Monday, September 3, 2012

Aku, Kamu, Dia, dan Dirinya ( Lingkaran Setan )


Laki laki yang menyayangimu… baca dan garis bawahi, menyayangimu… maka dia akan selalu ingin tau hal hal yang terjadi di sekelilingmu.

Tanganku kebas karena terlalu sering men-scroll keypad HP Nokia 6681 milikku. Sudah beberapa hari, aku berkutat dengan layarnya terus-terusan. Zoomout … zoomin profil picture-nya. Menikmati selarik manis senyum angkuhnya. Pria ini…. Keceriaannya membiusku. Pandangannya yang cuek tentang kehidupan mempesonaku. Aku ingin mengenalnya… melihatnya lebih dekat. Bersahabat dengannya.
Yah… kami akan jadi teman yang hebat… dia yang terluka karena ketidakbahagiaan kehidupan rumah tangganya. Dan aku yang tersiksa karena diselingkuhi. Kami nampaknya merasa sama-sama telah dipecundangi oleh kehidupan. Dipecundangi oleh pasangan kami masing-masing, walaupun antara kami berdua sering tak mau jujur masalah seperti apa yang melatarbelakangi “pecundangan” itu sendiri. Namun sisi baiknya, kami memang 2 manusia yang telah dipecundangi.
Tak butuh banyak kata pengantar dan tak butuh terlalu banyak pembahasan, kedekatan awal yang hanya berawal dari canda-canda nakal berubah menjadi kedekatan hati dengan hasil yang akan sangat mudah ditebak, tak perlu waktu lama sampai friendzone itu berubah dari hubungan sesama teman, menjadi dua orang yang merasa saling memiliki.
Sejujurnya, aku tidak mencintai dia. Aku hanya senang merasa memiliki seseorang yang memperhatikanku. Dan akupun tau dia tidak terlalu menginginkanku. Karena dia sudah mengikat hatinya dan kehidupannya dengan seseorang. Seburuk apapun rumah tangga yang dia bangun, dia. Dia adalah kepala keluarga. Tawa dan tangis anak istrinya ada di tangannya. Se tidak bahagia apapun dia, dia harus bertahan di sana, entah suka atau tidak, dia tidak punya pilihan lain lagi.
Tapi yang namanya sebuah hubungan, yang tiap hari di pupuk dengan komunikasi dan panggilan sayang, mustahil kalo tidak muncul perasaan. Pelan tapi pasti aku menyadari nya. Kebutuhanku akan suaranya… kebutuhanku akan dukungannya.Bahagiaku kalau melihat dia tertawa bercanda di beranda facebooknya. Kebutuhanku akan perhatiannya yang lama-lama menjadi kebutuhanku akan cintanya.
Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta
Tak bisa hatiku merapikan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya
Ya… aku dengan sukses menjatuhkan tubuh ku ke dasar jurang dengan suka rela cuma untuk merasakan perih tergores sedikit demi sedikit.

“Kamu sibuk banget yah? Seharian gak keliatan online” sapanya di message facebook

“Gak juga sih… Cuma ada beberapa kerjaan aja”

“Aku kangen sama kamu, sebentar lagi aku sampai kantor, kamu bisa telfon aku sebentar”

Pertanyaan itu ku jawab dengan jawaban “oke” yang singkat.
Itulah percakapan awal basa basi busuk yang selalu kami lakukan. Kalo data-data facebook bocor ke seluruh dunia, mungkin kami berdua akan jadi makhluk paling hina se-dunia, Pura-pura tidak saling kenal di beranda, tapi saling berbisik mesra di private message-nya. hina bukan? Jahat kan?
Dia suami orang, berkali kali ku ingatkan hatiku, dan berkali2 juga ku bantah dengan argument yang sama.
“Aku tidak mencintai dia, aku hanya ingin jadi oase di padang sahara kehidupannya. Agar dia bisa merasakan kebahagiaan meski sedikit dan tak lengkap,”
Argument yang makin lama ku sadari makin tidak akurat.
Mataku melirik pada jam dinding di kamar, hampir setengah tujuh, masih 30 menit lagi sebelum telepon jangka panjang penuh tawa kami dimulai. Aku rebahan di kasur dan membuka buka windows facebook di laptop usangku. Kali ini bukan facebook ku yang ku buka. Tapi facebook miliknya, yah demi nama cinta kami sudah saling tukar password ( antara demi cinta atau demi insecure itu beda tipis banget sebenernya ) bongkar-bongkar postingan lamanya menjadi kegiatan yang paling aku suka.
Kami LDR dia di ujung jauh luar Jawa sana dan aku terkapar di sini, di tengah macetnya dan sumpeknya Kota Jakarta. Melihat kehidupannya lewat kata-kata yang dia tulis seperti ini membuatku merasa dekat dengannya. “dekat dengan orang yang tak  layak ku dekati” selalu seperti itu malaikat di kepalaku berbicara. Dan setan masih akan berulangkali mengatakan hal yang sama “ ada…. untuk alasan kebahagiaan seseorang bukanlah sebuah dosa”
Jadi biarlah ku pupuk perasaan ini, toh aku tidak berniat memilikinya. Aku menyayanginya, dengan rasa sayang yang tak mungkin bisa dipahami oleh orang lain.
Ku pejamkan mataku sejenak… nafasku terasa agak berat. Aku tidak akan pernah jadi perusak rumah tangga orang, biarlah dia bahagia di sana dan aku akan di sini melihatnya, lalu tersenyum menatap kebahagiaanya,
HP ku bergetar… pesan singkat darinya. Ku buka pintu kamar dan melangkah ke luar ke tepi jalan raya. Tempat ini adalah tempat favorit ku kalo aku ingin memulai ritual sayang-sayangan virtual dengannya. Ini tempat teraman dari segala macam niat orang-orang di rumah yang kadang-kadang rasa ingin tahunya amat sangat menyebalkan.

“ Akhirnya denger suara kamu lagi setelah sekian lama,”

Itu kalimat pertama yang ku dengar saat nada dering berganti dengan suaranya. Lebay… baru juga tadi siang kami saling telfon-telfonan. Tapi aku hanya tersenyum tipis, aku tau dia hanya bercanda. Dia bukan orang yang suka bicara puitis.

“Dengan Reisha ada yang bisa saya bantu?,” jawabku berlagak seperti customer services

“Ehm…. Mbak maaf mau nanya, kalo mau kirim paket ciuman. Lewat udara bisa di kirimin langsung engga?,”.
“Owh bisa mas… tinggal dicabut aja bibirnya, taruh di kotak kardus. Tar dikirim via TIKI. Pasti nyampe koq,”

“Kalo bisa sih… bukan hanya bibir kakak yang kakak kirim dek,,, tapi hati kakak juga ikut kakak paketin,” sahutnya agak sedikit ia tahan suaranya, mungkin ada teman kantornya yang kebetulan lewat. Kami sering terpaksa bicara berbisik bisik seperti ini. yah… sensasi paling menyenangkan jika kamu menjalani hubungan seperti ini.
Aku terdiam… kami akan mulai jadi canggung kalo bicara kami mulai berbisik bisik seperti ini. Maka sebisa mungkin aku membelok kan arah pembicaraan, agar seandainya ada orang yang dengar pun, mereka tidak akan berfikir macam macam.

“Tadi siang waktu kita telfon itu, ibu marah-marah, kak,”  berharap bisa membelokkan arah pembicaraan,  ku karang saja cerita bohong

“Marah? Kenapa?,”
Teralihkan juga. Ku tarik nafas panjang, berpura-pura resah cuma agar dia percaya aku benar-benar susah hati.

 “Ga tau,,, kata ibu, ngapain pacaran sama orang di telfon. Jauh-jauhan mending buruan diajak ke sini suruh nyangkul sana di sawah belakang, ketauan ada hasil. Ini cuma buang-buang pulsa ngoceh ga jelas. Gt katanya… hihihi… itu artinya… kakak harus bisa nyangkul dulu baru bisa jadi mantu-nya ibu”

“Wew… mana bisa kakak nyangkul sawah, nyangkulin orang… kakak baru bisa,”

Aku tergelak… dan dia ikutan tertawa,
tawanya…
Aku terdiam… lama…

“Dek… hallo…,” panggilnya… kediamanku mungkin diasumsikan dengan putusnya percakapan kami

“ya… “

“Koq tiba-tiba diem…. Kenapa lagi?,”

“Ga apa-apa, cuma lagi ngerekam suara tawa kakak aja, di hati aku. Biar kalo suatu saat kita ga sama sama lagi. Aku masih bisa inget dengan jelas,” ucapku lirih… sesungguhnya aku cuma sedang berakting bicara seperti ini.

Tapi entah kenapa tiba-tiba hatiku sedikit merasa perih. Cinta ini… seperti nya mulai ikut berpartisipasi.
Ga sama2 lagi…. Pisah itu kata yang tak pernah ku pikirkan selama ini. Aku dengannya… kami “berpisah” apa itu akan jadi menyakitkan, Nantinya…sudah hampir se bulan kami seperti ini. Dan selama ini kami hanya tertawa… bercanda… membahas sesuatu yang ga penting buat kami bahas. Saling melemparkan kata kata mesra.
Air mata ku tiba-tiba bergulir. Kaget aku buru-buru menarik nafas agar air mataku tidak turun makin banyak. Kenapa aku ini…. “Ingat Reisha… kamu ini cuma oase yang akan di tinggalkan kalo sang pengelana sudah tidak kehausan. Ingat posisimu,”. Sudah lama aku tidak menangis, dan aku tidak akan menangis di hadapannya. Tidak saat aku ingin jadi oase di kehidupannya.

“Biarkan waktu berjalan sebagaimana adanya, kakak sayang sama kamu. Kamu tau itu… kamu tau keadaan kakak. Dari awal,” ucapnya entah berusaha menenangkanku… entah merasa bersalah dengan keadaan kami.

“Iya… aku tau koq. Ehm… aku masuk rumah dulu ya. Dipanggil sama ibu,” celetukku buru-buru menutup telfon sebelum pembahasan itu berlanjut dan mulai menyesakkan ku dan berlari ke dalam rumah.

Kenapa aku ini… dari awal aku cuma berniat main main dengannya. Lalu kenapa aku jadi seperti ini. kugelengkan kepalaku berkali-kali. Berusaha mengusir semua kibasan kenangan tentang hubungan kami. dia bukan jatah ku… dia jatah orang lain. Aku tidak boleh jatuh cinta padanya.
Berniat menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba muncul. Ku buka laptop usangku… si black yang sudah sangat setia padaku sejak aku menginjakkan kaki pertama kali di bangku SMA sampe aku lulus dua tahun yang lalu.
Seperti rutinitas biasanya windows yang ku buka pertama kali pasti facebook. Dan kali ini aku memilih membuka facebook nya. Dan itu petaka kedua setelah tiba tiba pikiran “berpisah “ tadi selintas hadir di otakku.

“pulang mau makan pakai apa? “ sebuah akun menanyakan itu di private message nya,

Pulang mau makan pakai apa… aku tertegun sejenak. Bukannya katanya dia tinggal di kos. Sudah sebulan ini dia tinggal di kos karena ribut dengan istrinya. Apa – apaan ini. Tipuan macam apa ini semua.
Hatiku memanas, Ku hela nafas panjang agar emosiku tidak makin naik ke ubun ubun. Dia menipuku… menipuku mentah-mentah. Aku tau tipuan itu bukan untuk melukaiku. Tapi tetap saja dia bohong padaku.
Meskipun kami menikmati dunia kami… dan dia juga pasti ingin menikmati dunianya yang lain. Tapi aku tidak mentolerir kebohongan. Sekali dia bohong padaku… kali lain dia akan melakukan hal yang sama. Mungkin ini pencerahan. Pencerahan bagiku… membuka kebohongannya agar aku bisa mengakhiri hubungan kami. Tanpa merasa menyesal. Toh dia juga tidak terlalu baik untuk ku perjuangkan, dan bukannya lebih baik mengakhiri sekarang aja. Dari pada nanti nanti saat hatiku sudah mulai terlalu dlam merasakan sesuatu padanya.
Ku search profile perempuan itu Dari postingan postingan lama, percakapan mereka. Aku tau wanita itulah… istrinya. Selama ini aku tak terlalu memperhatikan. Karena aku tidak pernah begitu memperdulikan kehidupan sekelilingnya. Aku ini oase nya… bukan oase orang-orang di sekelilingnya.
Ku bongkar picture wanita itu… dia cantik, istri yang sempurna… selain karena posessif nya. Dia adalah bidadari. Dan dia pantas memilikinya. Memiliki orang yang aku sayangi, secara utuh. Dan untuk mengutuhkan mereka… aku harus meretakkan hatiku dulu, mengacaukan hubungan kami. Aku dengan dia tidak akan pernah bisa dibandingkan. Aku tidak pernah menjadi cantik, tidak juga menjadi menarik, aku bersembunyi di belakang satu kelebihan yang Tuhan berikan untukku.. kepandaian. Cuma itu satu-satu nya kelebihan yang bisa ku banggakan. Aku ini cukup pandai. Cukup cerdas untuk akhirnya memutuskan memilih sebuah cara extreme yang tidak pernah ingin ku bayangkan ujungnya seperti apa. Aku pandai berakting dan akan ku lakukan itu.

“ KATANYA KALO PULANG, MAU MAKAN PAKAI APA !!!”

Ketikan sms-ku sengaja ku capslock. Agar dia tau aku marah. Meskipun aku tidak benar benar marah. Aku cuma ingin dia merasa aku ini wanita penuntut yang tidak pantas dia dekati.

“Maksudnya?,“

singkat sekali sms-nya. Ku lirik jam di dinding. Baru 1 jam berlalu sejak telefon kami terputus. Aku tau dia sdang sibuk-sibuknya di kantor. Akan ku buat meledak sekarang mumpung dia sedang sibuk.

“ kata nyonya… kamu pulang mau makan pakai apa? Ku bales gimana ini?”

“ kamu ni ngmg apa sih? Kakak ga ngerti??????? “

“ cek private message facebook”

Hening sejenak,

“ itu maksudnya apa” todongku di windows chat facebook sedetik setelah dia muncul

“kakak ga tau dek, kamu kan tau kakak ga tinggal di rumah lagi, dia mancing reaksi kamu aja kali”

“reaksiku? Emang dia tau soal aku? Soal kita?” ketikku lagi dengan banyak tanda Tanya ku tambahkan

“???????????????????????”

Aku deg-degan menunggu balasannya. Tau kah istrinya soal aku? Apakah dia sudah cerita? Setinggi inikah penghargaannya atas hubungan kami, hubungan yang ingin ku hancurkan ini?

“Yah…. Kakak cerita, tapi kakak ga sebut nama. Dia penasaran mungkin. Karena dia pasti tau pacar kakak pasti ada di facebook kakak.”
Jrengggg… !!!!!

Ucapannya dengan sukses membuatku berfikir keras., jadi bagaimana ini. Harus ku lanjutkankah? Atau ku akhiri saja… aku tidak tau. Aku tidak ingin menyakiti perempuan itu, aku tidak ingin mengubur mimpi manis malaikat kecilnya. Tapi aku menyayanginya… baru sekarang ku sadari betapa besarnya keinginanku untuk hidup bersamanya.
Kursor di chat facebook masih berkelap kelip. Foto anak nya… foto istrinya yang tadi ku buka. Muncul di jendela bayanganku. Apa aku bisa jadi setega ini. Apa aku bisa jadi sekejam ini. berapa banyak hati yang akan ku patahkan kalau aku nekat menjalani hubungan ini.

“ dek… “ panggilnya di chat facebook.

Aku diam… chat itu ku biarkan tanpa balasan. Ga tau harus bilang apa. Besok pagi baru akan ku balas. Dan aku akan pura-pura ketiduran. Aku harus memikirkan semua ini, memikirkan dengan lebih jernih. Memikirkan semuanya dengan lebih seksama. Cintaku tidak boleh penuh keegoisan. Hati istri dan anak nya VS hatiku. 2 : 1 tanpa perlu pusingpun, sudah ketahuan mana yang akan ku korbankan.

                                                                ***************
Seharian ini sudah puluhan kali aku menelfon nya, puluhan kali juga aku sms. Tapi hp nya masih non aktif… ada apa dengan nya. apa ada masalah? Atau … ah…. Sudah kah dia bosan padaku… baru hampir 30 hari... hubunganku. Secepat itu kah dia merasa bosan. Se membosan kan inikah aku?
Kelebatan demi kelebatan pikiran buruk menghampiri otak ku, tadi malam akhir pembicaraan kami memang tidak terlalu bagus, bahkan bisa di bilang kami bertengkar untuk urusan yang sepele. Pertengkaran yang di akhiri dengan acaraku menangis nangis di hadapannya.
Aku begitu sering menangis di depannya akhir akhir ini. sejak dia bercerita pada istrinya… tentang kedekatan kami. Aku merasa aku mulai memanfaatkan kehadiranku untuk merongrong dia. Menangis untuk hal hal sepele. Meng eksplore kemanjaan yang tidak perlu ( aku ini sudah 20 tahun. Wasih wajarkah aku manja manja seperti anak kelas satu SMA seperti ini )
Kenapa aku ini… ku rasa aku ini terlalu haus perhatian… terlalu ingin membuktikan bahwa aku lebih dia pilih di bandingkan istrinya. Aku merasa sombong akan keberadaanku… takabur akan kedekatan kami. Tanpa aku sadari siapa aku – siapa dia dan siapa kami.

“ aku ga suka kalo kamu udah jadi kayak ninja gini kak , kenapa sih kamu ini “

Itu sms terakhirku… sms putus asa. Karena seharian ini dia sama sekali tidak memberiku kabar apa apa.
Nihil… tanpa balasan, jangan kan balasan… terkirim pun tidak. Ku hela nafas agak jengkel. Sudah lah… pikirku… mungkin bukan jalan kami… mungkin kami tidak berjodoh. Aku saja yang terlalu memaksakan.

“ wew… cewek pagi - pagi ngelamun sendirian di situ ngapain “

“ eh… pak tua… baru habis mandi, gtw mau ngapain… ya nangkring aja. Lumayan dapet ngelamun se jam dua jam. Mumpung ngelamun masih gratis … hehehe “

Cowok yang ku panggil pak tua itu berjalan mendekat ke teras rumah tempatku duduk. Reflek aku tolah toleh kanan kiri, mencari orang biar bisa ku ajak ngobrol bertiga.
Pak tua ini… laki laki 37 tahun, temen bapakku main gaple… biasanya dia memang suka mampir mampir ke rumahku, apalagi kalo aku sedang di kampung kayak gini. Sudah rahasia umum kalo dia mencoba pedekate sama aku. Dan sudah rahasia umum juga kalo aku mati mati an menolaknya.
Pernah suatu malam jam 11 malem dia datang ke rumah. Waktu itu aku lagi sendirian karena bapak dan ibu lagi ke  pengajian. Sangking takutnya… aku langsung keluar rumah dan main di rumah tetangga sebelahku sampe bapak sama ibu pulang dr pengajian.

“ dari mana pak? Kok jam segini udah muter muter aja “ tanyaku basa basi. se tidak suka apapun aku dengan orang ini, aku di ajari sopan santun oleh ibu ku. Dan hanya demi sopan santun lah aku bertanya padanya.

“ Cuma jalan jalan aja… tadi nya mau ngapelin kamu, tapi sampeyan aja baru bangun tidur “ rayu nya…

Aku ini cewek, meski ga suka sama orang nya… jujur saja aku ga jijik dengan rayuan nya. meskipun rayuan itu Cuma ku balas dengan tawa gee r.
Hp ku berdering, lagu I’m in love mengalun pelan… sms… dari nomer yang tidak aku kenal.

“ tolong jauhi papa nya anak ku “

Cuma begitu bunyi sms itu… singkat padat jelas
Dheg…. Siapa ini… apakah ini?????

“ saya masuk dulu ya pak…”

Tanpa menunggu jawaban pak tua, aku berjalan agak cepat ke kamar. Ku tutup pintu kamarku dengan sekali banting. Deg deg an ku buka si black… btuh hampir 5 menit sebelum windows nya terbuka sempurnya. Ku colok modem jadulku. Dan ku buka jendela pertama windows facebook. Akun nya… kombinasi kata sandi si kakak dan email nya. ku searching searching… ini dia. Akun istrinya,,, ku buka contact nya, dan ku bandingkan dengan no hp yang barusan sms, ke hp ku. Cocok… sama… ini nomer hp nya.
sial… darimana ni perempuan dapet nomer hp ku. Karena di profile facebook aku sama sekali tidak mencantumkan nomer tlfku, jawabannya Cuma satu… dari hp si kakak. Kalo dia bisa buka hp si kakak artinya dia juga tau isi sms ku semua nya. Ya Tuhan.. apa mereka akan ribut, setengah berharap setengah cemas aku memikirkanna. Otak kiriku mengatakan

“biarlah mereka ribut, biar pisah biar menjadi giliranku untuk membahagiakannya skrg”

Tapi seandainya mereka ribut dan cerai pun, akan tenangkah aku?

“ papa siapa… anak siapa? Ini syp sih… kalo sms kasih nama dunk “
Perlu hampir 15 menit aku menuliskan balasan sms itu.

“ aku tau kalian dekat, gtw seberapa dekatnya. Tapi aku tau kalian memang dekat “

“ helloooo dekat apa sih… ini syp sih? Nyerocos aja… kayak bajaj “

setelah terkirim baru ku baca ulang sms ku ini. agak sedikit menyesal juga kenapa harus kasar begini balasanku. Aku panic… kaget… ini shock terapi paling hebat. Karena itu kadar adrenalin ku pun meningkat.

“ aku istrinya si kakak… aku tau nomer mu dari hp dia “

itu balasannya. Dan hening… lama sekali. Hampir setengah jam aku bingung… ku ketik penyangkalan tentang aku dan kakak, sesaat aku ingin bilang aku ga kenal sama cowok yang dia maksud. Tapi belum ku kirim ku hapus lagi balasanku. Dia tau nomerku… kalo aku bilang kami ga kenal, itu hanya akan jadi kecurigaan baru. Kecurigaan yang mengancam hubungan terlarangku.

“ owh…. Hahaha, kakak ipar… udah lama kenal kakak. Baru tau kalo ini istrinya. Salam kenal yak… dan… dia kakakqu koq. Masa … aku mau pacaran sama kakakqu sendiri. Kan haram itu “

setelah sekian lama berfikir terbentuklah jawaban penuh kemunafikan itu. Pura pura tidak ada apa apa… pasang sikap innocent palsu. Aku ini iblis berbadan manusia sepertinya. Aku menangis sejadi jadi nya setelah sms itu terkirim. Akhirnya… ketauan juga. Mungkin ini alasan kakak menghindariku seharian ini.
apa dia akhirnya akan kembali ke istrinya dan meninggalkanku. Owh…. Aku tidak bisa membayangkannya. Masih sakit hatiku setelah penghianatan Rio. Aku tidak sanggup untuk mengalami sakit lagi. Aku tidak akan sanggup.
Betapa ku mengerti sebagai selingkuhanmu
Ku harus menjalani ikatan yang tersembunyi
Ku mencoba bertahan meskipun menyakitkan
Tak menyisakan sebuah sesal di hatiku

 Selama aku bisa membuatmu bahagia
Berpaling ku tak mungkin singgahi hati yang lain
Sebatas harapanku mohon pengertianmu
Bahwa ku ingin memilikimu seutuhnya
Reff:
Seiring berlalu bergulirnya waktu
Membuka rahasia di antara kita
Pastinya kan ada hati yang terluka
Tak menerima semua kenyataan yang ada
Namun tak selayaknya perselingkuhan ini
Yang lama ku lalui menjadi tiada berarti
Semenjak ku merasa harapmu sia-sia
Hingga terluka hati kan membuatmu tak berdaya
Reff2:
Mungkin ku relakan untuk kau tinggalkan
Diriku di sini harus mengakhiri
Aku yang merasa lelah dan menyerah
Kenapa tak selamanya selingkuh itu indah
Biarkan cerita kita berpisah adanya
Bila memang kita tak mungkin bersama selamanya
Repeat reff, reff2
Betapa ku mengerti sebagai selingkuhanmu
Ku harus menjalani ikatan yang tersembunyi
Lagu itu sayup sayup terdengar di telingaku, entah siapa yang begitu terkutuknya memutar lagu seperti itu saat hatiku sedang begini.
Hp ku berhenti berdering. Mungkin dia mempercayai kebohonganku, mungkin dia berpikiran positif dan menganggap aku ini memang hanya saudara angkat suaminya.
Ya Allah… jahatnya aku… aku terisak isak makin keras. Untung saja di rumah ini ga ada orang. Kalo ada… ibu ku atau siapapun yang melihatku begini. Pasti akan kalang kabut menanyaiku siapa yang meninggal… siapa yang ku tangisi.
Hatiku yang ku tangisi… rasa sakit ini yang ku ratapi. Aku ingin telf kakak… bicara dengannya. Aku butuh dia sekarang. Tapi setelah sms istrinya barusan. Masih beranikah aku menghubunginya. Sampai malam berlalu pun aku masih belum berani menghubungi nya. seharian aku tidak bisa makan. Ini patah hati terparah yang ku alami.
Dulu saat dengan Rio… aku bisa cerita pada seseorang tentang sakit hatiku. Sekarang hubungan terlarangku ini. sanggupkah aku cerita tanpa berharap di caci maki. Owh… aku pasti di caci maki… pasti. Aku tidak akan sanggup jika harus di salahkan. Aku tau aku salah… tapi aku tidak akan bisa terima kalau ada yang menyalahkanku.
Senja sudah turun di gantikan dengan kegelapan malam yang menyembunyikan semua lukaku tanpa permintaan. Sudah jam dia masuk kantor. Dan aku harus bicara dengannya.

“ kak…. “

Cuma satu kata sms itu yang ku ketik. Aku tidak berani bicara panjang. Aku masih trauma dengan yang terjadi tadi siang.

“ iyah… maaf yah, seharian kakak sibuk. Tadi habis pindahan rumah”

Pindah… rumah… pindah ke mana… pikiran buruk melintas di benak ku, pindahkah dia ke rumah mereka. Se atap dengan istrinya. Oh tidak….. aku hanya tinggal tunggu tanggal di umumkannya kelahiran anak kedua. Oh tidak…. Tidak… tidak… aku tidak bisa membayangkannya. Serumah lagi… mereka… tidak mungkin. Kakak sudah janji padaku kalo dia tidak akan pernah menginjak rumah itu lagi, kecuali untuk malaikat kecilnya.
Buru buru ku pencet dial number nya. tak ku perdulikan lagi jam sibuknya di kantor. Sekali tidak ada jawaban. Ku redial sampe tiga kali baru di angkat.

“ pindah kemana… apa maksudnya ini “ berondongku bahkan sebelum dia bilang hallo.

“ nanti kakak jelasin… kakak agak sibuk skrg, “

“ ga… aku mau penjelasan sekarang. Tadi siang perempuan itu sms aku dan sekarang kamu pindah ke rumah sana lagi. Apa apaan ini “ ujarku hampir berteriak. Aku lupa tempat… untung saja jalan depan rumahku sedang amat sangat sepi.
Tuuuuutttt…. Telefon di putus.
Sialan… apa apaan orang ini…Makiku dalam hati, emosiku naik tanpa kendali. Dan aku menangis lagi dalam diam. Dalam hubungan yang macam begini. Harusnya dia berusaha menenangkanku, mengatakan padaku semua nya akan baik baik saja. Ya meskipun tidak akan pernah baik baik saja kalau sampai hubungan kami benar benar ketauan, tapi apa salahnya dia berbohong untuk menenangkanku. Owh… murahnya prinsipku. Padahal aku sama sekali tidak suka kebohongan. Tadi siang aku sudah berbohong demi menyelamatkan tindakan terlarangku. Dan sekarang aku berharap dia berbohong Cuma demi menenangkanku. Kemana lagri nya prinsip hidup ku… “ sepahit apapun kejujuran, dia setingkat lebih mulia dari sebuah kebohongan meski kebohongan kecil sekalipun “


******* TO BE CONTINUE ******


ditulis @princesrei dalam http://backstagecorner.blogspot.com

No comments:

Post a Comment