Sunday, September 2, 2012
Cintaku Sampai Di Sini (Berhenti Berharap- Sheila On 7)
To: 08174823***
Nanti malam aku ke kosan. Bisa ketemu?
Sudah hampir tiga minggu Ryo tidak mengirim kabar kepadaku. Jangankan menelepon, sms saja tidak. Semua pesanku tak pernah dibalasnya. Telepon dariku tak pernah mendapat responnya. Aku hampir hilang akal. Aku tak tahu harus menghubungi siapa, ke mana.
Aku menatap teleponku dengan penuh harap. Lima menit, sepuluh menit, tiga puluh menit juga tidak ada balasan.
To: 08174823***
Kita ketemuan di tempat biasa kamu jemput ya, Sayang.
Iya, aku masih memanggilnya sayang. Terdengar bodoh memang. Tapi aku masih menyayanginya, di balik keegoisannya.
Meskipun pesanku tak berbalas, aku tetap memutuskan pergi, menemuinya. Aku ingin menyelesaikan permasalahan di antara kami. Sepanjang jalan mataku berkaca-kaca. Ryo, kenapa kamu tega, mendiamkanku selama ini…
Sebenarnya, aku bisa saja ke kantornya, tapi aku tidak berani. Aku menunggu Ryo, di sebuah halte bus. Biasanya dia menjemputku di sana bila aku pulang terlalu malam ke kosan. Jam 8 malam aku sudah duduk manis di halte. Mataku hilir-mudik memerhatikan pengendara yang lalang. Setiap motor yang sama dengannya aku kira dia. Setiap sedan merah yang berhenti dekat halte pun aku pikir dia.
Sudah jam 9 malam. Aku menatap jam tanganku resah. Bus jurusanku sudah dua kali lewat. Perutku sudah berbunyi minta diisi. Aku tak berniat mecari makan. Aku takut Ryo akan mencari-cariku.
Seorang bapak tua penjual koran mengajakku ngobrol, “Nunggu pacar jemput ya, Neng?”
“Iya, Pak.” Jawabku singkat
“Ya, sabar saja, mungkin macet.” Ucapnya coba menghiburku.
Aku hanya bisa tersenyum.
Aku tak percaya lagi dengan apa yang kau beri
Aku terdampar disini tersudut menunggu mati
Sudah jam 10 pas. Sudah cukup terlalu lama aku menunggunya. Sudah beberapa kali juga aku mengirimnya pesan mengingatkan. Handphone-nya tidak bisa kuhubungi, tidak aktif. Aku jadi resah. Aku takut dia ada apa-apa di jalan.
Aku tak percaya lagi akan guna matahari
Yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini
Hatiku sudah tak menentu. Aku terlalu keras kepala bermaksud menunggunya, padahal dia tidak bilang iya.
To: 08174823***
Aku masih tunggu kamu ya, di tempat biasa.
Pesanku terkirim. Mana mungkin Ryo tega menelantarkanku. Kataku dalam hati, mencoba meyakinkan.
“Neng, sudah malam loh, sudah setengah dua belas.” Ujar bapak tua penjual Koran menyadarkanku.
“Pacarnya lupa mungkin, Neng.” Tambahnya lagi
Aku senyum kecut. “Iya mungkin, Pak.”
“Mau naik bis atau mau naik taksi? Biar bapak yang carikan kalo mau naik taksi.”
“Tak apa, Pak. Saya berhentikan sendiri saja.”
“Hati-hati ya, Neng, sudah malam sekali ini.”
Lagi-lagi hanya senyum yang bisa kuberikan. Aku berjalan pulang berlalu. Ryo, aku pulang, bukan aku tak menunggumu. Bukan tak lagi ada cinta. Tapi ini hanya kesia-siaan tanpa kepastian. Aku kalah Ryo. Aku menyerah pada dinginmu.
Aku pulang….tanpa dendam….
Ku terima… kekalahanku…
Aku pulang…tanpa dendam…
Kusalut kan .. kemenanganmu…
Wow..
(Rawamagun, 7 Maret 2008)
ditulis @hutamiayu dalam http://hutamiayu.tumblr.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment