Monday, September 17, 2012

Buku Memori

Aku bukan penulis kelas kakap, begitupun kamu. Cuma penyair kelas kutu. Hanya dua onggok makhluk berakal yang sok-sokan mengarang buku, bertahun-tahun yang lalu.

Bukunya pun sudah berdebu. Berada di tumpukan terbawah brankas pribadi dalam perpustakaan otakmu. Aku pernah menitipkannya padamu, aku ingat persis. Aku memberikannya ketika hujan tiba, dimana tetesan air itu sangat identik denganku. Dan kamu memberikanku pelukan virtual, yang hanya bisa disimbolkan dengan kedipan mata. Aku bisa membaca pertanda tanpa kau sebut dengan bicara, tenang saja.

Buku itu punya banyak cerita. Tentang aku yang bertindak bodoh, dan kamu yang menanggapi kebodohanku dengan aneh.

Tentang aku yang percaya bahwa aku adalah makhluk Planet Hujan. Bahwa aku turun ke muka Bumi sebagai utusan rindu dari Langit, yang tak bisa bersama karena kasta.

Tentang kamu yang mempercayai perkataanku itu, mendatangi rumahku dengan kostum lengkap perlengkapan musim hujan – mantel dan payung kuning – di kala matahari sedang terik-teriknya. Kamu tahu kalau bertemu denganku, hujan akan mampir dalam duniamu. Dasar bodoh.

Tentang aku yang bertemu denganmu di kala hujan tiba. Dan kamu yang merekam kejadian itu jelas dalam ingatanmu.

Tentang aku yang senang melihat angkasa. Tentang kamu yang menyukai rangkaian konstelasi di atas sana. Tentang tribun yang menjadi saksi bincang hangat kita tentang alam semesta.

Kemudian, aku dan kamu, perlahan beranjak menjadi diksi “kita” tanpa banyak tanya.

Tentang aku yang bergumul dengan semua konflik batinku. Tentang kamu yang selalu mendengarkan semua benang kusut yang menjelimet dalam sudut hatiku.

Tentang aku yang selalu menangis. Tentang kamu yang selalu menenangkan gerombolan air mataku itu dengan senyuman manis

Tentang waktu yang tak pernah menghapus kamu. Tentang masa yang tak bisa menyapu kita.

Tentang sebuah rasa, yang tak pernah bisa dilafalkan dengan kata.

Dan kamu bisa menemukan nama kita – aku dan kamu – tergurat rapi di atas sampulnya.

Apakabar buku itu, hey kamu? Masihkah berdebu? Masihkah berada di tumpukan terbawah lemarimu?

I'm so tired but I can't sleep
Standin' on the edge of something much to deep
It's funny how we feel so much but we cannot say a word
We are screaming inside, but we can't be heard

I will remember you, will you remember me?
Don't let your life pass you by
Weep not for the memories


#nowplaying Sarah McLachlan – I Will Remember You

Well, memories is the best book ever in human's history.

ditulis @heykandela dalam http://ceritahujancandella.blogspot.com

No comments:

Post a Comment