Monday, September 3, 2012
: But I Neet to Know
Dear @Sukab,
Seemed impossible, seemed absurd, I didn’t even know you before
Kept my distance, closing in, I don’t mind caressing your skin
Kebingaran. Itulah aku. Aku adalah manusia keterangan. Segala yang kualami rasanya harus kusampaikan kembali kepada orang lain seterang-terangnya. Segala sesuatu harus diberi keterangan. Semakin banyak kalimat pengurai, semakin terasa jelas apa yang dimaksudkan. Lalu aku mulai menerangkan segala yang terasa baru. keterangan menjadi keseharian. mampu menerangkan apa yang dirasakan padamu menjadi kebahagiaan amat sangat. mungkin waktu itu tujuanku hanya satu, menerjemahkan apa yang aku rasakan agar kamu mengeri dan merasakan hal yang sama. Namun aku lupa, taksemua orang perlu keterangan.
Kebisuan. Itulah kamu. Kamu adalah manusia yang takperlu keterangan. Segala sesuatu yang kamu alamai cukup dirasakan sedalam-dalamnya. Takperlu sedikitpun keterangan. Semakin dalam perasaan yang kamu rasakan, semakin ringkas pernyataan yang tersampaikan. Singkatan menjadi keseharian. Akhirnya aku taktahu banyak soal kamu. Rahasia adalah inti dirimu. Namun kamu taksadar, taksemua orang bisa menerima kebisuan.
Waktu mengajari kita belajar tentang kebingaran dan kebisuan. Bila taksatupun yang mengambil pelajaran, yang akan muncul pasti pertanyaan soal keterangan tentang kita. Tapi tetap saja jawabannya adalah kebisuan. Lalu pada sebuah jeda, aku sangat suka bernyataan manusiawimu tentang pertanyaan dan jawaban:
“Lah? Mana ada orang gak boleh tanya kalau gak tau jawabannya.
Ada juga orang nanya karena butuh jawaban”
That’s right! Pernyataanmu benar dan sangat tepat. Tapi mengapa itu terdengar agak aneh ya? Semua yang kamu katakan menyelisihi apa yang kamu lakukan.
Setiap pertanyaan perlu jawaban. Setiap orang yang bertanya perlu jawaban atas pertanyaannya. Dalam hidup, banyak pertanyaan yang menyediakan pilihan: boleh dijawab atau tidak. Namun, ada juga pertanyaan yang harus dijawab. Banyak juga pertanyaan yang tidak dapat ditimpali dengan kalimat “terserahku dong, mau dijawab atau enggak!” Ada pertanyaan yang benar-benar harus dijawab. Celakanya, kebisuan tidak dapat dihitung sebagai jawaban.
Seperti halnya ujian sekolah, setiap pertanyaan bebas kamu jawab dengan jenis jawaban manapun. Namun, jangan lupa! Setiap ujian punya batas waktu menjawab. Setiap pertanyaan punya usianya. Setiap jawaban punya masa kadaluarsa. Mungkin ada pertanyaan yang bisa kamu tangguhkan menjawabnya, tapi ada pertanyaan yang harus kamu jawab saat itu juga.
Waktu mengajariku tentang kebisuanmu. Aku mencoba menerjemahkan setiap kebisuan sebagai sebuah keterangan. Namun, hasilnya hanya membuatku tersesat dalam makna ketiadaan dan kelemahan. Jawabanmu mungkin berumur panjang, tapi pertanyaanku berbatas waktu. Huffh.. Aku rindu keteranganmu. Terangkanlah…
Something old, something new, something I didn’t thought could be true
Love’s too strong and a bit cliché, For now this is enough, I’ve got a long way
Something old, something new, Something I didn’t thought could be true
I’m afraid to ask but I need to know, Would you want me to stay?Or would you want me to go?
These are my feeling I hope you’ll understand It might not be much, but it’s more than I can spend
Penuh Cinta
Maneka
ditulis @langitshabrina dalam http://langitshabrina.wordpress.com
Labels:
Hari #2,
Sherina Munaf
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment