Wednesday, September 12, 2012

Pergi Tanpa Pesan


Jauh perjalanan menuju intan pujaan

Aduhai, di mana Puan, mengapa pergi tanpa pamitan

Lembah kuturuni, bukit nan tinggi kudaki

Aduhai, tak kunjung jumpa, mengapa hilang, tak tentu rimba

Laut, hempaskan kupadanya

Bintang, tunjukkan arah

O, angin, bisikkanlah, mana dia

Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam

Aduhai,permata hati, mungkinlah kelak, berjumpa lagi


Seorang lelaki sedang mencari pesan di balik jejak langkah kaki yang tak sudi beritakan ke mana perempuannya pergi. Menjadi limbung sendiri, tak jua terbayang sejauh apa segenggam hati telah berlari. Tinggalah ia, bersama surat kabar yang tak beri kabar, dan sebuah lagu Sore, Pergi Tanpa Pesan.


Kemarin sore, perempuannya pergi tanpa pamit, sewaktu lelakinya tengah asyik menggamit lengan hujan, membujuknya untuk tak terburuburu gugur.Tapi percuma, kadang perempuan memang lebih bahagia untuk berkecibakan di bawah hujan dan menyerahkan diri kedinginan. Kemudian, lelaki itu rasa tak karuan meneriakkan nama hujan yang membawa pergi wajah perempuan.


Lembah dan bukit,jalan raya dan ganggang sempit.Hingga ia jatuh sadar, lelaki bukan lelaki jika tak dapat temu yang tak kembali.Tapi yang nyata demikian pahit, seringkali mencari tak selalu berujung mendapati.

Kepada laut, ia serahkan tubuhnya untuk dihempaaskan, bersama gelombang yang menjanjikan pertemuan demi pertemuan. Tapi tak ada. Lalu kepada bintang, ia pintakan sekerjap pertanda dan arah ke mana.Tak jua ada. Hingga kepada angin, ia pasangkan dua telinga pada bisikkan yang lahir dari kibas dedaunan. Tetap tak pernah ada.


O, perempuan, ke mana perginya kau permata hati pelipur sejati? Kau yang dicuri hujan, kelak akan dikembalikan oleh hujan. Jika yang merindu tak percaya, lalu siapa?        


ditulis @puspapanglipur dalam http://puspaningtyaspanglipurjati.tumblr.com

No comments:

Post a Comment