Tanggal 1 September 2012. Cuaca pagi itu mendung. Seorang perempuan dengan tas ransel lusuh berwarna hitam menghampiri sebuah toko, kemudian keluar menyeruput minuman kaleng dingin bersoda.
Dalam hati ia berkata, “Tuhan, semoga September-september yang akan datang selalu ceria”.
Kemudian ia duduk sambil menatap layar laptop kesayangannya. Seperti biasa, ia lebih suka menutup telinga saya dengan headset, kali ini the power of suffle mode benar-benar nyata. Lagu dari The Beatles, Let it be.
Dibalik lagu ini ia punya sedikit cerita. Ia menuliskan beberapa kalimat, rupanya ia membuat sebuah draft, entah untuk apa.
Bunyinya…
And when the broken hearted people
Living in the world agree,
There will be an answer, let it be.
For though they may be parted there is
Still a chance that they will see
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be.
Let it be, let it be.
Yeah, There will be an answer, let it be.
Terimakasih kepada salah satu sahabat saya. Mungkin dia lupa kalo sudah memberi puk-puk dan merelakan telinganya mendengarkan drama saya. Hal ini cukup membantu dalam pertolongan pertama pada patah hati “.
Satu yang saya ingat, kata-katanya “Let it be”
Mungkin saya tidak mengerti benar apa yang ia katakan, tapi sekarang nampaknya saya sedikit paham.
Saya pernah patah hati, dulu. Tapi sekarang saya tidak merelakan hati saya yang amat sangat berharga ini dipatahkan oleh siapapun.
Marah? Iya..but I always get regret after it
Denial? Iya..but there’s always acceptance after it
Sakit? Iya..but time heals
Time heals? Ohh..tidak. Konsep time heals itu tidak sepenuhnya benar, mungkin kalau bisa dikoreksi sedikit: waktu hanya mengalihkan dan membiasakan bahwa kita masih tetap bisa hidup walau tanpa orang yang dulu kamu anggap segala-galanya.
Belajarlah dari air. Mengalir begitu saja, ikhlas. Tidak semudah merangkai dan mengucap kata ikhlas, tapi cobalah untuk ikhlas, dengan begitu kamu sudah melakukan hal yang bijaksana.
Jangan takut jika Tuhan mengambil apa yang kamu genggam, karena apabila Tuhan ingin memberikan sesuatu di tanganmu, maka ia akan mengosongkan tangamu terlebih dahulu.
Perempuan dengan tas ransel lusuh berwarna hitam itu, saya.
Mendengar lagu itu..saya hanya tersenyum dalam hati berteriak…
“Ihhhh…kok bisa sih gue????” :’)
ditulis @antikagina dalam http://ginaantika.tumblr.com
waktu itu hanya mendewasakan cara berpikir kita :))
ReplyDeletekereeen!