Tuesday, September 25, 2012

2 In 1


Too much light in this window, don't wake me up
Only coffee no sugar inside my cup
If I wake and your here still, give me a kiss
I wasn't finish dreaming, about your lips

Senyum terkembang di bibirku ketika aku melihat kau berdiri di sana, di depan pintu rumahku. Senyum yang juga terurai di wajahmu membuat hatiku lebih berbunga-bunga lagi. Aku menghampirimu, menyentuh pipimu yang lembut, dan mengecup puncak kepalamu. Ku tanyakan kabarmu dan kau kembali tersenyum manis dan menjawab kau baik-baik saja.

Don't wake me up

Kali ini kau ada di dapur rumahku, membantuku membuat secangkir kopi panas. Ahh aku senang sekali ketika aku mengetahui kau juga menyukai kopi. Semakin banyak saja kesamaan diantara kita, yang menandakan bahwa kita memang berjodoh. Kau tertawa ketika aku melontarkan banyolan garing dan kau tersenyum lembut ketika aku membantumu membawa cangkir kopimu.

If your heart is a pillow, this love's the bed, tell me what is the music inside my head

Sore ini kau dan aku duduk di teras belakang rumahku. Ibuku sangat menyukai bunga. Dia mananam berbagai jenis bunga di halaman belakang dan aku sangat bahagia ketika mengetahui kau juga sangat menyukai bunga. Kau memang berteman baik dengan ibuku. Namun, aku sedikit heran dengan tingkah laku ibuku yang akhir-akhir ini selalu mengamati tingkah laku kita. Dia selalu menatap dengan tatapan ingin tahu dan penuh pertanyaan, tidak seperti biasanya. Aku mulai merasa sebal dengan tingkah laku ibuku seolah-olah dia tidak mengenal dirimu. Mungkin dia hanya merasa iri dengan kebersamaan kita karena ibuku juga sangat menyayangimu. Kau memang pintar mencuri hati ibuku dan ibuku memang sudah mencintaimu sejak pertama kali bertemu denganmu.

I don't wanna fall unless I'm falling for you

Aku terbangun dan menatap kaget ibuku yang sedang duduk di samping tempat tidurku sambil mengelus rambutku. “Kenapa, Bu?” Tanyaku.

“Hari ini Ibu ingin membawamu ke suatu tempat.” Aku memandang ibuku dengan tatapa penuh tanya. “Bertemu seseorang.” Lanjutnya kemudian.

Sebenarnya hari ini aku ada janji bertemu denganmu, tapi apa salahnya ku batalkan saja, demi ibu. Tampaknya seseorang itu merupakan sosok yang penting baginya. Aku bangkit dari tempat tidurku dan menganggukkan kepalaku. “Siap-siap sekarang ya, Ibu tunggu.” Ibuku kembali membuka mulutnya dan aku menjawabnya dengan anggukan.

Aku memandang sekitarku dengan penuh tanya. Siapa yang ingin ditemui ibu di tempat ini? Batinku. Sosok-sosok berpakaian putih silih berganti berlalu lalang di sepanjang lorong. Aku tidak tahu kalau pasien-pasien di rumah sakit dibiarkan bebas berkeliaran di lingkungan rumah sakit. Aku sejujurnya tidak menyukai rumah sakit, aku kembali tersenyum ketika mengingat kau juga tidak menyukai tempat ini yang kembali menunjukkan salah satu dari sekian banyak kesamaan kita. Akhir-akhir ini aku semakin menyadari kalau kita punya banyak kesamaan, seolah-olah kita adalah satu.

Aku menganggukkan kepalaku ketika ibu menyuruhku menunggu di sebuah ruangan. Biar sajalah aku turuti apa kehendak ibuku, toh setelah pulang dari tempat yang ku benci ini aku akan segera bertemu denganmu.

Aku sedang melamunkanmu ketika mendengar langkah kaki itu mendekat. Mulanya hanya ibu dan pria berjas putih saja. Pria itu mendekatiku dengan senyuman lembutnya yang aku yakin dibuat-buat. Dia mendekatiku dan menyentuh tanganku, menanyakanku beberapa hal. Anehnya dia menanyakanmu, tapi ku jawab saja seadanya dengan mengatakan bahwa kau adalah cinta sejatiku, satu-satunya yang aku inginkan. Aku mencintaimu, sungguh mencintaimu hingga aku bisa menghadirkan sosokmu saat itu juga di sana. Aku sungguh mencintaimu hingga aku bisa menjadi dirimu saat itu juga.

Aku menatap ibuku tidak percaya. Ke dua tanganku entah bagaimana sudah digenggam erat oleh beberapa orang perawat di sana. Dengan tenang pria berjas putih itu berusaha membujukku untuk diam, tapi bagaimana aku bisa diam kalau aku dipegangi seperti tahanan penjara dan ibuku hanya diam menatapku sambil berurai air mata. Aku kembali menatap ibuku dengan tatapan penuh tanya.

“Maafkan Ibu, Nak. Ibu harus melakukannya. Kau harus menerima bahwa Sandra telah meninggal, Leo. Dia telah pergi selamanya. “

Aku hanya diam menatap ibuku. Kebohongan macam apa ini? Sandra, kekasihku, masih hidup. Kenapa tega-teganya ibu mengatakan hal itu kepadaku. Bahkan, aku bisa merasakan kehadirannya di dalam diriku.

“Leo.”

Aku menghindari sentuhan tangan ibuku, sejenak aku melihat kesakitan yang teramat dalam di matanya. “Dia sudah meninggal, Sayang. Kau tidak bisa menerimanya. Selama ini kau menjadi dirimu dan dirinya, kau membagi jiwamu, Nak. Ibu tidak sanggup melihatmu begini.”

Aku menelan ludahku. Apa-apaan ini? Seketika semua hal yang aku rasa nyata seolah-olah berubah menjadi tipuan belaka. Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat dan aku merasakan aliran deras air mata mengalir di pipiku. “Tidak tidak tidak. Sandra masih hidup. Kau masih hidupkan, Sayang? Kau mendengarkukan?” Aku tersenyum ketika mendengar jawaban itu. “Nah, Ibu dengar sendirikan.” Sahutku dengan tatapan penuh kemenangan.

Tatapanku kembali mengabur dengan air mata ketika melihat perih di mata ibuku. Dia menggelengkan kepalanya, “Itu bukan Sandra, Leo. Itu dirimu. Kau datang ke tempat ini bersama Ibu, kita hanya berdua, tidak ada Sandra disini.” Aku berteriak berkali-kali, memohon untuk dilepaskan, tidak sedikitpun pegangan itu di renggangkan hingga sebuah tusukan lembut menembus kulitku dan mengaburkan pandanganku. Biarlah, biarlah, selama tidur aku akan bersama kau, Sandra, kekasihku.

Dearly beloved, if this love only exists in my dreams...don't wake me up
(Chris Brown – Don’t Wake Me Up)


Ditulis oleh By @36rd dalam http://36rd.blogspot.com

No comments:

Post a Comment