Tuesday, September 4, 2012

One Day You Will

Pukul dua dini hari.
Kamu sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun, tentang apapun. Sudah begitu banyak percakapan imajiner dengannya yang kamu reka sendiri diam-diam. Tentang masa lalu kalian yang semakin memudar seperti selembar foto usang. Tentang masa depan yang rasanya terlalu jauh untuk kamu khawatirkan sedemikian besar. Pagi ini kamu hanya ingin berbincang dengan sosok yang kamu cintai dalam-dalam, namun kebahagiaannya sering kamu abaikan belakangan ini: dirimu sendiri.
You walk outside and all you see is rain
You walk inside and all you feel is pain..
Kamu lelah, aku tau itu. Banyak hal berjalan tidak sebagaimana mestinya dan kamu terpaksa harus menelannya bulat-bulat seperti pil pahit. Entah sebagai penawar, atau malah racun yang akan membunuhmu perlahan. Bagimu keduanya kini tak lagi berbeda. Bukankah suka dan duka sama-sama bisa mengeluarkan air mata? Pun senyum bahagia kadang tak lebih dari topeng penutup kesedihan. Percayalah, untuk urusan yang satu itu kamu ahlinya.
But down the road the sun is shining
In every cloud there’s a silver lining
Just keep holding on..
Aku takkan menghiburmu dengan kalimat bijak yang kusadur tanpa ijin dari akun twitter motivator yang akhir-akhir ini laris manis bak kacang goreng. I have my own quotes, katamu. Aku mengangguk. Ada rasa tak percaya menyaksikan akal sehatmu menang telak atas pertarungannya dengan kata hatimu. Rupanya ribuan jarum yang menghujam perasaanmu telah mengubahmu menjadi sosok yang lebih kuat. Sekaligus mati rasa.
And every heartache makes you stronger
But it won’t be much longer
You’ll find love, you’ll find peace
And the you you’re meant to be..
“Tuhan menangguhkan, tetapi tidak mengabaikan”, begitu katanya dulu dalam sebaris pesan singkat yang dikirimkan padamu. Kamu tau dia mengerti perasaanmu. Dia, barangkali, sama sakitnya denganmu sehingga sia-sia saja mencari siapa yang pantas disalahkan. Dan demi rasa sayangmu yang berlebihan itu, pada akhirnya dirimu sendirilah yang kamu tuntut sebagai terdakwa. Bodoh, kubilang. Sementara kamu selalu, terlalu keras kepala untuk mendengarkanku.
I know right now that’s not the way you feel
But one day you will..
Maka harus ku katakan kepadamu, ini hanya masalah waktu. Aku tak bisa menjamin berapa jam, hari, atau bulan lagi tepatnya. Yang ku tau, Tuhan sedang menghitung air matamu. Menyimpannya dalam tabung-tabung raksasa, untuk kelak menukarnya dengan volume kebahagiaan yang sepadan. One day you will, sweetheart. I promise you will.

ditulis @jengdessy dalam http://decyrestu.blogspot.com

No comments:

Post a Comment