Satu malam disudut kota kecil ini, di warung kecil tempatku biasa menikmati secangkir kopi. Menghela nafas memikirkan semua yang terjadi. Aku juga biasa menikmati deretan lagu-lagu yang ada di ponsel kecil kenangan pemberian dari ibu disini. Ada sebuah lagu yang saat ini kudengar. Tiba-tiba tak tahu kenapa aku kembali memikirkanmu.
“Saatnya ku berkata mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua kuyakin inilah waktunya”
Kau tahu aku kan? Aku lebih suka menjadi pemikir dari sekian orang yang menghabiskan tawa, tapi bukan nya aku tak suka tertawa. Kau masih ingat senyum bahagiaku? Karena ku masih ingat senyum kecilmu itu terlebih saat-saat bersama denganmu dan terutama senyum terakhir untukku. Teringat kenangan indah bersamamu dulu. Aku masih tak mengerti mengapa prinsip begitu kejam memisah dua hati yang saling dimabuk cinta kala itu. Emosi yang masih labil berbicara tentang harga diri serta egoism yang masih tinggi. Kita sama-sama tahu itu. Sekarang kita sudah lama tak bertemu.
”Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi”
Mungkin kau bukan yang dulu seperti saat aku membujur rindu. Mungkin rasa itu telah pergi. Rasa pada saat cinta berkecup mesra. Dulu kita saling memadu kasih, sebelum kini saling mengadu perih.
“Dan mungkin bila nanti kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang kutinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua disini”
Satu yang ku pinta untukmu yang sekarang aku tahu duduk dengan siapa. Jangan sakiti orang yang ada disampingmu untuk kita yang telah jadi masalalu. Aku tak pernah membenci meski ingin ku saling membagi, luka yang pernah kunikmati. Kita pernah saling mengikat janji.. Saat semua orang tak perduli.. Lalu masing-masing kita ingkari. Aku pernah memohon untuk seorang kamu, kamu pernah merengek demi seorang aku. Kita impas.
“Dan bila hatimu termenung bangun dari mimpi2mu
Membuka hatimu yang dulu cerita saat bersamaku”
Bila saat ini hatimu masih bingung dalam lamunan masalalu yang tak terbendung mengingat cerita saat bersamaku. Ingatlah saat yang paling indah saja. Kita pernah saling mengingatkan sebelum saling menjatuhkan. Kita pernah saling memahami sebelum saling melukai. Kita pernah saling berpeluk mesra,bukan?sebelum saling meniada.
“Tak usah kau tanyakan lagi simpan untukmu sendiri
Semua sesal yang kau cari semua rasa yang kau beri”
Jangan pernah bertanya mengapa semua ini terjadi, karena takdir kita adalah menjalani hari dengan menguliti hikmah yang tersembunyi. Ingat saat sebelum kita bertemu, kita bisa menjalani hari. Semestinya setelahnya pun hari mampu kita lalui
ditulis @modod dalam http://dodix-zone.blogspot.com
No comments:
Post a Comment