Friday, September 21, 2012
Alika
Aku berdiri lagi di ujung koridor kelas, menatap dari kejauhan, satu noktah hitam yang bergerak lincah mendribble bola, bahu kekarnya jadi pondasi untuk dia tetap menghindar dari kejaran lawan. Seketika aku terhenyak, noktah hitam yang aku pandang, terjerembab jatuh ketanah, dia terjatuh, rasanya aku ingin melompat dari lantai 2 tempat aku memantaunya, lalu lari secepatnya, membersihkan lukanya. Tapi, urung aku lakukan, seorang perempuan cantik anggota cheerleaders dengan anggun menghampirinya, dari jauh, aku yakin, dia Karen, ketua klub cheerleaders.
Hatiku berdebar tak karuan, aku cemburu, itu yang ku rasakan, kepalaku lalu pusing, aku mengusap kaca mata tebalku yang beruap. Menghela napas, aku lari masuk ke kelas.
———————————————————————————————————
Oh, ya. Aku lupa memperkenalkan si noktah hitam, dia adalah Darma, lelaki berbadan tegap dan tinggi, dengan tampang yang rupawan. Darma adalah impian bagi semua gadis, dan mimpi paling tak mungkin jadi nyata buatku. Ibaratnya langit, aku adalah kakinya, dan dia adalah lapisan ke tujuhnya. Darma adalah kumpulan teori, bertumpuk-tumpuk buku tebal yang tak habis untuk aku bahas. Satu hal lagi, rumah Darma dan aku hanya berjarak 3 rumah,dia baru pindah kerumahnya yang baru, beberapa bulan lalu, hanya itu, yang buat aku merasa dekat dengannya.
———————————————————————————————————-
Malam ini, sambil mengerjakan tugas makalah biologi, aku iseng memutar playlist di Ipod-ku, dan tibalah pada putaran lagu Taylor Swift, liriknya begitu mengena, aku hanya tersenyum, membiarkan penyanyi lagu country itu menyindir aku habis-habisan.
But she wears short skirts
I wear t-shirts
She’s cheer captain
And I’m on the bleachers
Dreaming about the day when you wake up and find
That what you’re looking for has been here the whole time.
*tok*tok* kamarku diketok perlahan, suara mamaku teredam pelan terdengar, “Lika, ada nak Darma nih”
Mataku melotot sejadi-jadinya, tak percaya siapa yang bertamu kerumahku malam-malam. DARMA !!! rasanya aku ingin melompat-lompat, lalu terbang menembus langit malam. Aku merapikan rambutku sekenanya, membetulkan kaca mataku yang sempat melorot.
Dia duduk disana, di sofa orange, di ruang tamuku, aku melangkah sambil menata debar, dan tentu saja berdoa ” tuhan jangan sampai darma mendengar jantungku berdebar-debar “. Aku memperhatikannya dari atas sampai kaki, dan berhenti pada balutan perban di lututnya, luka tadi siang.
“hai, Lika, aku mau minta tolong, kamu jago biologi kan ? ada yang aku ga ngerti sama tugasnya Bu Mery”, Darma menjelaskan maksud kedatangannya.
Aku hanya terpelongo, suaranya bagai melodi nina bobo, membuat aku nyaman, tapi nyaman yang aneh, debar hatiku makin berantakan. Walau masih gelagapan, aku menjawabnya dengan anggukan.
Dan di sanalah kami, di ruang tamuku, mengerjakan tugas bersama selama hampir 2 jam. Dia sibuk menata makalahnya, aku sibuk menata hatiku untuk tetap diam. Dan, hey.. ini waktu terlama aku berada sedekat ini dengannya. Just let me fly now.. (wussshhh)
————————————————————————————————
Sejak kejadian malam tadi, Darma jadi sering ke rumahku, kadang mengerjakan tugas, kadang menemaniku memandikan Prince, anjing labrador kesayanganku, atau sekedar bertamu, mengantar kue buatan mamanya yang enaknya nomer satu.
Kami saling bertukar cerita, Darma ternyata sudah sejak lama ingin berkenalan denganku, tapi dia ragu, karena pribadiku yang tertutup. Tapi atas desakan tugas dan mamanya, akhirnya dia muncul juga di ruang tamuku. Dan, dari cerita yang Darma ceritakan padaku, Darma sudah menjalin cinta dengan Karen, si ketua cheerleaders. Mataku memanas, saat mendengar ceritanya, tapi aku bisa apa, aku harus cukup puas menikmati kedekatanku sebagai SAHABAT dengannya, aku harus puas.
————————————————————————————————
Malam minggu ini, hujan turun deras, walau jam masih menunjuk pukul 8 malam, aku bergulung dengan selimut polkadotku, memeluk guling, dan memandangi fotoku dan Darma tersenyum lebar di depan rumahku, dengan Prince yang menjulurkan lidah kegirangan. Ah.. andai aku bisa secantik Karen, seramah Karen, dan semuanya tentang Karen ingin aku miliki.
Handphone-ku berdering, nama Darma dengan fotonya muncul di layarnya, aku mengerenyitkan kening, tumben, malam minggu Darma meneleponku.
“Lika’s here..” suaraku terdengar parau.
“Lika, aku putus sama Karen..” Darma menyeloroh, menceritakan kronologis malam minggunya yang berakhir tragis. Karen, perempuan cantik yang hampir setahun menemaninya, ternyata sudah 3 bulan ini menjalin cinta dengan anak kuliahan.
Aku tahu, dari suaranya, Darma hanya mencoba untuk kuat, untuk tidak menangis, aku tahu, Darma tidak setegar fisiknya, hatinya lembut, dan dia adalah lelaki setia, memang kurang ajar betul si Karen, bisa-bisanya dia menyia-nyiakan Darma, yang begitu baik.
Oh, I remember you were driving to my house
In the middle of the night.
I’m the one who makes you laugh
When you know you’re about to cry.
I know your favorite songs,
And you tell me about your dreams.
Think I know where you belong,
Think I know it’s with me.
“Aku, di depan rumah kamu lik, kamu keluar ya.. temenin aku jalan, aku butuh sahabat aku malam ini..” begitu Darma mengakhiri ceritanya.
Sigap aku ambil sweaterku, buru-buru turun ke bawah dan izin sekilas pada mama dan papa yang sedang menonton TV, “ma, pa, aku pergi bentar sama Darma..” sayup aku dengar mama berceloteh “jangan malem-malem baliknya”.
—————————————————————————————————-
Aku berlari menerobos hujan dengan payung merahku, Darma sigap membukakan pintu mobilnya, begitu pintu tertutup, aku sadar, penglihatanku agak buram,
“Dar, ini mobil kamu yang suram, apa mataku yang makin minus yaaa ??” aku mengerjap-ngerjap. Darma terkekeh, “kaca mata kamu tuh, ketinggalan kayaknya, ga kamu pake”
Aku gelagapan, Darma makin terkekeh ketika aku buru-buru ingin kembali kerumah, “udah, kamu cantik kok kayak gitu, ga usah pake kaca mata deh, aku galau berat nih, temenin aku ya”
Ah.. rasanya aku ingin terbang mendengar kata “cantik” yang Darma tujukan padaku. Pipiku bersemu merah jambu. Darma, lagi-lagi kamu buat aku kelu.
Can’t you see
That I’m the one
Who understands you?
Been here all along
So why can’t you see
You belong with me?
Standing by you
Waiting at your backdoor.
All this time
How could you not know, baby,
You belong with me,
You belong with me?
—————————————————————————————————
Ini tahun kedua aku di Universitas, banyak perubahan yang aku alami, aku sudah tak lagi mengenakan kaca mata tebal, tak lagi mengepang rambutku, aku bermetamorfosis, tak nerd apalagi geek, aku mencintai diriku yang lama, tapi aku lebih mencintai aku yang sekarang, rambutku terurai panjang, hitam legam, dengan sedikit gelombang, penglihatanku berhasil membaik, setelah aku menjalani serangkaian terapi laser mata.
Darma, cinta terpendamku, melanjutkan kuliahnya ke USA, menyusul papanya yang bertugas disana, aku merindukannya, sudah lama aku tak mendengar suaranya yang biasa menghancurkan ritme jantungku, sudah lama aku tak menikmati tatapan matanya yang tajam, setiap detil yang ada padanya, sangat aku rindukan. Hanya beberapa kali kami saling bertegur sapa, itupun hanya lewat email. Aku merindukannya.
—————————————————————————————————-
Dear Lika,
How are you my dearest friend ?
Miss me, huh ?
I know, you missed me, don’t be shy, i miss u too, my best.
I got good new for you, i’ll be back to Indonesia this week, can you pick me up at the air port ?? don’t worry, i got many present for you, and off course, i’ll bring the statue of liberty ( the miniatur, off course, hahahaha)
Ok, please reply this email, ASAP, can’t wait to see you soon..
Much Love,
Your best friend
Darma
———————————————————————————————
Aku berdiri disini, disudut ruang kedatangan internasional, sesuai janji, hari ini aku akan menjemput Darma di Bandara. Menit-menit jelang pesawat mendarat, menjadi menit paling lama dalam hidupku, selama hampir 5 tahun aku menyimpan rasa. Bukan hal mudah, orang yang kita cintai ada di depan mata, tapi kita harus pura-pura, menutupi semua asa.
Tak lama, aku melihat noktah hitam yang aku rindukan, dari pucuk kepala saja, aku sudah tahu, itu dia, Darma. Darma tampak celingukan di pintu keluar ruang kedatangan, menggendong backpacknya. Darma makin hitam, ku rasa dia terkena demam “tanning” di USA, tapi tetap, dia Darma yang aku cinta.
Matanya melotot melihat aku berdiri disini, memperhatikan secara seksama, tanpa maksud kurang ajar, senyumnya terkembang lebar. Sore ini aku mengenakan terusan midi berwarna pink muda, dengan rambut yang aku cepol ke atas dan tentu saja tanpa kaca mata.
“Lika ???? buset.. kamu.. cantik bangeeettt” Darma tak bisa menyembunyikan kekagumannya
Aku tersenyum, “ah kamu, hayuukk.. kita berangkat”.
Darma terkekeh, lalu menggandeng tanganku, jantungku berdebar makin kencang, Tuhan, semoga Darma tak mendengarnya, batinku berkali-kali.
Setibanya di mobil…
“Sejak kapan kamu ga pake kaca mata ??” Darma penasaran.
“Uhmmm.. udah hampir 2 tahunan sih, pas kamu berangkat ke USA, aku ikut terapi laser mata..”
“cantik” ujarnya singkat
Aku menepuk bahunya pelan, berusaha menyembunyikan rasa malu.
“aku sayang kamu Lika, aku nyaris gila, dua tahun jauh dari kamu, dan sekarang aku ga bisa lagi nyimpen semuanya.. mumpung kita masih di Bandara, kamu jawab, kamu sayang ga sama aku, kalau kamu ga sayang sama aku, aku balik lagi nih ke USA?” Darma seperti biasa, ceplas-ceplos
Aku merasakan hangat menjalar di pipiku, aku mengangguk pelan,sambil tertawa, tanpa ragu aku peluk pria di samping kananku, Darma, pria yang selama 5 tahun, aku damba, kini ada dipelukku,
Have you ever thought just maybe
You belong with me?
You belong with me
*)Terinspirasi dari lagu You Belong With Me - Taylor Swift
ditulis @nonayukee dalam http://sebuahcatatan.tumblr.com
Labels:
Hari #20,
Taylor Swift
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment