“sial, telat”
Aku bergegas masuk ke theater dengan membawa popcorn di tangan kiriku dan tiket di tangan kananku. Karena asik jalan-jalan sendiri mengitari mall aku tak sadar waktu 30 menit begitu cepat berputar.
“E 13” pikirku coba untuk mengingat karena lampu theater ini baru saja digelapkan. Sengaja aku pilih tempat di tengah karena jauh dari orang yang berpacaran, iya aku belum punya pacar semenjak 2 tahun lalu dikecewakan, hati pun mati rasa. Entah menjadi orang yang sulit jatuh cinta.
“hmm, L, K, I, H, G, F, dan yup E.” Ucapku riang dalam hati mencari lokasi tempat duduk dalam kegelapan. Perlu melewati 2 orang untuk mendapati posisi tempat dudukku.
“Tapi, tunggu. Kok ada orangnya ya?” kembali ku lihat tiket di tangan kananku namun sesaat kemudian telepon genggamku berdering. Gawat lupa di-silent. Kurogoh handphoneku di dalam saku sembari berjalan saja aku ke bangku disebelahnya yang kosong yang berarti E 15. Namun kakiku tersandung dan aku terjatuh tapi pria E 14 memegangiku, jika tidak aku tersungkur kelantai. Spontan ku lontarkan maaf padanya dan segera duduk namun senyumnya mengalihkan pandangku untuk sekian detik menatapnya. Tapi handphone ku tak henti-hentinya berdering.
“hallo” bisikku saat mengangkat telepon
“lo di mana, cha? Jadi nontonnya?” suara perempuan yang tak asing bagiku. Dia adis, sahabatku.
“jadi, lo sih susah bener diajakin sih.” Jawabku datar
“makanya punya cowo dong hahaha.” Adis tertawa puas
“sial, ish. Udah ah gue mau nonton dulu” langsung saja ku tutup teleponnya dengan jengkel
Kurapihkan posisi dudukku, menatap sedih melihat popcornku yang hampir tertumpah semua akibat terjatuh tadi. Untung saja filmnya belum mulai, baru iklan-iklan film yang akan segera datang. Namun teringat dengan pria disebelahnya.
“eh maaf ya tadi, tapi makasih juga udah ditolongin” aku menatap pria itu yang wajahnya yang tampan terpantulkan cahaya layar film. Seperti adegan slowmotion dia pun menoleh pelan.
“oh iya gak apa-apa, lagi buru-buru ya?” jawabnya dengan suara yang mengingatkan aku kepada artis Vino G. Bastian. Dan entah lagi-lagi senyumnya itu manis dan memakukanku sesaat.
“eh iya, ini tadi aku bingung ada yang duduk di tempat dudukku terus ada telepon, lengkap deh.” Jawabku sembari merasa aneh, entah hanya memandangnya mengapa seperti ada yang menguap dalam perutku.
“oh emang kamu duduk nomer berapa? Ya sudahlah bangkunya kosong ini kan. Kamu nonton sendiri?”
“oh iya ya aku nonton sendiri, kamu?” jawabku cepat dengan segera menenangkan jantung yang sedari tadi berdegup kencang.
“aku juga, eh filmnya udah mulai tuh.” Lagi-lagi senyumnya dan aku hanya menganguk-angguk.
Aku jatuh cinta kepadamu
Saat pertama bertemu
Aku menonton film dengan perasaan tidak karuan. Selama pemutaran film sedikit kita mengomentari filmnya.
“abis ini kamu mau ke mana?” tanyanya saat film usai
“oh makan mungkin.”
“eh sama, yuk bareng. Aku juga sambil nunggu temen nih.” Jawabnya santai
“uhm okay.” Entah wajahku terasa panas, ada desiran pelan menuju hatiku.
Setibanya di sebuah cafe aroma kopi pun langsung terhirup segar. Pria itu memilih tempat duduk di lantai dua caffe ini yang tidak begitu ramai, Kini pria itu duduk tepat di depanku. Aku tersenyum menatapnya sembari mencoba menjelajahi setiap sudut caffe ini, hanya ada pelayan yang lalu lalang namun dia tiba-tiba tertawa kecil.
“Heh kamu sadar gak sih, kita jalan gini tapi belum kenalan.” Aku pun baru tersadar kalau kita memang belum berkenalan. Aku terlalu sibuk untuk menenangkan hati.
“oh iya ya, bodoh. hahaha.” sambil menepuk keningku aku tertawa lepas bersamanya, lalu aku mengulurkan tanganku.
“aku Icha” ku coba berikan senyuman termanisku
“hei Icha, aku Rio. Senang berkenalan denganmu.” Balasnya dengan senyum menggoda khasnya. Entah aku spontan mencubit perutnya seperti sudah akrab sekali.
Kita pun berbincang tentang dia dan pekerjaannya sambil menunggu temannya. Aku seperti terbangun dari mati suriku akan cinta. Aku benar-benar jatuh cinta setelah sekian lama tak merasa ini. Aku pikir cinta pada pandangan pertama itu hanya ada di FTV dan menertawakan setiap adegan-adegan yang sepertinya tidak mungkin untuk orang bisa secepat itu jatuh cinta.
Tidak lebih dari sejam kita mengobrol asik temannya pun datang. Pria tinggi bersih yang tampannya tidak jauh beda dengan Rio. Namun ada hal yang mengherankan, saat bertemu dengan temannya ini ada tatapan yang beda.
“Oh iya Andri, ini Icha. Icha ini Andri.” Rio yang mencoba memperkenalkan aku dengan temannya itu. Aku berdiri dan mengulurkan tanganku namun “GLETAK” handphoneku jatuh tapi kuabaikan saja dahulu.
“Eh iya, aku Icha.” Jawabku canggung karena melihat tatapan Andri yang sepertinya tidak suka melihatku.
“aku Andri” jawabnya singkat. Dan kami semua duduk kembali. Andri dan Rio, dua pria tampan yang duduk di depanku
“tinggal di mana Andri? Maaf ya mau ambil handphoneku dulu.” Aku bertanya sambil membukukan badanku mencoba meraih handphoneku di bawah meja. Belum juga dijawab oleh Andri tiba-tiba pandanganku yang tertuju pada handphone putihku teralihkan pada dua orang yang saling menggenggam tangan.
“Ya Tuhan, ternyata mereka...”
Oh mungkin, hanya keajaiban Tuhan
Yang bisa jadikan hambanya yang manis
Menjadi milikku
Ditulis untuk meramaikan #30harilagukubercerita
Terinspirasi dari lagu Kasidah Cinta – Dewi dewi
ditulis @naezt dalam http://logicofnae.blogspot.com
No comments:
Post a Comment