Sunday, September 2, 2012
Cahaya Utara
Kala mataku terpejam …
Segalanya tampak berwarna-warni cerah; bukan gelap.
Menutup jendela berpanaroma kenyataan berbatas yang pekat.
Meretas sekat-sekat paradigma syaraf otak.
Melayangkan diriku ke atas singgasana di langit tertinggi.
Menjadikan diriku sendiri sebagai tuhan dari dunia kreasiku.
Lalu hati kecil sebagai kitab segala petunjuk.
Dan variasi warna sebagai umatnya.
Mengendalikan (segalanya) tanpa dikendalikan (apapun).
Menyenangkan, meskipun takut bila suatu saat harus terbangun.
Hingga lantas tiba-tiba ada yang seperti menyentilku.
Mengkiamatkan kerajaan khayalku.
Menghempaskan tubuhku hingga jatuh tersungkur.
Sumpah serapah siap meletup dari bibirku.
Namun, sesuatu menggugah perhatianku.
Mataku silau oleh cahaya berintensitas tinggi yang semakin mendekat.
Semesta seakan melambatkan detiknya.
Posturnya tinggi, dan sayap serta bulu-bulu putih sehalus sutra.
Sosok dengan paras dan pesona yang sempurna.
Ia menarikku melesat menuju cahaya utara dengan kecepatan cahaya.
Milyaran bintang-bintang berdansa menyambut kedatanganku.
Tak pernah aku merasa sebebas dan sebahagia ini.
“Ridwan, tolong bukakan gerbangnya. Aku membawa tulang rusukku,” ucapnya.
ditulis @airindevanty dalam http://airindevanty.tumblr.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment