Wednesday, September 12, 2012

Berbohonglah Padaku


Beberapa hari berlalu sejak kejadian hari itu , aku masih menyesali kenapa aku tidak mendekati merek. Kalo aku mendekati mereka dan tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak akan merasa serba salah seperti ini. aku akan tau kenapa iyan seperti ini padaku. Kenapa dia tega melakukan ini padaku. Aku akan tau alasannya dan tidak menduga duga seperti ini.

Iyan masih bersikap seperti biasa padaku, kemarin dia alasan harus mengantarkan mia pulang ke bogor dan dia ketiduran. Makanya dia ga jawab telfonku. Bingung karena harus bicara bagaimana. Aku akhirnya diam saja. Diam sambil menyiapkan hatiku untuk detik… di mana dia akan mengakui semua yang telah dia lakukan. Kecurangannya. …

Malam minggu… mendung, Kost sepi sejak tadi sore. Anak anak sudah pergi dengan pasangan mereka masing – masing. Aku di rumah malam ini. dengan iyan di sini. Di rumah ku… kami duduk di ruang tamu sambil nonton tv.

“ kamu ga laper ya, aku laper banget ni. Keluar yuk cari makan”

Aku menatapnya, dengan tatapan enggan. Aku tidak ingin ke mana-mana. Entah kenapa rasanya hatiku ga enak dari tadi.

“ kamu aja deh sana… aku lagi males banget ke mana – mana”

“ Tapi kamu belum makan… nanti sakit “

“ aku ga laper.. kamu aja sana “

Iyan mendekatiku, tangan nya meraba keningku. Mungkin dia pikir aku sedang sakit atau apa. Karena memang biasanya aku tidak pernah se malas ini. aku nyengir menatapnya. Merasakan dia menyentuhku… kenapa aku mendadak teringat pagi itu saat dia merangkul mia di halaman rumah mia. Oh…. What a damn memories.

“ kenapa kamu…” tatapan iyan terasa menusuk. Apa dia melihat sekilas rasa sedih yang mampir di pandanganku.

“ I’m okay… “

“ no… you aren’t okay… tell me… what happen dear”

Apa aku harus bicara sekarang, bicara tentang apa yang kemarin lalu ku lihat. Lalu bagaimana caraku memulai bicara.

“ aku Cuma laper… beli nasi goreng di seberang itu aja deh “ sahutku nyengir. Aku tidak akan bisa bicara apapun.

          Tidak bisa… tidak akan sanggup.  Ciumannya mendarat sekilas di keningku, sebelum dia pergi. Aku menunduk. Memandang kaki ku. Sampai kapan Tuhan… sampai kapan aku bisa berpura pura tidak ada apa – apa seperti ini.

HP iyan bergetar… aku melihat siapa yang telfon. Nomer yang tidak aku kenal. Tidak juga tercatat nama nya di hp iyan.
Aku melongok ke pintu… iyan pasti masih lama, gimana kalo ini penting.

“ hallo “

“ ehm… maaf ini bukannya nomer mas Rian “ Tanya suara di seberang

“ yah… ini siapa ya”

“ eh… apa saya bisa bicara dengan mas Rian nya?  ini siapa? Kakak nya ya?”
Aku mengerutkan kening. Kakaknya… apa suaraku setua itu.

“ ya… ada apa… Rian nya lagi pergi?”

“ saya nitip pesen aja ya mbak..”

“ iya… apa?”

Terdengar langkah kaki di depan pintu. Aku melongok sebentar… dengan handphone itu masih menempel di kupingku.

“ nasi gorengnya di depan ga buka… aku pesen fast food aja ya”
Suara iyan dari deket pintu berbarengan dengan suara orang yang bicara di telepon.

“ maaf … ga denger tadi kenapa “
Aku bicara pada telfon yang menempel di kupingku.

“ minta tolong bilangin sama mas rian, kalo saya dan mia tidak ada apa apa. Kemarin dia lihat kami beli baju bareng, mia bilang mas rian cemburu. Dan marah marah sama mia. Tolong jangan marahi mia. Kasian… dia setia banget koq sama mas rian”

Ucapan di seberang sanggup membuatku terpaku. Rentetan kata kata yang lebih menusukku dari kata kata mia waktu dia menyebutku “cewek gatel “

“ tapi kenapa Iyan harus cemburu sama kamu, kalo dia pacarku “ ucapku lirih…
Suara di seberang mendadak diam. Iyan yang sedang berjalan ke arah ku, juga mendadak mematung di sampingku. Di rebutnya hp nya.

“ hallo… siapa ini “
Dia mendengarkan sebentar suara di seberang, lalu menutup nya. aku menatapnya tidak habis pikir… dia juga melihatku. Ada gurat perasaan bersalah di sana. Perasaan bersalah yang seakan mengamini dugaanku.

“ ku pikir…. Waktu aku melihatmu ke bogor kemarin, kamu sedang menghadiri acara tunangan kakak mia. Tapi ternyata kamu hadir di acara tunangan kamu sendiri. bodoh bukan aku ni... harusnya aku masuk dan kasih selamat kan. kalau ga terlalu terlambat. mungkin aku bisa kasih selamat sekarang...“
Se bulir bening jatuh dari mataku, semua kelebat kenangan muncul di pelupuk mataku. Tentang kami, tentang mia.. entang kebersamaan kami. Tentang perih yang tiba tiba menyayat hatiku yang sudah sedemikian rapuh.

Dia terpana… mungkin tidak di sangka nya aku akan bicara seperti ini. Di tariknya tubuhku ke pelukan nya. di cium keningku lamaaaa….

 “ aku masih menunggu… kalau kamu ingin menjelaskan sesuatu”

“ bagimu… lebih baik untuk tidak tau apa – apa. Karena ini terlalu menayakitkan”
Tangannya terangkat untuk mengusap rambutku dan mendaratkan ciuman di sana. Aku bingung melihat sikapnya. Aku kaget melihat kepasrahannya. Kenapa dia tidak berteriak saja padaku dan memaki ku karena aku memata matai dia. Kenapa dia tidak menyangkal saja tuduhanku. sehingga kami akhirnya akan bertengkar dan saling maki lalu putus dengan meninggalkan kemarahan.... kenapa tidak di dramatisir saja. karena aku akan lebih mudah melupakan hubungan yang di akhiri dengan kekerasan. kenapa harus sepasrah ini saat aku ingin mengeluarkan sakit hati ku. kenapa harus sepasrah ini dan membuatku serba salah antara memaki nya atau memeluknya dan menerima semua kesalahannya dengan lapang dada.

Tapi sebelum aku protes… dia sudah melangkah menjauh. Punggungnya tegak menuju pintu rumahku dan tidak terlihat menoleh ke belakang lagi. Aku terisak… ingin aku mengejarnya dan menuntut penjelasan. Tapi aku terlalu shock di perlakukan seperti ini...

Hanya punggungnya yang terlihat makin jauh, tanpa sedikitpun ucapan perpisahan. Tanpa sedikitpun kata maaf... tanpa sedikitpun penyangkalan ataupun penjelasan.

“ apa yang terjadi padamu…  kenapa meninggalkanku seperti ini “

As you break my heart
Again this time…

Tell me I’m a screwed up mess
That I never listen listen
Tell me you don’t want my kiss
That you need your distance distance
Tell me anything but don’t you say
He’s what you’re missing baby
If he’s the reason that you’re leaving me tonight
Spare me what you think and…
Tell me a lie

Well you’re the charming type
That little twinkle in your eye
Gets me every time
And well there must’ve been a time
I was the reason for that smile
So keep in mind
As you take what’s left of ‘you & I’

Tell me I’m a screwed up mess
That I never listen listen
Tell me you don’t want my kiss
That you need your distance distance
Tell me anything but don’t you say
He’s what you’re missing baby
If he’s the reason that you’re leaving me tonight
Spare me what you think and…


Tell me a lie
Tell me a lie
Tell me a lie
Tell me a lie

Kenapa tidak dia katakan saja, orang lain lah alasannya meninggalkanku. Itu akan terasa lebih dapat ku terima. Kenapa… memperlakukan ku seperti ini. seperti aku orang bodoh yang tidak butuh penjelasan apa apa. Atau tidak kenapa tidak dia katakan saja

" kamu terlalu baik untukku "

Seperti semua pengkhianat yang mengatakan alasan " kamu adalah saint " untuk meninggalkan orang yang dulu dia ikat hatinya menggunakan se ulas kata " cinta " aku lebih terima di bohongi. Daripada di tinggalkan tanpa pesan seperti ini.

Karena itu membuatku masih berusaha menghubunginya. Meminta penjelasan. Aku pernah kehilangan joe karena ke egoisanku untuk minta maaf. Aku tidak mau terulang lagi. Tapi Iyan seperti hilang di telan bumi. Nomer hp nya di tlf ga pernah di angkat. Sms nya ga pernah di balas. Tlf kantor sibuk… telfon rumah, dia ga pernah ada di rumah. Tapi aku masih tidak putus asa mencoba bicara padanya.

Sampai ketika….

“ Kak iyan… pacaran sama kamu, Cuma untuk kamuflase aja. Dia Cuma acting. Untuk menutupi hubungan kami di kantor. Jadi tolong mengertilah dan jangan ganggu kak iyan lagi… jangan ganggu kami lagi. Orang kantor sudah tau…. Dan mereka sudah kasih kami dispensasi. Tolong biarkan kami punya waktu bahagia bersama.”

Rentetan ucapan mia di depanku hari itu. Membuatku mengubah semua yang ku rasakan. Aku diam mendengarnya. Tidak menanggapinya. Tidak juga memberi komentar. Aku hanya berfikir… ada manusia yang seperti ini. sanggup mempermainkan orang lain. Sanggup menjadikan orang lain tumbal untuk kebahagiaannya.


ditulis @princesrei dalam http://backstagecorner.blogspot.com

No comments:

Post a Comment