“Ibu, apakah Tuhan sedang marah sama kita? Di dalam lagu yang Ibu ajarkan katanya langit itu berwarna biru tapi hari ini langitnya abu-abu.” Ujar anak perempuan kecilku sambil menatapi dirinya di kaca.
“Loh memangnya kalau langit abu-abu artinya Tuhan sedang marah?” Ujarku sedikit bingung.
“Iya. Kata Bu guru kemarahan Tuhan dapat berupa bencana. Nah langit abu-abu kan berarti bencana.” Sambil menjelaskan ia tetap menatapi wajahnya di cermin dan mengedepankan kepangan yang ia buat sendiri.
“Nah sekarang jelaskan sama Ibu kenapa Tuhan mesti marah?” Jawabku sambil memangkunya dan melepas kepangan yang semrawut itu.
“Karena banyak dosa dan kejahatan. Salah satunya karena Ibu nonton gossip!” Ujarnya lantang tanpa ragu sedikitpun. Tak dinyana aku terpingkal namun tidak dapat terlalu keras. Takut menyinggung perasaannya. “Ibu kan nonton tivi. Trus liat ada artis yang berselingkuh, ehh Ibu marah-marah. Memaki-maki televisi.”
“Aduh, bukan begitu maksudnya Nak. Memangnya menurutmu berselingkuh itu baik?” Ucapku kaget dan melakukan pembenaran.
“Memang tidak baik. Tapi kan yang berselingkuh bukan aku, bukan Ayah. Setiap Ibu liat orang yang berselingkuh itu di televisi pasti Ibu marah-marah dan mengganti channelnya. Dengan begitu kan Ibu dosa.”
Gadis yang dilahirkan dengan airmata bahagia itu kini mengajariku tentang dosa. Aku tertohok. Rasanya aku gagal menjadi ibu yang baik. Ia terlanjur melihat contoh yang tidak baik untuk ditiru. Jangan sampai ia besar seperti aku. Aku harus berubah.
“Jadi Ibu salah ya? Iya deh Ibu minta maaf. Kalo Ibu sudah minta maaf berarti langitnya biru lagi dong?” Ujarku tetap mencoba mengubah pandangannya tentangku.
“Nggaklah. Ibu gimana sih! Kan aku bilang langitnya abu-abu karena banyak dosa dan kejahatan.” Celotehnya masih dengan polos dan dengan rambut yang baru saja kurapikan. Belum sempat kujawab, ia sudah menyambung kata-katanya. “Dosa sudah dimaafkan Tuhan karena Ibu minta maaf tapi kejahatan belum selesai.” Ucapnya sambil kembali berjalan ke arah cermin dan mematut dirinya sambil tersenyum.
Tak sabar mendengar penjelasannya kini aku yang bertanya “Memang kenapa kejahatan belum selesai?”
“Karena mobil Batman kehabisan bensin.” ujarnya berlari meninggalkanku begitu saja yang terbengong di kamar. Anak-anak tetap anak-anak.
My first, my last, my everything
And the answer, to all my dreams
You’re my sun, my moon, my guiding star
My kind of wonderful, that’s what you are
ditulis @hauranazhifa dalam http://hauranazhifa.tumblr.com | My First, My
No comments:
Post a Comment