Monday, September 3, 2012

Kutukan Cinta #1

Mentari itu cinta pertamaku. Maksudku baru pertama kali aku menyukai seseorang, dan orang itu bernama Mentari. Kalau saja ada istilah ‘suka pertama’, maka aku lebih senang menyebutnya suka pertama. Karena bagiku, kata cinta terlalu rumit.

Perasaanku pada Mentari tidak rumit, hanya saja, aku ingin selalu melihat wajahnya dan aku akan berdebar-debar saat dia di tersenyum padaku. Aku tidak sedang menggombal saat bilang dia belahan jiwaku. Berbagai cara akan kucoba agar aku takkan kehilangan pandangan dari senyum itu.

“Ada apa Tari? Senyam-senyum terus dari tadi. Malam minggu kemarin ada yang datang ya?”. Aku menarik buku yang sejak tadi Mentari pegang.

“HUAHAHHA! Lucu deh kamu”. Mentari mengatakannya tanpa ekspresi.

Kutaksir, 50% cewek akan bersikap dingin, bahkan juga ada yang sampai kasar pada cowok yang disukainya. Ini lumrah untuk menutupi kegugupannya, aku tahu. Tapi untukku, aku bangga karena dia menyukaiku.

“Jadi belum ada yang datang juga nih? Ya sudah, minggu depan aku saja yang datang ya”. Mataku menatap gambar abstrak yang ada di bukunya lekat-lekat.

“Kamu lucu deh”, Mentari menarik bukunya dari tanganku dan menjauh dariku. Jauh, sejauh mungkin sampai dia merasa yakin aku tidak akan mendengar jantungnya yang lepas kontrol.

“Bu, mie sop ayam satu mangkuk”.

Semangkuk mie sop ayam untuk menghilangkan kekesalan karena cinta. Kulirik Ardi dari sudut mata. Di saat seperti ini dengan senang hati dia akan mengolok-olokku. Sayangnya, cuma dia yang bisa kupercaya.

“Mau dengar saranku?”

“Enggak”.

“Jangan terlalu mengejar dia, nanti dia gerah, kamu akan nyesal. Kabar-kabarnya nih, Tommy anak 2004 naksir Mentari. Tahukan gimana keukehnya Tommy kalau lagi naksir cewek?”

“Enggak, aku enggak tahu. Mungkin kamu yang paling tahu”.

“Hehhe”.

Kalau sudah seperti ini, Ardi akan tertawa malu-malu mengingat perang antara dirinya dan Tommy demi menarik perhatian Anggi anak 2007.

“Aduuuh, jadi lapar kalau ingat kejadian itu. Emang masa kuliah itu indah ya. Bu, mie sop ayamnya satu ya”.

“Iya, indah banget. Tapi masa kuliah akan terlalu singkat untuk Mentari lewatkan tanpa mencoba cintaku”.

“BUNGCUDH!”

“Hahha. Disaat kukatakan Mentari jadi kekasihku, akan membuat dia jauh lebih hebat”.

*

+62838342xxxx
pagi Yandri, Aku suka kamu.

*

“Hallo selamat pagi In. Kamu kenapa? Kok tiba-tiba SMS bilang suka aku?”. Aku langsung memberondong Indri dengan pertanyaan begitu ku mendengar suara telpon dijawab di seberang sana.

“Aku? Masak? Enggak sih, tapi tunggu deh”.

Terdengar Indri ribut-ribut di sana.

“Halo Yandri. Ini Mentari. Aku salah kirim SMS, itu bukan untuk kamu. Sorry ya, daag”, cerocos Mentari di seberang sana.

“Mentari? Eh benar itu bukan untuk aku?”.

“Bukan dong, Yan. Kamu gak usah kegeeran deh”.

“Mentari, kamu yakin?”

“Yakin”.

“Mentari, kamu dengar kata-kataku baik-baik ya. Percaya deh, kamu akan jauh lebih hebat kalau jadi kekasihku. Hidupmu akan terlalu singkat kalau kamu enggak mencoba cintaku”.

“Aku gak suka cowok gombal dan kepedean kayak kamu, Yan”. Suara Mentari terdengar menjauh. Klik! Mentari menutup teleponnya.

*

Senin! Senin! Aku benci Senin. Mungkin aku memusuhi Senin. Senin berarti aku kembali bertemu Mentari, Senin berarti aku harus duduk di dekatnya di ruang Kuliah.

“Tari!”

“Yup, mau minjam pulpen lagi?” Mentari melemparkan pulpen kepadaku.

“Yang kemaren SMS itu kamu, Tari?”

“Bukannya aku sudah bilang kalau itu salah kirim, bukan untuk kamu”.

Hari masih pagi, di kelas cuma kami berdua. Aku tidak suka dengan suasana sinetron seperti ini. Bikin jantungku berdebar tidak karuan. Lagian pagi hari bukan waktu yang tepat untuk ditolak, bisa-bisa moodku jelek seharian.

Aku berdiri mematung di depan Mentari.

“Hmm, sebenarnya aku berharap SMS itu untuk aku. Aku benar-benar berharap”.

Mentari terdiam.

“Tari, aku suka kamu. Jadilah kekasihku”. Aku meraih tangannya perlahan, dapat kurasakan sentuhan tangannya yang dingin sebelum…

“Lagi ngapain nih?” tiba-tiba Tommy muncul dan mengambil posisi di antara kami berdua.

“Jadi kita nonton nanti sore kan, Tari?”. Tommy menggandeng Mentari mesra dan memaksanya berjalan keluar. Meninggalkanku yang masih menahan napas.

“Dia tidak suka aku? Terkutuklah Kau!”

..percaya padaku
..percaya padaku
..jiwaku untukmu
..hidup terlalu singkat untuk kamu lewatkan tanpa kau mencoba cintaku

Ardi berdiri tepat di belakangku sambil tersenyum memegang handphonenya yang mengumandangkan lagu Terlalu Singkat dari Sheila on 7.


ditulis @_____te dalam http://terceloteh.wordpress.com

No comments:

Post a Comment