Wednesday, September 5, 2012

Tentang Kita (dua)

Masih tentang kita, lelaki pembenci hujanku.

Warna-warni telah menggeser kelabu di kalbu sejak tawamu menggenapi nafasku. Sadar dan pejamku dipenuhi damba bayangmu. Bak semilir angin di panas berkepanjangan, rutinitasku menemukan antidotnya. Dalam tatap yang kian lekat dan genggam yang semakin erat, aku dan kamu memverbalkan cinta; mementingkan kita, mengabaikan dunia.

“Aku tak menyukai hujan,” akumu di paruh waktu berkualitas kita, “ditiap datangnya, aku terserang flu,” berminggu-minggu, sepanjang musimnya—aku tahu. Tapi hujan adalah konspirasi alam tuk menunjukkan sisi keromantisannya, tak pernah gagal membuat jiwaku mendesah riang. Kompilasi penenang yang tak terbeli; petrichor, bunyi saat menyapa tanah, pun hawa dingin yang dibawanya. Inderamu yang menangkap betapa aku memuja hujan lantas menggerakkan bibirmu berucap, “Nanti suatu hari, kita menari di bawah hujan ya.”

Berkali-kali bulan dan matahari silih berganti merajai langit, pun entah sudah berapa sering mulut menagih, tak jua ada pertanda penggenapan janji. Hingga di satu petang tak biasa bersamamu, langit tetiba menggelap tertutup gumpal awan berasak-asak. Kita berada di atas kendaraan roda duamu, masih jauh dari tiba. Rautmu gusar, cemas berlebihan, saat rintik pertama menyapa ujung hidungmu. Disusul tetes lainnya yang kian riuh—pasrah mengikut gravitasi—memaksamu menepi, menghindari semakin banyaknya ia membasahi. “Nanti sakit,” ujarmu lembut seakan menjawab air mukaku yang berubah muram, seraya membasuh sisa hujan di ubun-ubunku dengan sapu tangan. Kau lalu mengambil satu-satunya mantel hujan di bagasi, mengenakannya, lantas menyuruhku bersembunyi di dalam—di balik punggungmu—semata melindungiku dari titik-titik air yang berjatuhan, kemudian menarik lenganku agar melingkar di pinggangmu.

Sepeda motor kembali melaju. Suara mesinnya beradu dengan deru hujan dan gemeletuk gigil gigiku dari belakang sini.

Namun ada hangat tubuhmu yang menjalar sampai ke hati.
“I (I) want to fly (fly) into this beautiful life
I think it’d be nice with you
I want to fly (fly) into this beautiful life
I think it’d be nice with you
With you, with you, with you”
Meski tak menari di bawahnya, ku ketahui, mulai kini ada yang jauh lebih menyenangkan hati.

Dan aku ingin menghabiskan sisa hujan dalam hidupku denganmu dalam bahagia sesederhana itu.

Gadis penikmat hujanmu.

ditulis @beatricearuan dalam http://beatrice-aruan.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment