Wednesday, September 5, 2012

Cinta Untuk Ibu

“Apa yang kuberikan untuk mama, untuk mama tersayang..

Tak kumiliki sesuatu berharga untuk mama tercinta..”

Samar terdengar suara sebuah lagu yang berasal dari radio milik tetangga. Nana yang sedang membantu ibunya memasak di dapur tanpa sadar jadi bersenandung kecil mengikuti alunan lagu itu.

“Hei, jangan nyanyi terus, cepat diangkat itu tempe gorengnya, keburu gosong.” kata ibunya menyadarkan Nana yang sedang asyik bersenandung.

Nana bergegas mengangkat tempe gorengnya yang sudah matang dan menaruhnya di atas piring kosong. Lalu ditatanya tempe goreng itu di atas baki plastik yang sudah hampir penuh dengan tempe goreng yang sudah matang sebelumnya.

“Udah semua nih, Bu.” katanya.

Dengan gesit ibu Nana mengambil seluruh baki lalu menutup satu per satu dengan plastik dan menumpuknya dengan rapi agar tidak menghancurkan semua gorengan yang sudah dimasaknya tadi. Diikatnya semua baki itu di atas boncengan sepedanya. Lalu setelah mengecup kening Nana ibunya berpamitan dan mengayuh sepedanya.

Nana memandang ibunya. Ada sesak menyeruak di dalam dadanya. Ibunya semakin tua. Pasti semakin rapuh. Usianya sudah hampir 50 tahun saat ini. Harusnya ibunya itu lebih banyak beristirahat di rumah saja dan tidak bekerja sekeras itu lagi. Tapi ibu sampai sekarang masih saja bersemangat bekerja. Ibunya adalah salah satu penjaga kantin di SMA tempat Nana bersekolah dulu. Ibunya juga tukang masak di sana. Selain bekerja di sekolah ibu Nana sering juga bekerja di usaha katering tetangga. Semua dilakukan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk mereka berdua.

Ayah Nana sudah meninggal dunia saat usia Nana masih 8 tahun. Nana anak tunggal. Dan sekarang usia Nana sudah 20 tahun. Itu artinya sudah 10 tahun lebih ibunya berjuang sendiri demi menghidupi dirinya sendiri dan anak semata wayangnya, Nana.

Dulu, saat Nana masih sekolah, Ibu tak pernah mengijinkan Nana bekerja agar bisa membantunya mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan mereka meski hanya pekerjaan ringan. Ibunya selalu menyuruh Nana untuk fokus sekolah dan fokus belajar. Karena itu juga Nana bisa menyelesaikan pendidikannya sampai ke tingkat SMA dan mendapatkan predikat sebagai siswa dengan nilai terbaik di sekolah.

Nana berangkat bekerja setelah ibunya pergi. Dia baru saja diterima kerja di sebuah pabrik kecil di kota tetangga setelah hampir 2 tahun menganggur. Dan hampir sebulan ini dia bekerja di pabrik itu sebagai buruh. Meski gajinya tak besar dan dia sendiri belum menjadi buruh tetap di sana, Nana mengambil pekerjaan itu karena letaknya tak terlalu jauh dari rumahnya. Sulit sekali mendapatkan pekerjaan saat ini. Apalagi dia hanya seorang lulusan SMA. Karena itu saat diterima bekerja di sana dia dan ibunya senang sekali. Dia berpikir, meski sedikit, setidaknya dia bisa membantu memenuhi kebutuhan finansial di rumahnya.

Saat dia sedang berjalan menuju ke pangkalan ojek dia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Dan hari ini juga adalah hari pertama dia gajian. Selama ini ibunya selalu memberikannya kado setiap kali dia berulang tahun. Meski bukan kado yang mahal namun kado itu berarti untuk Nana. Nana berpikir akan menggunakan gaji pertamanya untuk membelikan kado untuk ibunya. Karena seingat Nana, dia belum pernah memberikan apapun untuk ibunya, bahkan di saat ulang tahun ibunya. Sebuah kado kecil dan mungkin syukuran sederhana di rumah akan menjadi hal manis yang bisa membuat ibunya bahagia hari ini.

Sepulang dari pabrik Nana mampir ke toko di dekat pabrik itu untuk membelikan ibunya kado. Lalu membeli 2 bungkus makanan untuk dibawa pulang. Sampai di rumah dia segera membereskan rumah dan menatanya dengan sedikit hiasan-hiasan.

Ibunya yang baru saja pulang terkejut melihat ke dalam rumahnya. Matanya terbelalak. Nana menyambutnya dengan riang gembira.

“Apa-apaan ini, Nana!?” bentak ibunya mengejutkan Nana. Ibunya mengambil semua hiasan kertas-kertas yang sudah ditata Nana demi pesta kecil untuk mereka itu.

“Kamu mau apa!? Mau bikin pesta!? Lihat! Rumah jadi berantakan penuh dengan kertas-kertas berceceran dimana-mana!” bentak ibunya lagi. Nana hanya bisa terdiam sambil menahan airmatanya yang hampir saja terjatuh karena kata-kata ibunya.

“Maaf, Bu. Nana cuma ingin…..” Nana berusaha menjelaskan.

“Udah. Cepat bereskan! Ibu nggak suka lihat rumah kita berantakan seperti ini.” kata ibunya lagi sambil membuang kertas-kertas itu kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Nana membereskannya segera. Lalu meletakkan kado yang sudah disiapkan untuk ibunya di meja depan kamar ibunya. Setelah itu Nana masuk ke kamarnya. Airmatanya tak bisa terbendung lagi. Masih tak menyangka respon ibunya akan seperti itu. Dia menangis sejadi-jadinya.

Setengah jam kemudian tangisnya terhenti. Nana beranjak dari tempat tidurnya menuju ke luar kamarnya. Ketika membuka pintu kamarnya, Nana melihat ibunya sudah berdiri di depan kamarnya. Menatapnya sendu.

“Ini apa?” tanya ibunya lembut sambil menunjukkan kado yang sudah terbuka dengan kartu ucapan di dalamnya.

“Kado untuk Ibu. Selamat ulang tahun, Bu. Nana nggak membelinya dengan uang tabungan kita kok, Bu. Hari ini Nana gajian. Nana membelinya dengan gaji pertama Nana.” kata Nana sambil berlutut mencium kaki ibunya dan menangis lagi. Meminta maaf pada ibunya.

Ibunya menarik tubuh Nana ke dalam dekapannya.

“Maafkan Ibu. Ibu salah paham. Ibu nggak tahu ini semua untuk Ibu. Terimakasih ya, Sayang.” kata ibunya.

“Maafkan Nana, Bu. Nana tahu sebaiknya gaji Nana ditabung untuk keperluan yang lain. Tapi Nana pikir sesekali nggak akan apa-apa menggunakan uang itu. Lagipula Nana nggak menggunakan seluruhnya. Masih ada yang Nana sisakan untuk disimpan. Nana hanya ingin memberikan kado untuk Ibu sesekali. Karena sejak kecil Nana nggak pernah memberikan apapun untuk Ibu. Maaf, Bu. Nana salah, Nana udah membuat Ibu marah.” Nana menjelaskan sambil terisak.

“Ibu yang salah. Ibu memarahimu tiba-tiba sebelum menanyaimu dengan jelas. Maafkan Ibu, ya?” lanjut ibu Nana sambil mengangkat wajah Nana dan mengusap airmatanya.

“Maafkan Ibu yang nggak pernah bisa memberikan hidup yang mewah untuk kamu. Nggak bisa memberikan semua yang kamu inginkan, nggak bisa memenuhi kebutuhanmu dengan baik. Maafkan Ibu karena selama hanya ini yang bisa Ibu berikan untukmu selama ini. Maafkan Ibu, ya?” kata ibu Nana.

“Enggak, Bu. Ibu udah memberikan segalanya untuk Nana. Kali ini giliran Nana yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan Ibu, ya? Nana akan berjuang untuk membalas semua jasa Ibu. Selama ini Ibu udah berjuang demi membiayai hidup Nana. Nana bingung bagaimana membalasnya. Nana bingung harus memberikan Ibu apa. Ibu ingin apa? Nana akan berusaha mewujudkan keinginan Ibu.” jawab Nana.

“Ibu nggak pernah menginginkan materi atau barang apapun dari kamu. Ibu hanya berharap kamu selalu ingat dan mendoakan Ibu. Ibu hanya ingin kamu bahagia dan selalu sayang sama Ibu.” lanjut ibu Nana.

“Nana sayang sama Ibu. Dan Nana bahagia sekali punya Ibu. Tapi Nana akan lebih bahagia lagi kalo bisa membuat Ibu bahagia juga. Maaf kali ini Nana baru bisa memberikan kado itu untuk Ibu.” kata Nana sambil memandang wajah ibunya. Matanya berkaca-kaca memandang Nana lekat. Keriput-keriput nampak semakin jelas di wajah ibu Nana.

“Terimakasih, Sayang. Apapun yang kamu berikan pasti membuat Ibu bahagia.” jawab ibunya sambil mencium kening Nana lembut kemudian memeluknya. Perasaan hangat menyelimuti keduanya. Tangis haru pecah di antara mereka.

“Nana akan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Ibu kelak. Nana akan membalas semua jasa Ibu. Walau sesungguhnya meski harus berjuang seumur hidup, Nana nggak akan pernah bisa membalas semua jasa Ibu selama ini. Tapi Nana akan berusaha, Bu. Nana akan berjuang. Nana janji. Demi Ibu.” kata Nana dalam hati sambil memeluk ibunya lebih erat lagi.

“Walau tak dapat selalu kuungkapkan kata cintaku ‘tuk mama..

Namun dengarlah hatiku berkata sungguh kusayang padamu mama..”

ditulis @gandess dalam http://gandessitoresmi.tumblr.com

No comments:

Post a Comment