Monday, September 3, 2012

Hati (Hanya) Butuh


Ini hasil perbincangan alot antara cinta dengan waktu.

Yang (walaupun) tak pernah terjadi secara nyata, namun menghabiskan seluruh ruang imaji otak.



If time is all I have

I’ll waste it all on you

Each day I’ll turn it back

It’s what the broken-hearted do

I’m tired of talking to an empty space

Of silences keeping me awake

When you marry

And you look around

I’ll be somewhere in that crowd

Torn up, that it isn’t me

When you’re older

The memories fade

But I know I’ll still feel the same

For as long as i live



Hati sedang sibuk memaki rasa sakit, yang ditimbulkan oleh waktu.



Salahkah waktu,  jika dia berjalan seperti biasanya?

Dia memang tak bergerak secepat itu, untuk menyandangkan ukuran tahun pada hubungan ini.

Dia juga khilaf dalam melabeli apa yang terjadi. Kini. Dengan sebutan selamanya.

Meskipun untuk yang telah lalu, waktu bersikeras berjalan.

Walaupun memori merajuk, tak ingin kehilangan.



Kami pernah saling bertukar pikiran untuk hal paling krusial. Hatimu.

Bahkan ketika dengan bergurau aku berkata ini hanya coba-coba, untuk hati.

Waktu dengan berani menempelengku begitu keras.

Dibuatnya detik berjalan bagai tahun, saat rasa kehilangan mendera.



Mengenalmu secara ajaib bukanlah perkara mudah, cinta.

Dalam setiap riuh keriaan, aku terkapar di ujung ruangan.

Mengemis, berlutut memohon ampun pada sang luka untuk sedikit berbaik hati.

Pikirmu aku tak akan sesakit ini, menyakiti diriku sendiri.

Tapi lihat. Aku kini bahkan tersakiti lebih dari yang kau pikir.



Waktu meminta ampun untuk segala sesak dan caci maki, yang dikeluarkan mulut terhadapnya.

Mengaku bersalah untuk setiap butiran air mata yang mengaliri pipi itu.

Menunduk, berlutut bahkan rela bersujud dalam derasnya hujaman tatapan tajam akibat benci.

Dia menerima, bahkan menagih, hukuman yang pantas diterimanya.

Sedangkan cinta hanya bisa sekali lagi berusaha mengembalikan perspektif hati, jika dia benar butuh cinta.
0 notes
December 19, 2011
Luka itu sederhana seperti menaruh hati dan kepercayaan di tangannya, tapi dengan sepenuh hati dia membuangnya ke tempat sampah terdekat.
@raindicted
0 notes
December 19, 2011
Kesakitan ini terjadi bukan tanpa sebab, melainkan dibuat dengan hati yang matang

Terima kasih untukmu, setengah nyawa yang berhasil membuat dia terluka

Menelurkan keberhasilan sejati, hingga hati terpuruk di tengah keramaian

Kejatuhan itu bukanlah akhir, walaupun efek domino sudah dapat ditebak akan terjadi

Semua dimulai dengan merajam waktu dalam cacian kesepian dan luka menganga lebar

Butiran air mata yang senang berdansa di setiap lekuk yang dapat dijamahnya

Lengkung senyum yang kemudian enggan menyapa karena kehabisan bahan obrolan ringan

Haruskah pada akhirnya aku menyapa takdir dan memakinya dalam kepahitan?

Meskipun itu tak begitu banyak membawa hasil yang setimpal

Setidaknya logika tetap menyediakan bahu untuk bersandar bagi hati yang tak lagi merasa


ditulis @raindicted dalam http://umayi.tumblr.com

No comments:

Post a Comment