I've been waiting for you
"Hoaaaaaaahm." alih-alih menjawabnya dengan sapaan normal, aku menjawabnya dengan suara menguap.
"Hahaha, Yayaaaaak, jahat banget, bilang halo kek! Baru jam 1 juga, belum subuh!" ujarmu sambil tergelak di ujung sana.
Hello, you call my name
"Dih baru jam 1 katanya. Kamu darimana? Kok baru pulang?"
"Kencan dong! Hahaha. Tadi ke rumah Adit dulu juga sih abis balikin Titak ke rumah makanya jam segini baru sampe. Iya besok enggak sampe jam segini kok mainnya, iya jangan ngomel ya nona manis, sudah malam! Hahaha!" lagi-lagi tawamu tersembur. Tawa yang selalu menyenangkan di telingaku.
"So, how's she?" tanyaku, walaupun sebenarnya aku tidak berminat mendengar ceritamu selanjutnya. Bukankah itu yang memang harusnya dilakukan seorang sahabat, selalu menyediakan telinga? Kalau aku, aku juga harus menyiapkan hati yang lapang dulu sebelum mendengar ceritanya.
Ha, there you go. Kamu mulai bercerocos, dimulai dari bangganya kamu berhasil mengajak gadis itu kencan, betapa ternyata dia tidak hanya cantik luar biasa fisiknya, tapi juga seorang gadis dengan intelektual yang tinggi, dan bla bla bla bla.
So much stories you shared with me
You said a lot to me about girls
Ingatanku melayang ke banyak bulan yang lalu. Adakah hal itu masih tersimpan dalam ingatanmu, Yok? Saat itu kamu memintaku menemanimu mencari alamat sepupumu untuk mengantarkan barang, yang kusanggupi. Sayangnya, kamu lupa, kalau aku dan kamu sama-sama juara dalam hal..... Tersesat.
Bisa ditebak, kita berdua hilang arah. Berputar-putar di jalan yang sama, berkali-kali mencari petunjuk dengan bertanya pada orang di pinggir jalan namun terus salah menafsirkan hingga tetap memutari jalan yang sama, pasrah, lalu kembali ke tempat pertama sebelum kita kehilangan arah.
Tidak beda jauh denganku. Menjelajah hati demi hati, mencari hati baru yang nyaman untuk ditempati, sebelum akhirnya pasrah dan tanpa sadar kembali ke hati yang awal, bersikukuh mencintai hati yang sama sedari tahun-tahun silam, kamu, sahabatku sendiri.
It's been two years since I'm in love with you
Bum! Bum! You break my heart
You said, girl I'm in love with her
But it's all right, I'm still alive
Sudah biasa. Aku sudah familiar dengan pahit dan sakit yang menghampiri tiap kamu datang dan dengan bahagia menceritakan tentang bagaimana kamu jatuh cinta dengan gadis itu. Sepertinya rasa sakit dan hatiku sudah memutuskan untuk berada dalam satu departemen didalam sana.
Loving you it hurt sometimes
I'm standing here you just don't buy
I'm always there you just don't feel
Or you just don't wanna feel?
Karena pada akhirnya, aku masih menjadi gadis yang berada di ujung telepon, setia mendengarkan kisahmu yang berpindah dari satu hati ke hati lain, sementara aku masih kukuh mencinta satu hati yang sama, walau dalam senyap.
ditulis @tamarasw dalam http://ttamaraw.blogspot.com
No comments:
Post a Comment