Thursday, September 20, 2012

Cinta Tiga Hati

BAYU AJI
Kamu jangan hubungi aku dulu ya. Tunggu aja aku yang akan ngabarin kamu. Ok Sayang.
Hanya itu pesanku pada Sekar tadi sebelum aku menjemput Cila. “Kok kamu terlambat sih Sayang jemput aku?” ujar Cila sambil manyun

Lagi-lagi Cila ngambek hanya karena aku telat menjemput. “Maaf ya, tadi kerjaanku banyak banget. Maklum closing, Sayang. Semua juga pada pulang jam 8 kok.”jelasku

“Oh gitu. Terus kita mau ke mana nih?”

“Kita makan dulu aja ya, aku lapar. Habis itu baru kita nonton.”

“Oke deh, terserah kamu aja. Aku ikut.”

Begitulah Cila. Dia gampang ngambek juga gampang baik. Tapi kalau sudah ngambek, tak jarang dia suka meledak-ledak dan menangis tak tahu tempat. Berbeda dengan Sekar.

Aku melajukan mobilku dari kantor Cila. Kami akhirnya memutuskan untuk makan di sekitaran kuningan saja agar lebih dekat bila ingin menonton.

SEKAR

Kamu jangan hubungi aku dulu ya. Tunggu aja aku yang akan ngabarin kamu. Ok Sayang.

Lagi-lagi Aji berpesan begitu padaku sebelum meninggalkan kosanku. Aku juga tahu diri, aku tak akan mungkin menghubunginya bila dia sedang bersama Cila, kekasihnya.

Sampai kapan kita akan seperti ini terus, Ji?

Seandainya dapat kumelukiskan

Isi hatiku untukmu

Seandainya kau pun harus tahu

Lelah hatiku bila kau jauh


CILA

Aji terlambat lagi menjemputku. Entah sudah ke berapa kalinya selama beberapa bulan ini dia selalu telat. Aku agak curiga, dia jadi terlihat lebih tampan dan cuek terhadapku. Tapi aku tak boleh curiga. Aku tahu Aji mencintaiku dan akan menjaga komitmen kami, meski dulu aku lah yang pertama kali menyatakan cinta.

Malam ini kami akan menghabiskan waktu bersama. Tiga hari, jumat-sabtu-minggu, yang disediakan Aji ini sudah lebih dari cukup. Aku akan memperlihatkan padanya kalau akulah yang mencintainya, bukan perempuan lain. Tak akan kubiarkan perempuan lain menyusup dalam hubungan kami.

SEKAR

Sudah pukul 23.30 Aji belum mengabariku. Mungkin dia masih bersama Cila. Tadi Aji bilang kalau Cila ingin menonton. Ya mungkin saat ini mereka masih bersama, berjalan berdua, bergenggaman erat. Ah, terlalu miris aku membayangkannya. Jelas-jelas semua ini aku yang memulainya, dan sekarang aku harus bisa menerima konsekuensinya.

Aku berjalan mondar-mandir di kamar kosanku. Aku keluar, menuju ruang tengah. Aku mendapati Sarah, mahasiswa tingkat akhir yang tertidur di depan laptopnya. Aku menyalakan tv, memindah-mindah channel-nya. Tak ada yang menarik. Kosan ini terasa sangat sepi, seperti suasana hatiku.

“Belum tidur, Mbak?” sapa Dian teriak dari dalam kamarnya yang tepat persis di samping ruang tengah

“Belum nih, sumuk. Nah kamu sendiri?”

“Ini mbak, biasa tugas kampus.” ujarnya sambil menyeringai lebar

“Aku ke kamar lagi ya.” pamitku

“Siiipp!! Jangan galau mbak malam-malam.”godanya

Di kamar aku kembali menyalakan tv. Lagi-lagi bukan aku menonton tv tapi tv-lah yang menontonku Aku hanya menatap layar blackberryku. Berharap Aji mengabariku.

Seharusnya kau pun menyadari

Resah hatiku bila kau dengannya

Seharusnya aku pun tak berharap

Miliki dirimu seutuhnya…


BAYU AJI

Sudah pukul setengah satu pagi. Sekar sudah tidur belum ya? Dari tadi aku mengiriminya bbm tapi tak dibacanya. Aku telepon beberapa kali juga tidak mendapat respon. Aku merasa bersalah. Maaf kan aku Sekar. Aku tahu kamu luka, kamu sakit. Aku hanya memintamu untuk bersabar sedikit. Keadaan ini juga cukup sulit untukku.

Sekar, aku hanya ingin kau jujur pada dirimu sendiri. Perlihatkan padaku bahwa kau cemburu dengan keadaan ini. Mintalah padaku untuk tetap tinggal di hatimu. Mintalah aku untuk memilihmu, aku akan meninggalkan Cila. Mintalah padaku agar aku punya kekuatan Sekar, bilanglah. Aku sudah cukup lelah dengan keadaan ini. Aku harus segera beristirahat. Sebelum tertidur aku mengirimi Sekar pesan.

SEKAR

Aku terbangun, ternyata sudah pukul 5.30 pagi. Semalam aku tertidur rupanya. Ada panggilan tak terjawab, pesan juga bbm yang isinya sama Sayang, kamu udah tidur? Pagi ini aku jemput kamu ke kosan ya, dan puluhan ping. Semua itu dari Bayu Aji Baskoro, pukul setengah satu dini hari tadi. Aku coba membalasnya.

“Pagi Sayang, maaf semalam aku ketiduran.”

“Pagi Sayang. Iya gak apa kok.”

“Kamu udah bangun toh. Udah solat subuh?”

“Udah kok barusan.”

“Oiya, kamu gak usah jemput aku Ji. Kasihan, dari Lebak Bulus, terus jemput aku di Rawamangun, terus ke kantor di Sudirman. Bolak-balik kan jadinya.” elakku.

Sebenarnya aku masih agak malas bertemu dengan Aji pagi ini. Aku masih cemburu, tapi aku tak akan bilang hal ini padanya.

“Gak apa kok. Ini aku udah mau siap. Setengah tujuh aku sampai ya di kosan kamu. Tapi aku naik motor aja ya Sayang, biar cepet.”

“Ciyeh yang lagi cinta-cintanya sama aku, sampai dibela-belain banget. Terserah kamu aja deh.”

BAYU AJI

Pagi ini aku hendak menjemput Sekar. Tapi dia sudah bbm aku duluan, menanyakan apakah aku sudah solat atau belum. Begitulah Sekar. Ia sangat rajin beribadah. Perubahan yang terjadi padaku ini pun berkat Sekar. Dia membawa dampak positif terhadapku.

Sejak dulu, perempuan itu memang paling bisa membuatku jatuh cinta. Iya, aku sudah jatuh cinta pada Sekar sejak pertama kali mengenalnya di kantor ini. Tapi sayang, dulu dia masih punya pacar. Aku pun bersabar, aku menunggunya. Hingga enam bulan yang lalu aku berani menyatakan cinta. Sekar terkaget. Bukannya apa, saat itu aku masih bersama Cila, perempuan yang sudah menjadi kekasihku hampir dua tahun. Saat itu Sekar sudah putus dengan kekasihnya dan aku tak ingin kehilangan kesempatan.

Aku lebih kaget lagi, ternyata Sekar menerima cintaku. Dia bilang, dia nyaman denganku. Meskipun dia yang kedua, Sekar itu yang pertama dan utama untukku. Dia perempuan yang aku cari selama ini. Aku ingin bersamanya seterusnya. Bukan dengan Cila. Entahlah.

SEKAR

Setengah tujuh teng, Aji sudah duduk manis di ruang tamu kosanku. Dia benar-benar menyediakan waktu untukku. Dia tak ingin membuatku merasa terabaikan. Mungkin dia tidak ingin aku merasa jadi yang kedua.

“Pagi-pagi udah nongkrong aja Bang di kosan cewek.”godaku

Aji hanya tersenyum. Dia membawakanku bubur ayam untuk sarapan. Ah, manis sekali perlakuannya, tidak seperti Doni dulu.

“Gimana kencan semalam?”tanyaku

“Udah itu makan dulu.” Aji berupaya mengalihkan pertanyaanku.

Bukan kebiasaanku sebenarnya untuk tahu apa yang terjadi pada Aji dan Cila. Entah kenapa saat ini aku ingin sekali menanyakannya.

“Sudah enam bulan Ji. Mau sampai kapan kita begini terus? Aku kasihan pada Cila” “Kamu yang sabar ya…”

“Kamu cuma bisa bilang sabar, sabar. Kamu enak bisa sama Cila terus ke Aku. Memangnya kamu gak capek, Ji? Aku capek, Ji. Lebih baik aku aja yang mengalah. Biar aja aku yang pergi Ji dari hidup kamu. Aku tahu bagaimana rasanya jadi Cila.”

Aji terdiam, dia menundukan kepala. Aku rasa aku kelewatan pagi ini.

“Maaf, bukan aku tak menghargaimu, usahamu, juga cinta kamu Ji. Tapi ini terlalu rumit.”

“Aku tahu. Tolong mengerti aku dengan bersabar Sekar. Seperti apa yang kamu lakukan selama ini. Ini juga teralu berat untukku.”

“Makanya aku saja yang pergi Aji. Aku yang mengalah. Cila terlalu baik. Dia juga sangat mencintaimu Aji. Tak ada yang kurang dari dirinya.”

“Jangan bicara yang aneh-aneh Sekar. Aku menginginkanmu, aku membutuhkanmu. Seperti katamu, kamu akan menungguku sampai 15 September nanti.”

Lima belas September masih terlalu lama Aji. Masih tiga bulan lagi.

Namun kupendam rasa

Kuhanya ingin kau bahagia

Jalani yang kau pilih

Jangan risaukan aku…


BAYU AJI

Hari ini, 14 September, dua tahun tepat aku bersama Cila. Dan dia ada di ruang tamu rumahku sekarang. Kami hendak merayakannya dengan makan malam. Ironis. Malam ini perayaan kebersamaan dengan Cila. Dan esok malam adalah batas waktu yang diberikan Sekar.

CILA

Malam ini, hari dua tahun kami bersama. Kami akan merayakannya. Aku ingin merayakan terus kebersamaan denganmu Aji. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun. Selamanya denganmu Aji. Lamunanku berhenti, aku melihat blackberry Aji yang berada di meja ruang tamu. Dia meninggalkannya sebelum pergi mandi tadi. Aku membukanya. Hal ini memang sudah biasa kami lakukan. Bukan untuk melanggar privasi masing-masing. Hanya sudah menjadi kebiasaan saja. Dan tidak menjadi masalah di antara kami.

Aku mengecek kontak bbm Aji. Kubuka kontak list teman-teman kantornya. Aku menemukan yang aneh. Sekar, teman kantornya. Di display picture-nya, Sekar sedang bersama Hana dan Dido, dua keponakan Aji. Mereka terlihat sangat akrab. Hana yang biasanya tak mau aku peluk pun, di foto itu tampak mesra memeluk Sekar. Ternyata bukan hanya hati Aji yang sudah dicuri oleh Sekar, hati keponakan Aji pun sudah dicuri olehnya. Latar di foto itu pun di rumah Aji. Deg. Aku kaget, bagaimana bisa? Berarti selama beberapa lama ini Aji pernah mengajaknya ke rumah dan mungkin bertemu dengan ayah-ibunya. Mengapa keluarganya tak ada yang bercerita?

Buru-buru aku meletakan kembali blackberry Aji. Aku harus pura-pura tak tahu dengan keadaan ini. Aku akan mengamati mereka. Aku tidak akan merusak malam kebersamaan ini.

BAYU AJI

Oh shit. Aku lupa menaruh blackberry-ku di kamar. Aku lupa bilang pada Sekar untuk mengganti DP bbmnya. Aku buru-buru menuju ruang tamu. Blackberryku masih tergeletak di meja. Tapi aku tak mendapati Cila. Ke mana dia? Apa dia melihatnya lalu pulang?

Dari dapur aku mendengar suara orang sedang tertawa. Aku mendapati Cila sedang mengobrol di dapur dengan ibuku. Syukurlah semua baik-baik saja. Tapi tentu lebih baik bila Cila tahu sendiri hubungan aku dengan Sekar. Toh bangkai yang disembunyikan secara rapat olehku pada akhirnya akan tercium juga.

Aku dan cila maka malam di tempat yang sudah ditentukan olehnya. Aku menyerahkan segalanya pada Cila. Dia senang mengatur. Beda dengan Sekar, dia tak banyak mau dan menuntut. Cila asyik berceloteh tentang pernikahan impiannya. Aku memang sudah memberinya cincin sebagai kado ulang tahun, tapi bukan untuk melamarnya. Aku hanya ingin Sekar yang menjadi istriku. Pendampingku nanti.

Malam ini aku tak bisa berkonsentrasi. Tubuhku bersama Cila, tapi jiwa dan cintaku untuk Sekar. Besok adalah batas waktuku yang diberi oleh Sekar.  Sekar, aku ingin kamu yang ada bersamaku saat ini.

SEKAR

Malam ini, 15 September 2012 malam terakhir aku dan Aji bersama. Aku menyerah, bukan lelah. Hanya untuk melepaskannya. Membahagiakanya walau tanpa aku. Apa pun yang dia putuskan nanti. Aji harus tetap bersama Cila, perempuannya, yang mencintainya.

Percayalah kasih, cinta tak harus memiliki

Walau kau dengannya

Namun kuyakin hatimu untukku

Percayalah kasih cinta tak harus memiliki

Walau kau coba lupakan aku

Tapi ku kan slalu ada untukmu…


ditulis @hutamiayu dalam http://hutamiayu.tumblr.com | Percayalah

1 comment: