Sunday, September 2, 2012
Sherina Munaf - Simfoni Hitam
Adakah aku di hatimu?
Kau benar-benar datang. Setelah hampir dua tahun kita tak bertemu. Sesekali, kita mengobrol dari balik gagang telepon atau hanya saling menyapa dengan pesan singkat. Seperti biasa, aku menikmati hal ini ketika tanganku mendingin dan degup jantungku mencepat. Hampir dua jam kita duduk dan hanya beberapa kalimat saja yang mampu terucap. Entahlah. Lama tak bertemu membuatku canggung. Sekalipun bertemu, toh keadaannya sudah berbeda.
“Apa kabar?”, kalimat pertama yang kau tujukan untukku.
“Adakah aku di hatimu?”
“Gimana kuliahmu?”, kalimat keduamu. Aku menghela napas dalam-dalam. Berusaha meredam rasa sakit yang tiba-tiba menikam.
“Adakah aku di hatimu?”
Kau hanya diam.
Dan aku ulangi. "Adakah aku di hatimu?".
"Cukup!!!", kalimat terakhirmu. Semakin sesak. Sekuat tenaga, aku menahan bulir-bulir agar tidak tumpah dari ujung kelopakku.
Kenapa kamu menyiksaku dengan cara seperti ini? Tidakkah kamu sadar ketika mataku berpura-pura tegar dan berusaha menyembunyikan airmata didepanmu? Walaupun pada akhirnya, aku menyesal bertemu denganmu kali ini. Ketika satu per satu yang kamu sembunyikan terkuak. Aku benci menyebut namanya. Aku benci ketika mendengar kamu mengakuinya. Mungkin benar atas apa yang aku dengar dari orang-orang bahwa cinta itu terkadang berwujud mengikhlaskan dan membiarkan pergi.
Kali ini aku tidak akan banyak bicara. Aku juga tidak akan mencacimu. Aku hanya ingin menangis dan bersandar di pundakmu. Memastikan bahwa aku akan baik-baik saja tanpamu. Memastikan bahwa aku akan baik-baik saja atas apa yang sudah kamu lakukan dengannya. Lalu, pergilah dan bahagiakan dia. Luka ini biar menjadi urusanku.
Malam sunyi, ku impikanmu. Ku lukiskan kita bersama. Namun tak henti aku bertanya. Adakah aku di hatimu?
ditulis @crystalzizahh dalam http://rumahcrystal.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment