Tik tik tik...
Hujan menuntunku pada lamunan tentang masa laluku bersamamu. Ia membawaku pada masa kecil dimana kau dengan perkasa membesarkanku seorang diri. Kau dengan tegar menerima setiap cemoohan orang orang. Kau membesarkanku dengan belaian lembut tanganmu, setulus kasihmu di atas semua pertanyaan dalam hatiku yang mungkin saja waktu itu, aku sering merobek robek hatimu.
Kini kau terbujur kaku sendirian di dalam tanah merah, berselimutkan selembar kain, berbantal batang pisang. Sendirian sunyi sepi, ibu.
“bu, kenapa ayah meningalkan kita, ayah tidak sayang pada kita ya bu?”
“bukan begitu nak, ayah pergi duluan ke surga. Dia sedang membuatkan kita rumah yang indah disana”
“aku malu bu diolok teman teman”
“iya ibu tau itu, kamu yang sabar ya sayang”
Aku mengingat dengan jelas, kau tersenyum menengkan ku saat itu. Aku rindu kamu bu, apa kamu sekarang bersama ayah di surga ? sedang apa kalian disana ? apa rumah kita disana bagus ?
“bu aku tidak bisa tidur”
“sini nak, ibu ceritakan tentang kisah kerajan di Negeri Adelfos”
Ibu memelukku sambil mulai bercerita.
Dulu Raja Adelfos memiliki permaisuri yang cantik dan selir kesayangan. Mereka bernama, Irene dan Rumira. Mereka berdua sebenarnya adalah saudara satu Ayah namun lain Ibu. Irene sang kaka adalah putri sah dari permaisuri kerajaan Omorfos, sedangkan Rumira adalah putri dari selir Raja Omorfos.
Raja Omorfos menikahkan kedua putrinya pada Pangeran kerajaan Adelfos, demi menjaga perdamaian antara kedua kerajaan. Dan pangeran Adelfos pun naik takhta mengantikan sang Ayah, setelah Raja Adelfos sebelumnya meningal dunia.
Tak ada kebahagiaan yang bisa menandingi kebahagian Raja Adelfos saat itu. Negeri nya damai, rakyatnya makmur dan kedua istrinya sangat akur. Raja Adelfos dikenal sangat bijaksana dalam memimpin rakyatnya, sehingga dia dicintai seluruh rakyatnya.
Suatu hari Raja bermimpi. Ia bermimpi di persembahkan dua buah apel oleh kedua permaisurinya. Keduanya berwarna merah, namun salah satu dari kedua apel tersebut berasa asam. Kemudian Raja menceritakan perihal mimpinya pada penasihat kerajaan. Penasihat mengartikan, bahwa Raja akan segera mendapat keturunan dari kedua permaisuri, namun kelak salah satu di antara keturunan sang Raja, ada yang berhianat. Raja mulai kawatir atas jawaban sang penasiahat, tapi dia tak yakin bahwa kelak salah satu anaknya akan berhianat.
Dua minggu setelah mimpi sang Raja. Irene dan Rumira dinyatakan hamil oleh tabib kerajaan. Seluruh pelosok negeri bergembira menerima kabar bahwa Raja mereka kelak akan memiliki keturunan, namun hanya Raja sendiri yang memiliki kecemasan. Dia takut kelak salah satu anaknya yang telahir, akan berhianat.
Selama proses kehamilan, Irene dan Rumira tetap terlihat akur, Raja jadi bimbang apa betul kelak penghianatan itu akan terjadi. Kedua ibu dari calon anakku adalah saudara sedarah. Dan kelak, aku akan membesarkan mereka tampa pilih kasih, sehingga terjalin rasa persaudaraan yang seharusnya.
Kebimbangan Raja perlahan terhapuskan ketiaka Irene dan Rumira melahirkan. Keduanya melahirkan Putra.
Dimasa pertumbuhan kedua pangeran tersebut, Raja membesarkan keduanya penuh dengan kasih sayang. Raja mengajari keduanya dalam berbagi sesama saudara. Hingga keduanya tumbuh menjadi pangeran yang sagat akrab dan saling menyayangi. Perlahan hilanglah persangka penghiantan salah satu putra mahkotanya tersebut.
Dimasa para Pangeran dewasa, sang Raja sudah melupakan perihal penghianatan salah satu putra mahkotanya.
“oh kamu sudah tertidur nak”
Setengah tersadar aku melihat ibu mengecup keningku dan mematikan lampu. Sebenarnya aku masih sedikit tersadar saat itu, tapi mataku tertutup dengan sendirinya, seolah ada kekuatan majis yang menuntunku ke dunia mimpi. Aku tak bisa meingat saat saat terakhir kau selipkan kata kata di antara ciuman di keningku bu...
Aku tak pernah sadar bahwa cerita itu yang akan memisahkan kita untuk selamanya bu. Dalam telepon interlokal, kamu bilang kangen aku saat itu, tapi aku teramat sibuk akan duniaku saat itu. Kubilang mungkin sebulan lagi aku baru bisa pulang dan mengambil cuti. Kamu yang teramat kangen tak bisa menungguku selama itu, sehingga kau memutuskan untuk bercerita tentang para putra Irene dan Rumira. Dan cerita inilah, dimana suara terakhirmu terngiang selamanya di telingaku bu.
Putra Irene tumbuh menjadi pangeran yang baik hati, pendiam dan menyukai seni ketimbang ilmu perang. Sedangkan putra Rumira tumbuh menjadi pangeran gagah, mahir dalam ilmu perang serta tata pemerintahan.
Secara hukum kerajaan putra Irene ditunjuk sebagai pewaris putra mahkota kerena, ia adalah putra dari permaisuri. Awalnya Rumira tak pernah tertarik akan kekuasaan dan kerajaan ini. Namun ketika dia melihat perkembangan putranya, hatinya pun berubah. Dalam benaknya ia berfikir putranya lebih cocok untuk menjadi raja, maka ia mulai menyusun taktik untuk membunuh putra mahkota serta saudara kandungnya sendiri.
Di suatu kesempatan Rumira menaruh Racun pada makanan Irene. Racun itu bekerja melalui tahap. Ia tidak langsung membunuh, tapi melalui proses dimana sang korban akan terlihat sakit parah selama berminggu minggu kemudian meningal.
Irene sebenarnya menyadari hal itu, namun ia tidak menceritakan kejahatan saurdaranya kepada siapapun termasuk putranya. Baru di akhir akhir hayatnya ia menceritakan semua prihal itu. Dan ia berpesan pada putranya untuk tidak mendendam pada siapapun dan pergi meningalkan kerajaan Adelfos. Hiduplah menjadi manusia biasa saja, semoga kelak kamu menerima kebahagiaan di dalam hidupmu nak.
Raja yang kehilangan permaisuri serta putra mahkota mulai sakit sakitan. Setahun setelah di tingal permaisurinya, sang Raja pun menyusulnya. Putra Rumira naik tahta menjadi raja. Dan kelak anaknya akan memiliki dua permaisuri yang berasal dari saudaranya sendiri. Dan sejarahpun akan berulang terus sampai akhir jaman kehancuran negeri Adelfos.
Setelah menyelesaikan ceritamu, kau pun mendadak jadi hening. Ku pikir kau pergi dan lupa menutup teleponmu, maka kututup pembicaraan itu. Aku yang saat itu teramat sibuk tak menyadari bahwa, saat itu sebenarnya kau telah di jemput ayah menuju surga kita. Baru setelah pulang kantor, istriku menyempaikan pesan bahwa kau telah meninggal. Dan dia pun, baru tahu setelah pembantu rumah ibu, memeriksa ibu untuk makan malam. Dan ternyata kau telah tiada bu.
Maaf aku tak ada saat kau benar benar membutuhkan ku, Bu..
Perhaps it’s the color of the sun cut flat
And covering the crossroad im standing at,
Or maybe it’s the weather or something like that,
But mama, you been on my mine.
ditulis @baskorodien dalam http://horohorooroi.posterous.com
No comments:
Post a Comment