Bandung, 15 Maret 2008
Apa kabar, Anna sayang?
Hari ini aku mendengarkan lagu kesukaanmu di radio. Dan tiba-tiba saja aku jadi teringat sewaktu kita sering menyanyikannya berdua di mobil. Kau tahu? Sampai sekarang aku masih hafal dengan tepat bagaimana caramu menyanyikan lagu ini. Kau selalu menggerak-gerakkan tanganmu ke kiri dan ke kanan, atau terkadang membuat gestur seolah kau sedang memegang sebuah mic, lalu bergantian menyodorkan tanganmu padaku.
Sewaktu aku mendengarkannya denganmu, lagu ini terdengar seindah lagu cinta, tapi sendiri, lagu ini terdengar tak lebih dari sebuah syair yang kehilangan nada. Hampa.
Bandung, 16 Maret 2008
Anna, kekasihku.
Tadi aku membuka isi folder laptopku dan menemukan rekam jejak kebersamaan kita. Ratusan bahkan ribuan foto wajahmu mendominasi isinya,aku tersenyum geli melihat ekspresi wajahmu yang berubah-ubah, namun semuanya tetap sama, terlihat cantik di mataku.
Dan lalu aku menemukan rekaman video sewaktu kau baru saja membeli sebuah kamera baru dan bersikeras ingin menggunakannya untuk merekam sosokku.
Aku melihat rekaman diriku sedang menutup-nutupi wajah dengan kedua tangan, dan terdengar suaramu memaksaku untuk mengatakan sesuatu. Namun pada akhirnya kita berdua tertawa setelah aku mengatakan bahwa aku mencintaimu di rekaman video itu.
Aku merindukanmu, Anna.
Bandung, 17 Maret 2008
Mamamu berkunjung ke rumah kita hari ini, dia datang dan menanyakan kabarku. Aku sedikit kebingungan menjawabnya, karena sesungguhnya aku tidak pernah merasa baik-baik saja jika kamu tidak ada di sekitarku.
Dan seperti aku, mamamu juga merindukanmu. Kapan kamu pulang, Sayang?
Bandung, 18 Maret 2008
Anna,
apakah disana kamu makan dengan benar, Sayang?
Kau tahu pasti, aku tidak pernah suka jika kamu berkata padaku bahwa kamu sedang diet. Aku lebih suka melihatmu makan dengan lahap, karena itu menunjukkan kamu sehat.
Meskipun aku tidak disana untuk memarahimu agar makan dengan teratur, semoga kamu menjaga kesehatanmu selalu ya, Sayang.
Aku sangat merindukanmu.
Bandung, 19 Maret 2008
Tidak ada satu detik pun yang aku lewati tanpa memikirkan kamu, Anna.
Tidak ada yang bisa mengalihkan pikiranku dari kamu, tidak ada. Jarum jam terasa berjalan lebih lambat dari biasanya saat kamu tidak ada.
Sayangku,
jika kau bisa merubah waktu menjadi begitu cepat setiap aku bersamamu,
bisakah kau mempercepat waktu sampai ke pertemuan kita selanjutnya?
Bandung, 20 Maret 2008
Teruntuk Anna,
aku merindukanmu sampai gila rasanya.
Aku tidak tahu bagaimana caranya menghentikan jari-jemariku untuk menuliskan surat untukmu setiap hari. Dan aku tidak bisa mengerti bagaimana caranya kamu bisa tahan untuk tidak membalas setiap suratku.
Apakah kamu tidak merindukan aku, Anna?
Bandung, 21 Maret 2008
Anna, belahan jiwaku, deru nafasku, detak dalam setiap detikku.
Aku tidak bisa menunggu,
aku sangat merindukanmu, dinding-dinding rumah ini terasa menghimpit menyesakkan setiap kali aku teringat bahwa kamu tidak ada disini.
Aku menunggumu datang, namun pada akhirnya kamu tidak pernah pulang,
dan karena itu,
biarkan aku yang akan mempercepat waktu ke pertemuan kita berikutnya. Tunggu aku disana, Sayang.
—
“…mayat ditemukan pada hari Sabtu, 22 Maret 2008 pukul 20.00 Waktu Indonesia bagian Barat di kediamannya. Diduga mayat ini meninggal karena bunuh diri, dan kemungkinan motif bunuh diri yang dilakukan oleh mayat adalah kematian istrinya beberapa minggu yang lalu. Dugaan ini muncul dikarenakan di sekitar mayat ditemukan puluhan surat yang ditujukan pada mendiang istrinya, yang ditulis oleh mayat beberapa hari sebelum kematiannya. Sekian laporan dari TKP.”
“Adakah disana kau rindu padaku?
Meski kita kini ada di dunia berbeda.
Bila masih mungkin waktu kuputar,
kan kutunggu dirimu.. “
ditulis @frdtas dalam http://faraulias.wordpress.com | Mengenangmu
No comments:
Post a Comment