Monday, September 3, 2012
Merengkuh Jauh
#30HariLagukuBercerita #Day1
“Ngapain sih lo masih ngarepin cowok aneh itu, Ta???”
Sekian kalinya aku harus mendengar racauan cerewet Ima, sahabatku. Sudah jadi semacam rutinitas, kalimat tanya yang sama selalu terlontar darinya setiap aku melakukan hal ini lagi. Menulis surat yang hingga kini tak pernah datang balasannya.
Surat penebus dosa. Permintaan maaf penuh harap. Pembersih rasa sesal. Apapun nama yang bisa kusematkan untuk mendeskripsikan maksud surat ini. Akibat sebuah kebodohan yang kulakukan lebih dari dua tahun yang lalu. Mematahkan hati seseorang yang tulus menyayangiku.
Bahkan hingga kini, kebanyakan orang yang mengenalmu akan menempelkan label “aneh”, “cacat”, hingga kata-kata tak pantas seperti “idiot” dan sebangsanya. Padahal, kau hanya memandang dunia ini dengan kacamata yang berbeda. Itu saja.
Sayang, waktu itu aku pun ikut terjebak dengan paradigma sempit atas nama gengsi. Menutupi rasa yang sebenarnya melingkupi hati.
Kasihku jauh dari hatiku
Kasihku… jauh sekali
Bilamana kugapai hatimu
Kau tak pernah peduli denganku
Kuingin kau tahu, cintaku hatiku
Kuingin kau tahu… cintaku
“Ta, cowok yang normal tuh masih banyak bertebaran. Masa lo mau terjebak selamanya, ngarepin cowok autis yang nggak ngerti gimana caranya mencintai cewek dengan bener?”
Sebilah pisau bak menoreh hatiku perlahan. Teringat bahwa itu yang dulu terlintas di pikiranku. Saat dengan penuh kekejaman, kuputuskan untuk meninggalkan dirimu, menolak pernyataan cinta yang nampaknya susah payah kamu coba utarakan.
“Aku ingin cari suasana baru, Di. Lagipula LDR nggak bakal berhasil buat kita.”
“Tapi, aku percaya kamu, Ta. Kamu pasti bisa setia sama aku.”
“Ya, masalahnya aku yang nggak percaya sama kamu. Apa kamu bisa kuat jauh lama-lama dari aku? Cinta seperti apa yang bisa kamu kasih dengan segala keterbatasan kamu itu, Di?”
Perlu satu tahun lamanya sampai aku menyadari bahwa itu memang usaha terbaikmu untuk mencoba mencintaiku dengan sepenuh hati. Terlepas dari masa lalu kelam di balik kisahmu, selalu dimanfaatkan gadis-gadis yang memikat hatimu, demi menikmati harta orang tuamu yang memang berlimpah ruah.
Dan… hanya aku yang tidak pernah ambil pusing dengan materi yang kau miliki. Mungkin karena awalnya aku merasa iba, mencoba ada di sisimu, menghiburmu dengan canda kala banyak orang justru menjauhi. Kau pun membalas perhatianku dengan perasaan mendalam yang mampu kaupendam hingga bangku sekolah nyaris berakhir.
You don’t know what you’ve got until it’s gone.
Segala cara kucoba untuk menghubungimu, namun bumi bak menelanmu, roda nasib seakan tak merelakan pertemuan kita. Hingga cara inilah yang kutempuh, mencoba menulis surat setiap bulannya, dikirim ke alamat yang tertera di buku tahunan sekolah. Sudah genap 25 surat melayang, tanpa satu pun kabar balasan.
Asaku belum punah. Wajar jika kamu benci. Wajar jika kamu tak sudi menyentuh suratku. Wajar jika kamu ingin amnesia merenggut segala memori tentangku. Aku hanya ingin menyampaikan kata maaf yang harusnya terucap sejak dulu. Permohonan ampun berbalut rasa yang menusuk hati setiap detiknya.
Kau selalu saja tak peduli dengan diriku
Kau jauh dariku, kuingin kau tetap milikku
Tapi kau jauh, kau jauh, jauh… smakin jauh
Dan kini kau benci, benci… benci aku…
Ternyata akulah yang tak bisa jauh darimu. Akulah yang menyerah pada keterbatasan semu, tanpa berjuang menembus aral, terselubungi ego dan apatis.
Sesal itu hingga kini masih tersisa, menohok semakin dalam. Tatkala pagi ini akhirnya kuterima sepucuk surat balasan. Kabar duka, kepergianmu, menghadap Sang Kuasa. Atas nama cinta, kau masih tak ingin membuatku cemas atau kecewa dengan sakit yang mendera ragamu.
Air mataku bergulir satu-satu. Untuk kali pertama, kurasa jauh itu bisa kurengkuh erat. Tanpa angkuh, tanpa keluh.
Tetap milikku… meskipun kau telah jauh
Hatiku tetap kamu…
meskipun kau bukan milikku lagi…
Kau tetap… di hatiku..
#nowplaying Jauh - NAIF
ditulis @retro_neko dalam http://iammrsred.tumblr.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment