Friday, September 21, 2012
Menjadi Diri Sendiri
Manusiawi. Ketika kita mendambakan kesempurnaan dalam hal apapun; penampilan, pekerjaan, hubungan antar manusia lainnya, pasangan, Ataupun dalam kehidupan. Kata sempurna, nyatanya mampu menghasilkan kepuasaan batin dan meningkatkan rasa percaya diri, juga mendatangkan kebahagiaan.
Untuk mencapai sebuah kesempurnaan tersebut. Baiknya kita mendapatkan motivasi atau dorongan untuk berusaha dan bekerja keras semaksimal mungkin. Karena sebuah pencapaian mampu dihasilkan dari sebuah kerja keras, pengorbanan, dan keyakinan menuju kesana. Jelas, tidak mudah untuk hal tersebut.
Tapi, bagaimana dengan beberapa sikap orang yang selalu menghalalkan cara apapun untuk sebuah kesempurnaan tersebut? Dengan cara yang berbeda namun malas berusaha. Atau tentang orang yang tak sanggup menjadi dirinya sendiri. Tapi, bukankah memang tak mudah menjadi diri sendiri? Apa lagi di sibukkan untuk menjadi orang lain.
Tidak sedikit yang menjadi seperti itu dalam lingkungan sekitar kita. Menjadi pribadi orang lain untuk mendapat pengakuan yang sama rata dengan orang yang di anggapnya lebih hebat dibandingkan dirinya sendiri. Kadang, itu datang dari tuntutan dirinya sendiri. Ingin menjadi setara dengan orang lain atau teman terdekatnya, tapi dia justru lupa dengan bakat dan kemampuannya sendiri.
Kemampuan itu adalah sesuatu hal yang harus selalu di asah dan di pelajari setiap hari. Agar terus berkembang menjadi lebih baik dan membuahkan hasil yang di harapkan. Lalu, mengapa hal tersebut terkadang menjadi terasa sangat sulit?
Karena manusia terkadang terlalu cepat menginginkan atau menuntut hasil. Malas untuk menjalani proses panjang. Bosan dengan kegagalan dan kalah dengan keputusasaan. Bukan begitu?
Seperti lirik lagu yang di bawakan Fikar Cartman dengan judul Ojan Kok Benalu. Serupa perwakilan untuk pendapatnya kepada beberapa sikap dan prilaku manusia yang senang menjadi sempurna namun dengan cara yang mudah—lebih tepatnya memudahkan banyak cara.
Ini lagu tentang seseorang
Panggil aja dia dengan nama ojan
Sok tampan kayak pangeran
Tapi muka jamban
Ngerasa juragan
Tapi aslinya pengangguran
Eksis abis bagai selebritis
Narsis sok modis
Kayak model abis
Pasang aksi
Pengen naikin pasaran
Sok trendi
Malah jadi bahan celaan
Gak punya duit tapi gaya nomor satu
Biar dapet gebetan yang bisa ditipu
Yang dapet dicurangin—dikibulin
Biar bisa beliin yang dia pengenin
Numpang sana-numpang sini
Tipu sana-tipu sini
Asalkan jaga reputasi dan eksistensi
Gak perduli dia jadi benalu sejati
Reff :
Ojan kok benalu
Orangnya belagu
Si ojan emang benalu
Ojan kok benalu
Orangnya sok tau
Si ojan emang benalu
Ketika ada keinginan untuk mendapatkan sesuatu namun tak mau berusaha untuk mendapatkannya dan bersembunyi dalam kata tidak mampu. Maka yang akan kita lakukan adalah dengan merayu teman sana-sini untuk mendapatkan pinjaman barang-barang mewah dan di akui kepemilakannya atas nama pribadi. Lalu, hal tersebutpun di gunakan untuk menipu orang lain lagi. Begitu, begitu dan begitu seterusnya kepada orang-orang yang berbeda.
Mungkin benar. Apa yang orang bilang, bahwa ketika satu kebohongan terkecap manis di bibir kita. Maka, dia akan menyeret kita pada kebohongan lainnya. Sadar tak sadar, mau tak mau. Jadi, mungkin ketika ingin mengucapkan beberapa hal. Kita harus menyediakan jeda untuk memikirkannya ulang. Baikkah atau justru malah akan menjebak kita dalam hal buruk lainnya. Menjaga, memang bukan perkara mudah. Tetapi, di coba dan di usahakan dulu pun bukan hal yang salah.
Gaya tengil
Bau sikil
Mukanya juga dekil
Sok dewasa padahal masih labil
No skill
Ngaku-ngaku punya apartemen sendiri
Padahal makan aja ngutang sana-sini
Bawa mobil orang biar keren
Gak cemen
Kita tau lo gak akan mampu
Beli itu man
Muka gak karuan ngarep jadi
Model betulan
Pengen dipandang
Tapi caranya kampungan
Tampil oke berharap kece pastinya
Minjem pakaian dari atas
Sampe bawah
Kuliah belakangan
Gaul duluan
Jadi parasit di setiap tongkrongan
Asik sama teman baru
Lupa teman lama
Giliran dia butuh
Baru inget sama kita
Semua orang tau kalau lo itu benalu
Jadi kita berharap plis jangan belagu
Lucu memang. Ketika memperhatikan sikap dan prilaku orang atau teman yang masih bisa meninggikan kesombongan yang sudah jelas hanya omong kosong belaka. Berbicara seakan paling sempurna namun ternyata justru menutupi sepi belaka. Menganggap yang lainnya tak ada apa-apanya di bandingkan dirinya.
Banyak. Pastinya masih banyak yang seperti itu. Dan kadang itu menjadi kebanggan mereka—menjadi bagian dari drama kehidupannya. Tapi, benarkah seperti itu?
Kadang semua hanya untuk menutupi kurangnya mereka saja. Ingin berhenti namun sudah kecanduan dan sulit menerima keadaannya sendiri. Terlalu takut dengan kehilangan penilaian hebat yang sama-sama semu dengan apa yang di ciptakannya sendiri dengan kepalsuan, kebohongan. Apa yang harus dilakukan untuk sikap teman atau orang seperti itu?
Mungkin. Selama masih bisa di rangkul dan di berikan pengertian dengan baik-baik, tidak ada salahnya. Karena sebuah keperdulian tidak harus berhenti dari ucapan saja. Tetapi berlanjut pada tindakkan juga. Dan, tentu saja dengan menggunakan cara yang baik.
Mejeng foto full editan
Biar bisa modus
Pokoknya di edit
Sampe keren mampus
Pamer tato tiap kali foto
Fashion heboh
Tapi mukanye dongo
Jelas aja sering
Ditinggalin gebetannya
Muka aslinya lebih parah
Dari fotonya
Jadi diri sendiri aja kok susah?
Untuk bergaya keren
Tapi dia maksa
Update status
Tentang pil warna-warni
Biar dikata orang
Anak gaul trendi
Gayanya paling oke
Ngomongin dugem lah
Tapi dia kere
Jadi cuma bisa nyampah
Masuk dugem mata merek melem
No money
Selalu ngarepin dibayarin
Sama orang lain
Semua orang tau kalau lo itu benalu
Jadi kita berharap ojan jangan belagu
Reff :
Ojan kok benalu, orangnya belagu
Si ojan emang benalu
Ojan kok benalu, orangnya sok tau
Si ojan emang benalu
Jan,kok lo marah?
Emang yang namanya ojan lo doang.
Nah. Ngakak nih yang bagian foto di edit habis-habisan. ( Langsung chek avatar di twitter. Haha. )
Wajar sih sebenernya jika kita selalu ingin menampilkan hal yang baik kepada setiap mata. Baik secara langsung ataupun lewat dunia maya. Baik kepada teman dekat ataupun orang asing. Karena memang tidak harus melulu membuka lebar tentang kekurangan dan keburukkan sendiri. Ada kalanya sebuah rahasia tetap di biarkan sebagaimana arti dari namanya tersebut. Tidak semua hal harus di bagi.
Namun, alangkah baiknya semua masih dalam batas kewajaran dan tidak berlebihan. Apa lagi hingga merugikan orang lain, itu sih udah nggak wajar namanya. Kita juga harus tahu dan mengerti dengan baik bahwa semua selalu ada batasannya. Karena benar, semua yang berlebihan itu kurang baik.
Sebuah nilai ukur seseorang dimata orang lainpun pasti berbeda. Tidak harus melulu menjadi sama untuk di anggap baik dan pantas masuk dalam sebuah perkumpulan atau pergaulan. Justru, ketika kita mampu jadi diri sendiri dan memperkenalkan bakat dan kemampuan kita pribadi kepada orang lain. Maka kita bisa mendapatkan lebih dari apa yang kita harapkan dengan menjadi orang lain.
Ketika kita menjadi diri sendiri. Tidak akan menimbulkan tuntutan berlebihan dari orang-orang di sekitar kita. Berbeda dengan jika kita berbohong dan mengaku-ngaku memiliki ini dan itu untuk di anggap sempurna. Tanya saja pada diri kita sendiri. Apakah kita akan nyaman dengan kebohongan? Apakah kita merasa senang di dekati hanya karena kesempurnaan kita? Lalu bagaimana dengan cacat dan kurangnya kita jika tidak mampu di terima orang lain? Mau lari kemana lagi?
Jadi, apakah lagu dari Fikar Cartman atau tulisan pribadi saya di anggap sebuah sindiran? Bukan. Ini hanya sebuah gambaran kecil tentang beberapa sikap dan prilaku orang-orang di sekitar kita atau bahkan mungkin kita sendiri pernah seperti itu. Tapi, jikapun di anggap seperti itu tidak masalah. Karena menyindir dengan karya jauh lebih menarik di banding menulis hal-hal buruk untuk di update status twitter ataupun facebook. Bukankah begitu? Hehe. Mungkin.
Yuk, langsung download dan dengarkan lagu dari Fikar Cartman ( @FikarCartman ) yang berjudul Ojan Kok Benalu ( OKB ) disini http://t.co/vbaMp5sJ
atau di http://t.co/lXMYtyq8 .
Kita tunggu albumnya, Fikar. Selamat berkarya.
ditulis @OdetRahma dalam http://odetrahmawati.wordpress.com
Labels:
Fikar Cartman,
Hari #20
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment